4 Juragan Bisnis Kopi Tercuan di Indonesia, Nomor 1 Berharta Rp59 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pengusaha Indonesia sukses meraup cuan dari bisnis kopi . Mulai dari pengusaha kawakan yang masuk jajaran terkaya hingga anak muda yang merintis kopi kekinian.
Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia tentunya punya potensi besar dalam pengembangan bisnis kopi di dalam negeri disamping juga diekspor.
Mengutip laporan Statistik Kopi Indonesia 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi tahun 2019 hingga 2021 cenderung meningkat.
Tahun 2019 produksi kopi sebesar 752,51 ribu ton naik menjadi 762,38 ribu ton pada tahun 2020 atau naik 1,31%. Tahun 2021 produksi kopi naik menjadi 786,19 ribu ton atau meningkat 3,12%.
Seiring peningkatan produksi, industri kopi dalam beberapa dekade terakhir juga terus berkembang. Kopi banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku mulai dari industri makanan dan minuman hingga skincare.
Dengan banyaknya penikmat kopi, industri minuman berbahan kopi pun berkembang pesat, mulai dari permen kopi, kopi tubruk, kopi sachet, hingga minuman kopi dalam kemasan botol dan kaleng.
Mayora Group dan Kapal Api Group merupakan contoh dua pemain lama dan besar yang konsisten di industri minuman berbahan dasar kopi.
Sementara itu, pergeseran budaya ngopi juga makin terlihat dalam satu dekade terakhir, di mana minum kopi telah menjadi gaya hidup lintas generasi dan digandrungi anak-anak muda milenial hingga gen Z.
Gerai atau kedai kopi kekinian pun kian menjamur dan menawarkan berbagai menu kopi dengan variasi rasa yang sangat beragam, salah satunya kopi susu gula aren.
Beberapa gerai kopi juga sukses buka cabang hingga lebih dari 1.000 gerai dalam waktu singkat. Hebatnya lagi, para pendiri atau pemiliknya adalah anak-anak muda yang sukses berbisnis sebelum usia mereka mencapai 30 tahun. Kuncinya adalah kerja keras dan terus mencoba melakukan perbaikan setiap hari.
Berikut ini empat pengusaha yang sukses mendulang cuan dari bisnis kopi, mulai dari pengusaha lama hingga pengusaha milenial pendiri gerai kopi kekinian, dirangkum SINDOnews dari Okezone dan idxchannel, Senin (23/1/2023):
1. Jogi Hendra Atmadja
Jogi Hendra merupakan pendiri PT Mayora Indah Tbk yang berdiri sejak 1977. Kesuksesan Mayora pun membawa Jogi Hendra Atmadja menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Dalam daftar 50 Orang Indonesia Terkaya 2022 versi Forbes, Jogi berada di urutan 12 dengan kekayaan ditaksir mencapai USD3,95 miliar atau sekitar Rp59,5 triliun.
Jogi dan keluarganya membuat biskuit rumahan sejak tahun 1948. Memiliki latar belakang pendidikan kedokteran di Universitas Trisakti, Jogi rupanya lebih tertarik berbisnis.
Menggandeng dua rekannya, Raden Soedigdo dan Darmawan Kurnia, mereka memutuskan menjalankan bisnis bersama dengan mendirikan PT Mayora Indah pada 17 Febuari 1977 di Jakarta.
Pabrik pertama berlokasi di Tangerang, Banten dengan produk andalan Roma Kelapa. Selain biskuit, Mayora juga merupakan produsen dari permen kopi Kopiko yang masih eksis hingga kini.
Kopiko juga sempat mencuat dan menjadi buah bibir saat pertemuan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dengan CEO Tesla Elon Musk pada April 2022 silam.
Produk lainnya dari Mayora Group yang juga cukup laris di pasaran adalah Teh Pucuk Harum. Selain itu, Mayora bekerja sama dengan PT Tirta Fresindo Jaya juga menghadirkan produk air minum dalam kemasan bernama Le Minerale.
