Harga Beras RI Disebut Termahal se-ASEAN, TaniMilenial: Pembenaran untuk Impor
Kamis, 22 Desember 2022 - 14:10 WIB
Kedua, transformasi teknologi. Menurut Hadi, dalam hal ini Indonesia masih sangat ketinggalan jauh jika dibandingkan negara ASEAN penghasil beras, apalagi level dunia.
Indonesia tidak pernah tuntas melakukan transformasi teknologi pertanian ini. Teorinya sudah terlalu banyak di perguruan tinggi, balai kajian teknologi dan berbagai regulasi pemerintah. Namun, tidak pernah konsisten dalam penerapannya.
"Padahal dengan penerapan teknologi pertanian, Indonesia bisa mereduksi biaya budidaya padi hingga 40% bila dibandingkan kerja manual yang selama ini masih terjadi di berbagai daerah sentra pertanian padi," ungkapnya.
Dia melanjutkan, masalah ketiga adalah terkait penyerapan hasil panen. Hadi bilang, persoalan ini selalu menjadi isu tahunan dan terus berulang.
Jika saat panen raya maka harga gabah padi turun. Ini adalah bentuk ketidaksiapan Indonesia sebagai negara agraris dalam mengelola hasil panen petani.
Dia menilai, seharusnya infrastruktur serapan hasil panen ini menjadi proyek strategis nasional agar menjadi solusi sepanjang tahun. Sehingga, Indonesia memiliki stok beras yang stabil, karena mampu mengelola hasil panen petani dalam negeri dengan baik.
Dia juga kembali mengingatkan agar bangsa yang besar ini jangan sampai salah kaprah dalam mengelola sektor pangan dalam negeri.
“Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, tapi kita masih terus terjebak dalam kebijakan impor beras dan komoditi pangan lainnya, tapi abai dan pura-pura tidak tahu apa yang semestinya harus kita benahi bersama,” cetusnya.
Hadi pun mendesak pemerintah untuk segera melakukan evaluasi terkait kebijakan impor beras. “Sebaiknya Pak Presiden Jokowi segera evaluasi kebijakan impor beras ini," pungkasnya.
Indonesia tidak pernah tuntas melakukan transformasi teknologi pertanian ini. Teorinya sudah terlalu banyak di perguruan tinggi, balai kajian teknologi dan berbagai regulasi pemerintah. Namun, tidak pernah konsisten dalam penerapannya.
"Padahal dengan penerapan teknologi pertanian, Indonesia bisa mereduksi biaya budidaya padi hingga 40% bila dibandingkan kerja manual yang selama ini masih terjadi di berbagai daerah sentra pertanian padi," ungkapnya.
Dia melanjutkan, masalah ketiga adalah terkait penyerapan hasil panen. Hadi bilang, persoalan ini selalu menjadi isu tahunan dan terus berulang.
Jika saat panen raya maka harga gabah padi turun. Ini adalah bentuk ketidaksiapan Indonesia sebagai negara agraris dalam mengelola hasil panen petani.
Dia menilai, seharusnya infrastruktur serapan hasil panen ini menjadi proyek strategis nasional agar menjadi solusi sepanjang tahun. Sehingga, Indonesia memiliki stok beras yang stabil, karena mampu mengelola hasil panen petani dalam negeri dengan baik.
Baca Juga
Dia juga kembali mengingatkan agar bangsa yang besar ini jangan sampai salah kaprah dalam mengelola sektor pangan dalam negeri.
“Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, tapi kita masih terus terjebak dalam kebijakan impor beras dan komoditi pangan lainnya, tapi abai dan pura-pura tidak tahu apa yang semestinya harus kita benahi bersama,” cetusnya.
Hadi pun mendesak pemerintah untuk segera melakukan evaluasi terkait kebijakan impor beras. “Sebaiknya Pak Presiden Jokowi segera evaluasi kebijakan impor beras ini," pungkasnya.
tulis komentar anda