Ancaman Resesi di Depan Mata, Simak Strategi Bank Digital

Jum'at, 04 November 2022 - 08:10 WIB
Bank Jago mengantisipasi ancaman resesi ekonomi menghantui dunia tahun depan. FOTO/dok.Istimewa
SINGAPURA - Ancaman resesi tahun depan menjadi tantangan bank digital. IMF hingga World Bank telah memperingatkan ekonomi global akan jatuh lebih dalam pada 2023 menjadi peringatan keras industri perbankan.

Direktur Utama PT Bank Jago Tbk (ARTO) Kharim Siregar turut mengantisipasi ancaman resesi global 2023. Namun, untuk sektor perbankan, ada beberapa hal yang bisa dijalankan agar bertahan di tengah ancaman resesi. Perbankan harus memiliki modal yang kuat, membuat buffer untuk manajemen risiko hingga mencetak laba yang berkelanjutan

"Kalau ini enggak ada, untuk hadapi resesi itu ngeri. Saya ngomong industri perbankan secara keseluruhan karena tahun 1998 saya sudah di banking ya," kata Kharim dalam acara Singapore Fintech Festival (SFF) ke-7 di Singapore Expo, Singapura Kamis (3/11/2022).





Namun, pihaknya berharap tidak terjadi resesi global 2023. Sebab, jika terjadi resesi dampaknya bukan hanya bank digital, tetapi juga bank korporasi, consumer, hingga bank besar, bahkan industri lainnya. "Jadi kena semua sektor. Jadi benar-benar jagain bersama. Kan ini ada hal kompetitif satu-satu, tapi ada hal yang bersama-sama dijaga," katanya.

Untuk itu dirinya meminta perbankan harus menjaga kepercayaan masyarakat jika terjadi resesi. "Karena, kalau bank itu bisa kena bagaimana dengan bank ini. Rapatkan barisan, apapun yang kena itu secara keseluruhan buruk bagi semua ujung-ujungnya," katanya.

Meski IMF menilai ekonomi Indonesia sebagai titik terang di tengah kegelapan ekonomi, bahkan ekonomi Indonesia disebut akan selamat dari ancaman resesi 2023, namun hal tersebut jangan membuat industri melemah, termasuk industri perbankan. "Lebih baik kita mengantisipasi terburuk daripada terbuai, terlena itu bahaya," ujarnya.

Sementara itu, pihak perbankan juga telah mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga The Fed (Bank Sentral AS). The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) untuk yang keempat kalinya. Suku bunga ditetapkan sebesar 3,5%-4% pada pertempuan 1-2 November 2022. Suku bunga The Fed ini tertinggi sejak 2008.

"Kita melihat lagi ke depan seperti apa, kita sih percaya dengan baik tapi menurut saya gini, tahu depan sepertinya kita harus punya strategi decision. Hari ini the Fed naikin suku bunga lagi jadi 4%," katanya.



Kenaikan suku bunga The Fed tentunya akan disusul oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Bahkan BI diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan jadi 5%. Dengan kenaikan suku bunga acuan BI akan memengaruhi bunga kredit. "Impact-nya banyak jadi lending lebih mahal," ujarnya.

Kharim menambahkan, Bank Jago akan memperkuat ekosistem digital, khususnya untuk partner lending yang mencapai 32 perusahaan partner. "Kita tetap fokus ekosistem digital, tentunya lihat kondisi. Yang penting fundamental kita kuat," jelasnya.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More