2. Soedomo Mergonoto
Soedomo merupakan pemilik PT Santos Jaya Abadi, produsen kopi kenamaan dengan merek Kapal Api. Sebelum menggapai sukses, usaha pria kelahiran 3 Juni 1950 dalam membangun bisnis tidak mudah. Hidupnya sedari kecil terbilang susah, bahkan pernah menjadi kernet bemo demi mendapatkan penghasilan tambahan.
Bisnis keluarga ini diawali ketika ayah Soedomo yang bernama Go Soe Loet dan sang ibu Poo Guan Can pindah dari China ke Hindia Belanda dengan cara berlayar menggunakan kapal api pada 1920-an.
Pada sekitar tahun 1927 keluarga ini membuat kopi dari rumah di daerah pecinan di Surabaya. Produk kopi bubuk itu diberi nama kopi Hap Hoo Tjan.
Bisniskopi tersebutdalam perjalanannya menghadapi permasalahan berupa perbedaan pendapat hingga timbul keretakan yang menyebabkan usaha ini gulung tikar. Lalu, asetnya dibagikan kepada tiga perintis usaha tersebut.
Soedomo yang dapat bagian pabrik penggorengan kopi, melanjutkan usaha tersebut. Dengan modal aset dari ayahnya, dia melihat peluang untuk mendirikan perusahaan dengan nama PT Santos Jaya Abadi pada 1979 yang kemudian populer dengan merk Kapal Api.
Dengan strategi pemasaran yang baik, Soedomo berhasil membuat Kapal Api menguasai mayoritas pasar lokal bahkan diekspor ke mancanegara setelah tujuh tahun didirikan.
Negara tujuan ekspor pertamanya adalah Arab Saudi pada 1985, berlanjut negara Asia lainnya seperti Hong Kong, Taiwan, Malaysia.
Seiring perkembangan bisnis, produk lainnya lahir dari perusahaan yang sama, mulai dari sereal, permen hingga kedai kopi bernama Excelso yang ditujukan untuk segmen konsumen kelas menengah.
Mengutip laman resminya, PT Santos Jaya Abadi memasang visi menjadi pemimpin pasar dalam produk makanan dan minuman berbasis kopi di Asia.
Beberapa merek di bawah naungannya saat ini adalah Kapal Api , Excelso, Kopi Ya!, Good Day, Kapten, Kopi ABC, Ceremix, Kapal Api Fresco, Kapal Api Grande
Hingga kini Soedomo dikenal sebagai bos perusahaan kopi paling legendaris dengan produknya yang laris di mana-mana. Jumlah karyawannya pun mencapai 14.000 orang.
3. James Prananto
Kisah sukses James Prananto tak lepas dari keberhasilan pengusaha muda kelahiran 1988 itu dalam mengembangkan Kopi Kenangan menjadi unicorn Food and Beverage (F&B) pertama di Asia Tenggara.
James dan teman kuliahnya, Edward Tirtanata, telah lama berkeinginan membangun sebuah bisnis bersama. Keduanya mengawali dengan membuka bisnis teh premium bernama Lewis & Carroll Tea (L&C) yang dimulai di Jakarta. Sayangnya, dengan harga produk yang cukup mahal yaitu berkisar Rp40-60 ribu per cangkir, bisnis L&C tidak berjalan sukses.
Namun, kegagalan itu tak lantas membuat patah arang. Melihat peluang menjanjikan dari kebiasaan orang Indonesia yang gemar minum kopi, pada 2017 James dan rekannya mendirikan gerai kopi bernama Kopi Kenangan yang pertama kali dibuka di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Kabar baik, bisnis barunya mendapat respons positif dari masyarakat sejak hari pertama gerai dibuka. Jika selama ini gerai kafe ternama menjual kopi dengan harga yang cukup mahal, bisa mencapai Rp50.000 per gelas atau cup, Kopi Kenangan membuat harganya menjadi lebih terjangkau. Alhasil, gerai pertama Kopi Kenangan sukses menjual hingga 700 gelas kopi per hari.
