Bakal Tetapkan Batasan Harga Gas, Menteri Energi Qatar Sebut Eropa Munafik

Senin, 31 Oktober 2022 - 17:28 WIB
Proposal Eropa untuk menetapkan batasan harga yang dibayarkan untuk gas alam, menurut Menteri Energi Qatar, Saad Al Kaabi merupakan kebijakan yang munafik. Foto/Dok
DOHA - Proposal Eropa untuk menetapkan batasan harga yang dibayarkan untuk gas alam, menurut Menteri Energi Qatar , Saad Al Kaabi merupakan kebijakan yang 'munafik'. Komisi Eropa bermaksud mengusulkan pembatasan harga gas menggunakan mekanisme harga yang dinamis untuk diberlakukan setelah musim dingin.



Langkah itu sebagai upaya untuk mengekang lonjakan biaya bahan bakar yang tidak stabil. Akan tetapi menurut Kaabi, menerangkan bahwa campur tangan di pasar bertentangan dengan aturan persaingan yang sebelumnya diterapkan Eropa kepada produsen.

"Pasar bebas selalu menjadi solusi terbaik," kata Kaabi yang juga kepala eksekutif perusahaan penghasil gas alam cair terbesar di dunia, Qatar Energy pada akhir pekan kemarin.



Membatasi harga gas alam menurutnya juga mengurangi insentif untuk berinvestasi di dalam produksi gas dan dapat menghilangkan beberapa pembeli pasokan. "Importir saingan dapat menarik kargo yang seharusnya pergi ke Eropa dengan menawarkan hanya satu sen lebih banyak," katanya.



Komisi Eropa menutup penyelidikan antimonopoli hampir empat tahun atas kesepakatan Qatar untuk memasok LNG ke perusahaan-perusahaan Eropa pada bulan Maret. Penyelidikan itu dilakukan sebagai tanggapan atas kekhawatiran perjanjian pasokan produsen membatasi kemampuan importir gas UE untuk menjual LNG di tujuan alternatif di pasar internal blok tersebut.

Diproyeksikan oleh Kaabi bahwa, krisis energi akan dialami Eropa setidaknya hingga 2025, jika musim dingin tahun ini sangat berat dan aliran pipa Rusia tidak kembali ke tingkat normal.

Qatar Energy sendiri masih bernegosiasi dengan perusahaan Jerman RWE AG dan Uniper SE untuk pasokan LNG dan sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan beberapa pembeli Asia.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More