Negara Ini Ketiban Untung Saat Perang Rusia Ukraina Pecah, Kok Bisa?

Senin, 28 November 2022 - 11:24 WIB
Sementara itu Turki telah memberikan izin tinggal kepada 118.626 orang Rusia tahun ini, menurut data pemerintah. Sedangkan seperlima dari penjualan properti asingnya pada tahun 2022 dilakukan oleh Rusia. Sedangkan pemerintah Armenia tidak memberikan data tentang angka migrasi atau pembelian propertinya seperti dilansir CNBC.

Namun dampak ekonomi telah mengejutkan bahkan untuk para ahli. "Kami memiliki pertumbuhan dua digit, yang tidak diharapkan siapa pun," kata Mikheil Kukava, kepala kebijakan ekonomi dan sosial di lembaga think tank Georgia Institute for Development of Freedom of Information (IDFI).

Pastinya sebagian besar kenaikan terjadi setelah pertumbuhan menurun selama pandemi virus corona. Tetapi Kukava mengatakan, hal itu juga menunjukkan aktivitas ekonomi para pendatang baru.

Ketika arus masuk puluhan ribu mungkin tampak minimal — bahkan untuk negara seperti Georgia, dengan populasi 3,7 juta — angka itu lebih dari 10 kali lipat dari 10.881 orang Rusia yang tiba sepanjang tahun 2021.

"Mereka sangat aktif. 42.000 warga Rusia yang dipilih secara acak memberikan dampak ini pada ekonomi Georgia," kata Kukava, merujuk pada gelombang pertama migran, banyak dari mereka kaya dan berpendidikan tinggi.

Gelombang kedua, sebagai perbandingan, lebih cenderung termotivasi untuk pergi dengan "ketakutan," katanya, daripada secara ekonomi.

Booming

Salah satu dampak yang paling terlihat dari pendatang baru adalah pada pasar perumahan Georgia. Harga properti di ibu kota, Tbilisi, naik 20% secara year on year (YoY) pada bulan September dan transaksi naik 30%, menurut bank Georgia TBC. Harga sewa juga melonjak 74% sepanjang tahun ini.

Di tempat lain, 12.093 perusahaan Rusia baru terdaftar di Georgia dari Januari dan November 2022 tahun ini, lebih dari 13 kali jumlah total yang didirikan pada tahun 2021, menurut Kantor Statistik Nasional Georgia.

Namun tidak semua orang antusias dengan prospek baru untuk Georgia. Sebagai bekas republik Soviet yang berperang singkat dengan Rusia pada tahun 2008, hubungan Georgia dengan Rusia sangat kompleks, dan beberapa orang Georgia takut akan dampak sosial-politik yang dapat ditimbulkan oleh kedatangan para imigran tersebut.

Perlambatan

Para pengamat tampaknya mempertimbangkan ketidakpastian itu. Baik pemerintah Georgia dan Bank Nasional mengatakan, mereka memperkirakan pertumbuhan akan melambat pada tahun 2023. IMF juga memproyeksikan pertumbuhan turun menjadi sekitar 5% tahun depan.

"Pertumbuhan dan inflasi diperkirakan akan melambat pada tahun 2023, didukung oleh arus masuk eksternal yang moderat, memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global," kata IMF dalam catatannya awal bulan ini.

"Hal (Itu) menunjukkan bahwa pemerintah Georgia tidak mengharapkan mereka akan tinggal," kata Kukava tentang kedatangan para pendatang Rusia.

Menurut survei Ponars Eurasia yang dilakukan antara Maret dan April, kurang dari setengah (43%) migran Rusia mengatakan pada saat itu bahwa mereka berencana untuk tinggal di negara tujuan awal mereka dalam jangka panjang. Lebih dari sepertiga (35%) ragu-ragu, hampir seperlima (18%) berniat untuk pindah ke tempat lain, dan hanya 3% yang berencana untuk kembali ke Rusia.

"Kami lebih baik -pemerintah maupun Bank Nasional- jika kami tidak mendasarkan asumsi ekonomi kami atas dasar bahwa orang-orang ini akan tetap tinggal," tambah Kukava.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More