Stabilkan Harga atau Ekonomi Tumbuh, Sri Mulyani: Bak Memilih Antara Ayah atau Ibu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan atau Menkeu, Sri Mulyani Indrawati memberikan, kabar baik seputar ekonomi global pada tahun 2023. Menurutnya dilema kebijakan yang dihadapi para pembuat kebijakan tentunya tidak akan sesulit sebelumnya.
Sri Mulyani mengutarakan, yang paling sulit sebutnya adalah memilih di antara menstabilkan harga termasuk nilai tukar, versus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
"Kalau disuruh memilih di antara keduanya, biasanya kita memilih keduanya bersamaan. Ini sama seperti dilema disuruh harus memilih antara ayah dan ibu, kita tidak akan memilih, kita mau keduanya," ungkap Sri Mulyani dalam Mandiri Investment Forum 2023 di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Menurutnya ada harapan baik di 2023 dengan kinerja ekonomi beberapa negara yang sudah sedikit membaik di kuartal terakhir 2022. Kinerja ekonomi tersebut menjadi bukti bahwa pelemahan ekonomi global memang masih terjadi, tetapi tidak sedalam dan separah yang diperkirakan. Hanya saja, pelemahan ini masih akan berlanjut di kuartal I-2023.
"Atau bahkan mungkin berlangsung lebih lama, hingga semester I tahun 2023," ucap Sri Mulyani.
Hanya saja, dengan perkembangan sekarang, situasi ini memberikan optimisme bahwa tekanan yang datang dari respons kebijakan pengetatan moneter dan meningkatnya suku bunga dari otoritas moneter akan mulai melambat.
"Ini memberikan harapan baru bahwa di 2023, setidaknya di semester II akan ada kombinasi yang lebih positif, yaitu menurunnya inflasi atau harga yang stabil. Juga pemulihan yang menguat, sementara tekanan harga akan semakin berkurang," ungkap Mantan Direktur Bank Dunia tersebut.
Dia mengatakan bahwa ini adalah situasi yang saat ini menjadi sedikit lebih longgar dan lebih bersemangat. "Saya berharap agar situasi ini akan berlanjut, meski kita melihat banyak proyeksi dari lembaga internasional bahwa 2022 sudah berlalu, tetapi menurut mereka pertumbuhan 2023 tetap akan melambat dibandingkan 2022," pungkas Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengutarakan, yang paling sulit sebutnya adalah memilih di antara menstabilkan harga termasuk nilai tukar, versus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
"Kalau disuruh memilih di antara keduanya, biasanya kita memilih keduanya bersamaan. Ini sama seperti dilema disuruh harus memilih antara ayah dan ibu, kita tidak akan memilih, kita mau keduanya," ungkap Sri Mulyani dalam Mandiri Investment Forum 2023 di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Menurutnya ada harapan baik di 2023 dengan kinerja ekonomi beberapa negara yang sudah sedikit membaik di kuartal terakhir 2022. Kinerja ekonomi tersebut menjadi bukti bahwa pelemahan ekonomi global memang masih terjadi, tetapi tidak sedalam dan separah yang diperkirakan. Hanya saja, pelemahan ini masih akan berlanjut di kuartal I-2023.
"Atau bahkan mungkin berlangsung lebih lama, hingga semester I tahun 2023," ucap Sri Mulyani.
Hanya saja, dengan perkembangan sekarang, situasi ini memberikan optimisme bahwa tekanan yang datang dari respons kebijakan pengetatan moneter dan meningkatnya suku bunga dari otoritas moneter akan mulai melambat.
"Ini memberikan harapan baru bahwa di 2023, setidaknya di semester II akan ada kombinasi yang lebih positif, yaitu menurunnya inflasi atau harga yang stabil. Juga pemulihan yang menguat, sementara tekanan harga akan semakin berkurang," ungkap Mantan Direktur Bank Dunia tersebut.
Dia mengatakan bahwa ini adalah situasi yang saat ini menjadi sedikit lebih longgar dan lebih bersemangat. "Saya berharap agar situasi ini akan berlanjut, meski kita melihat banyak proyeksi dari lembaga internasional bahwa 2022 sudah berlalu, tetapi menurut mereka pertumbuhan 2023 tetap akan melambat dibandingkan 2022," pungkas Sri Mulyani.
(akr)