Usai mendapat suntikan dana dari Alpha JWC Venture sebesar USD8 juta atau sekitar Rp115 miliar, Kopi Kenangan yang merupakan jaringan F&B non-waralaba berkonsep new retail terus berkembang pesat. Dalam dua tahun setelah didirikan, Kopi Kenangan telah membuka 60 gerai.
Hingga pada Desember 2021, Kopi Kenangan resmi menjadi Unicorn usai kembali meraih modal pendanaan Seri C tahap pertama senilai USD96 juta atau setara Rp1,3 triliun. Melalui pendanaan ini, valuasi perusahaan yang bergerak di bisnis F&B itu tembus USD1 miliar.
"Merupakan suatu kehormatan bagi kami dapat mengumumkan pendanaan yang menempatkan Kopi Kenangan sebagai perusahaan New Retail F&B Unicorn pertama di Asia Tenggara," kata Edward Tirtanata selaku CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan dalam siaran resmi, Senin (27/12/2021).
Keberhasilan James dan Edward mengantarkan Kopi Kenangan menjadi unicorn F&B pertama di kawasan Asia Tenggara tentu sangat menginspirasi. Berdasarkan riset dari Nielsen Company, Kopi Kenangan juga tercatat sebagai brand terfavorit konsumen untuk kategori kopi susu.
Berkat tangan dinginnya dalam mengembangkan bisnis kopi kekinian, James Prananto pada 2019 masuk Forbes 30 under 30 di Asia untuk kategori Retail & Commerce.
Beroperasi sejak 2017, Kopi Kenangan telah memiliki lebih dari 800 gerai di 45 kota di Indonesia. Sebanyak 30 juta cangkir kopi berhasil terjual habis pada tahun 2020 lalu.
Tak mau jago kandang saja, setelah tertunda akibat pandemi Covid-19, akhirnya pada tahun lalu Kopi Kenangan melebarkan sayapnya untuk go-internasional dengan terlebih dulu menembus pasar regional.
Gerai kopi kekinian dengan model bisnis grab-and-go itu meresmikan pembukaan gerai pertamanya di luar negeri, tepatnya di Suria KLCC, Malaysia, Senin (17/10/2022).
Pembukaan gerai pertama di Negeri Jiran yang dinamai Kenangan Coffee menjadi langkah awal dalam menjalankan misi ekspansi global.
“Cita-cita kami adalah menjadi merek kopi yang paling dicintai konsumen di Asia Tenggara, dan Malaysia akan menjadi langkah awal kami dalam mencapai misi Kopi Kenangan tersebut,” ungkap James Prananto.
Tak hanya itu, Kenangan Coffee juga meluncurkan Kenangan Academy di Uptown, PJ, untuk menyediakan berbagai program pelatihan yang diperuntukkan bagi para barista dan karyawan, dengan tujuan menjadi pusat pelatihan profesional di bidang F&B terbaik di Malaysia.
4. Billy Kurniawan
Pendiri dan CEO gerai kopi Janji Jiwa, Billy Kurniawan, mengawali bisnis kopi pada Mei 2018 dengan menyewa satu kios kecil di sebuah mal di Kuningan, Jakarta Selatan.
“Saya lihat ada kesempatan, lalu dimulai lah. Start small nggak masalah. Kami mulai di 1 toko yang tidak ideal juga. Di ITC Kuningan, posisinya di belakang banget, sebelahan sama ayam geprek,” ujar pengusaha kelahiran 1988 itu dalam talkshow bersama Merry Riana, beberapa waktu lalu.
Mengadopsi konsep fresh-to-cup, Janji Jiwa menawarkan pilihan kopi lokal asli Indonesia dengan citra rasa klasik. Ragam varian kopi kekinian juga ditawarkan dengan harga terjangkau.
Di tengah persaingan bisnis kopi kekinian yang kian ketat, Janji Jiwa mampu mencatatkan peningkatan penjualan dalam kurun waktu satu tahun.
Janji Jiwa yang dinaungi Jiwa Group menerapkan beragam strategi untuk memenangi persaingan. Mereka mengembangkan bisnis konsep waralaba. Dari total gerai, sekitar 90% adalah waralaba dan 10% milik sendiri.
Janji Jiwa pun berhasil menjadi coffee chain terbesar dengan lebih dari 900 outlet yang tersebar di lebih dari 100 kota di seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, Janji Jiwa juga menklaim sebagai satu-satunya kedai kopi lokal yang meraih penghargaan MURI untuk kategori Pertumbuhan Kedai Kopi Tercepat dalam Satu Tahun pada tahun 2019.
Selain dari MURI, pada akhir tahun 2021 Janji Jiwa juga meraih penghargaan Shopee Super Awards 2021 kategori ‘Super Growing F&B Merchant’.
Tak hanya kopi Janji Jiwa, pada 2019 Jiwa Group juga menambah merek lainnya yaitu Jiwa Toast yang menyajikan produk toast. Jiwa Toast kini telah memiliki lebih dari 300 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Merek lainnya adalah Jiwa Tea yang menawarkan ragam varian minuman teh. Teranyar, Jiwa Group meluncurkan brand terbaru yaitu Burger Geber pada 11 Januari 2023.
Tak tanggung-tanggung, pada hari pertama peluncuran, Jiwa Group membuka 55 outlet sekaligus yang tersebar di Jabodetabek. Pembukaan outlet serentak ini dianugerahi rekor MURI dengan kategori “Pembukaan Gerai Burger Serentak Terbanyak Dalam Sehari”.
“Hadirnya Burger Geber ini merupakan salah satu upaya Jiwa Group untuk memperluas jangkauan secara cepat di industri F&B di tahun 2023. Tentunya sejalan juga dengan DNA kami yaitu terus berinovasi, membawa ide dan tren baru untuk meningkatkan kepuasan pelanggan,” kata Billy Kurniawan, dikutip dari artikel di laman resmi Jiwa Group.
Berawal dari satu kios kecil, dalam tempo empat tahun Jiwa Group telah memiliki lebih dari 1.000 outlet yang tersebar di 33 provinsi.
Dengan perkembangan bisnis yang pesat, Jiwa Group juga mendapat sorotan media internasional. Pada tahun lalu, Forbes memasukkan Jiwa Group dalam daftar “Forbes Asia 100 to Watch 2022”.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia tentunya punya potensi besar dalam pengembangan bisnis kopi di dalam negeri disamping juga diekspor.
Mengutip laporan Statistik Kopi Indonesia 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi tahun 2019 hingga 2021 cenderung meningkat.
Tahun 2019 produksi kopi sebesar 752,51 ribu ton naik menjadi 762,38 ribu ton pada tahun 2020 atau naik 1,31%. Tahun 2021 produksi kopi naik menjadi 786,19 ribu ton atau meningkat 3,12%.
Seiring peningkatan produksi, industri kopi dalam beberapa dekade terakhir juga terus berkembang. Kopi banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku mulai dari industri makanan dan minuman hingga skincare.
Dengan banyaknya penikmat kopi, industri minuman berbahan kopi pun berkembang pesat, mulai dari permen kopi, kopi tubruk, kopi sachet, hingga minuman kopi dalam kemasan botol dan kaleng.
Mayora Group dan Kapal Api Group merupakan contoh dua pemain lama dan besar yang konsisten di industri minuman berbahan dasar kopi.
Sementara itu, pergeseran budaya ngopi juga makin terlihat dalam satu dekade terakhir, di mana minum kopi telah menjadi gaya hidup lintas generasi dan digandrungi anak-anak muda milenial hingga gen Z.
Gerai atau kedai kopi kekinian pun kian menjamur dan menawarkan berbagai menu kopi dengan variasi rasa yang sangat beragam, salah satunya kopi susu gula aren.
Beberapa gerai kopi juga sukses buka cabang hingga lebih dari 1.000 gerai dalam waktu singkat. Hebatnya lagi, para pendiri atau pemiliknya adalah anak-anak muda yang sukses berbisnis sebelum usia mereka mencapai 30 tahun. Kuncinya adalah kerja keras dan terus mencoba melakukan perbaikan setiap hari.
Berikut ini empat pengusaha yang sukses mendulang cuan dari bisnis kopi, mulai dari pengusaha lama hingga pengusaha milenial pendiri gerai kopi kekinian, dirangkum SINDOnews dari Okezone dan idxchannel, Senin (23/1/2023):
1. Jogi Hendra Atmadja
Jogi Hendra merupakan pendiri PT Mayora Indah Tbk yang berdiri sejak 1977. Kesuksesan Mayora pun membawa Jogi Hendra Atmadja menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Dalam daftar 50 Orang Indonesia Terkaya 2022 versi Forbes, Jogi berada di urutan 12 dengan kekayaan ditaksir mencapai USD3,95 miliar atau sekitar Rp59,5 triliun.
Jogi dan keluarganya membuat biskuit rumahan sejak tahun 1948. Memiliki latar belakang pendidikan kedokteran di Universitas Trisakti, Jogi rupanya lebih tertarik berbisnis.
Menggandeng dua rekannya, Raden Soedigdo dan Darmawan Kurnia, mereka memutuskan menjalankan bisnis bersama dengan mendirikan PT Mayora Indah pada 17 Febuari 1977 di Jakarta.
Pabrik pertama berlokasi di Tangerang, Banten dengan produk andalan Roma Kelapa. Selain biskuit, Mayora juga merupakan produsen dari permen kopi Kopiko yang masih eksis hingga kini.
Kopiko juga sempat mencuat dan menjadi buah bibir saat pertemuan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dengan CEO Tesla Elon Musk pada April 2022 silam.
Produk lainnya dari Mayora Group yang juga cukup laris di pasaran adalah Teh Pucuk Harum. Selain itu, Mayora bekerja sama dengan PT Tirta Fresindo Jaya juga menghadirkan produk air minum dalam kemasan bernama Le Minerale.
2. Soedomo Mergonoto
Soedomo merupakan pemilik PT Santos Jaya Abadi, produsen kopi kenamaan dengan merek Kapal Api. Sebelum menggapai sukses, usaha pria kelahiran 3 Juni 1950 dalam membangun bisnis tidak mudah. Hidupnya sedari kecil terbilang susah, bahkan pernah menjadi kernet bemo demi mendapatkan penghasilan tambahan.
Bisnis keluarga ini diawali ketika ayah Soedomo yang bernama Go Soe Loet dan sang ibu Poo Guan Can pindah dari China ke Hindia Belanda dengan cara berlayar menggunakan kapal api pada 1920-an.
Pada sekitar tahun 1927 keluarga ini membuat kopi dari rumah di daerah pecinan di Surabaya. Produk kopi bubuk itu diberi nama kopi Hap Hoo Tjan.
Bisniskopi tersebutdalam perjalanannya menghadapi permasalahan berupa perbedaan pendapat hingga timbul keretakan yang menyebabkan usaha ini gulung tikar. Lalu, asetnya dibagikan kepada tiga perintis usaha tersebut.
Soedomo yang dapat bagian pabrik penggorengan kopi, melanjutkan usaha tersebut. Dengan modal aset dari ayahnya, dia melihat peluang untuk mendirikan perusahaan dengan nama PT Santos Jaya Abadi pada 1979 yang kemudian populer dengan merk Kapal Api.
Dengan strategi pemasaran yang baik, Soedomo berhasil membuat Kapal Api menguasai mayoritas pasar lokal bahkan diekspor ke mancanegara setelah tujuh tahun didirikan.
Negara tujuan ekspor pertamanya adalah Arab Saudi pada 1985, berlanjut negara Asia lainnya seperti Hong Kong, Taiwan, Malaysia.
Seiring perkembangan bisnis, produk lainnya lahir dari perusahaan yang sama, mulai dari sereal, permen hingga kedai kopi bernama Excelso yang ditujukan untuk segmen konsumen kelas menengah.
Mengutip laman resminya, PT Santos Jaya Abadi memasang visi menjadi pemimpin pasar dalam produk makanan dan minuman berbasis kopi di Asia.
Beberapa merek di bawah naungannya saat ini adalah Kapal Api , Excelso, Kopi Ya!, Good Day, Kapten, Kopi ABC, Ceremix, Kapal Api Fresco, Kapal Api Grande
Hingga kini Soedomo dikenal sebagai bos perusahaan kopi paling legendaris dengan produknya yang laris di mana-mana. Jumlah karyawannya pun mencapai 14.000 orang.
3. James Prananto
Kisah sukses James Prananto tak lepas dari keberhasilan pengusaha muda kelahiran 1988 itu dalam mengembangkan Kopi Kenangan menjadi unicorn Food and Beverage (F&B) pertama di Asia Tenggara.
James dan teman kuliahnya, Edward Tirtanata, telah lama berkeinginan membangun sebuah bisnis bersama. Keduanya mengawali dengan membuka bisnis teh premium bernama Lewis & Carroll Tea (L&C) yang dimulai di Jakarta. Sayangnya, dengan harga produk yang cukup mahal yaitu berkisar Rp40-60 ribu per cangkir, bisnis L&C tidak berjalan sukses.
Namun, kegagalan itu tak lantas membuat patah arang. Melihat peluang menjanjikan dari kebiasaan orang Indonesia yang gemar minum kopi, pada 2017 James dan rekannya mendirikan gerai kopi bernama Kopi Kenangan yang pertama kali dibuka di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Kabar baik, bisnis barunya mendapat respons positif dari masyarakat sejak hari pertama gerai dibuka. Jika selama ini gerai kafe ternama menjual kopi dengan harga yang cukup mahal, bisa mencapai Rp50.000 per gelas atau cup, Kopi Kenangan membuat harganya menjadi lebih terjangkau. Alhasil, gerai pertama Kopi Kenangan sukses menjual hingga 700 gelas kopi per hari.
Usai mendapat suntikan dana dari Alpha JWC Venture sebesar USD8 juta atau sekitar Rp115 miliar, Kopi Kenangan yang merupakan jaringan F&B non-waralaba berkonsep new retail terus berkembang pesat. Dalam dua tahun setelah didirikan, Kopi Kenangan telah membuka 60 gerai.
Hingga pada Desember 2021, Kopi Kenangan resmi menjadi Unicorn usai kembali meraih modal pendanaan Seri C tahap pertama senilai USD96 juta atau setara Rp1,3 triliun. Melalui pendanaan ini, valuasi perusahaan yang bergerak di bisnis F&B itu tembus USD1 miliar.
"Merupakan suatu kehormatan bagi kami dapat mengumumkan pendanaan yang menempatkan Kopi Kenangan sebagai perusahaan New Retail F&B Unicorn pertama di Asia Tenggara," kata Edward Tirtanata selaku CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan dalam siaran resmi, Senin (27/12/2021).
Keberhasilan James dan Edward mengantarkan Kopi Kenangan menjadi unicorn F&B pertama di kawasan Asia Tenggara tentu sangat menginspirasi. Berdasarkan riset dari Nielsen Company, Kopi Kenangan juga tercatat sebagai brand terfavorit konsumen untuk kategori kopi susu.
Berkat tangan dinginnya dalam mengembangkan bisnis kopi kekinian, James Prananto pada 2019 masuk Forbes 30 under 30 di Asia untuk kategori Retail & Commerce.
Beroperasi sejak 2017, Kopi Kenangan telah memiliki lebih dari 800 gerai di 45 kota di Indonesia. Sebanyak 30 juta cangkir kopi berhasil terjual habis pada tahun 2020 lalu.
Tak mau jago kandang saja, setelah tertunda akibat pandemi Covid-19, akhirnya pada tahun lalu Kopi Kenangan melebarkan sayapnya untuk go-internasional dengan terlebih dulu menembus pasar regional.
Gerai kopi kekinian dengan model bisnis grab-and-go itu meresmikan pembukaan gerai pertamanya di luar negeri, tepatnya di Suria KLCC, Malaysia, Senin (17/10/2022).
Pembukaan gerai pertama di Negeri Jiran yang dinamai Kenangan Coffee menjadi langkah awal dalam menjalankan misi ekspansi global.
“Cita-cita kami adalah menjadi merek kopi yang paling dicintai konsumen di Asia Tenggara, dan Malaysia akan menjadi langkah awal kami dalam mencapai misi Kopi Kenangan tersebut,” ungkap James Prananto.
Tak hanya itu, Kenangan Coffee juga meluncurkan Kenangan Academy di Uptown, PJ, untuk menyediakan berbagai program pelatihan yang diperuntukkan bagi para barista dan karyawan, dengan tujuan menjadi pusat pelatihan profesional di bidang F&B terbaik di Malaysia.
4. Billy Kurniawan
Pendiri dan CEO gerai kopi Janji Jiwa, Billy Kurniawan, mengawali bisnis kopi pada Mei 2018 dengan menyewa satu kios kecil di sebuah mal di Kuningan, Jakarta Selatan.
“Saya lihat ada kesempatan, lalu dimulai lah. Start small nggak masalah. Kami mulai di 1 toko yang tidak ideal juga. Di ITC Kuningan, posisinya di belakang banget, sebelahan sama ayam geprek,” ujar pengusaha kelahiran 1988 itu dalam talkshow bersama Merry Riana, beberapa waktu lalu.
Mengadopsi konsep fresh-to-cup, Janji Jiwa menawarkan pilihan kopi lokal asli Indonesia dengan citra rasa klasik. Ragam varian kopi kekinian juga ditawarkan dengan harga terjangkau.
Di tengah persaingan bisnis kopi kekinian yang kian ketat, Janji Jiwa mampu mencatatkan peningkatan penjualan dalam kurun waktu satu tahun.
Janji Jiwa yang dinaungi Jiwa Group menerapkan beragam strategi untuk memenangi persaingan. Mereka mengembangkan bisnis konsep waralaba. Dari total gerai, sekitar 90% adalah waralaba dan 10% milik sendiri.
Janji Jiwa pun berhasil menjadi coffee chain terbesar dengan lebih dari 900 outlet yang tersebar di lebih dari 100 kota di seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, Janji Jiwa juga menklaim sebagai satu-satunya kedai kopi lokal yang meraih penghargaan MURI untuk kategori Pertumbuhan Kedai Kopi Tercepat dalam Satu Tahun pada tahun 2019.
Selain dari MURI, pada akhir tahun 2021 Janji Jiwa juga meraih penghargaan Shopee Super Awards 2021 kategori ‘Super Growing F&B Merchant’.
Tak hanya kopi Janji Jiwa, pada 2019 Jiwa Group juga menambah merek lainnya yaitu Jiwa Toast yang menyajikan produk toast. Jiwa Toast kini telah memiliki lebih dari 300 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Merek lainnya adalah Jiwa Tea yang menawarkan ragam varian minuman teh. Teranyar, Jiwa Group meluncurkan brand terbaru yaitu Burger Geber pada 11 Januari 2023.
Tak tanggung-tanggung, pada hari pertama peluncuran, Jiwa Group membuka 55 outlet sekaligus yang tersebar di Jabodetabek. Pembukaan outlet serentak ini dianugerahi rekor MURI dengan kategori “Pembukaan Gerai Burger Serentak Terbanyak Dalam Sehari”.
“Hadirnya Burger Geber ini merupakan salah satu upaya Jiwa Group untuk memperluas jangkauan secara cepat di industri F&B di tahun 2023. Tentunya sejalan juga dengan DNA kami yaitu terus berinovasi, membawa ide dan tren baru untuk meningkatkan kepuasan pelanggan,” kata Billy Kurniawan, dikutip dari artikel di laman resmi Jiwa Group.
Berawal dari satu kios kecil, dalam tempo empat tahun Jiwa Group telah memiliki lebih dari 1.000 outlet yang tersebar di 33 provinsi.
Dengan perkembangan bisnis yang pesat, Jiwa Group juga mendapat sorotan media internasional. Pada tahun lalu, Forbes memasukkan Jiwa Group dalam daftar “Forbes Asia 100 to Watch 2022”.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
(ind)