Diesel Rusia Dilarang Eropa, Moskow Raup Rp 29,9 Triliun di Akhir 2022
loading...
A
A
A
FRANKFURT - Eropa memberlakukan larangan terbaru sejak Minggu kemarin yang ditujukan kepada bahan bakar diesel Rusia dan produk minyak sulingan lainnya. Embargo terbaru Eropa sebagai upaya mengurangi ketergantungan kepada energi Moskow dan berusaha menekan pendapatan bahan bakar fosil Kremlin sebagai respon atas perang Ukraina.
Larangan itu datang bersama dengan batas harga yang disepakati oleh negara-negara kaya yang tergabung dalam G7. Pembatasan harga minyak Rusia memungkinkan diesel Rusia untuk terus mengalir ke negara-negara seperti China dan India.
Serta menghindari kenaikan harga tiba-tiba yang akan merugikan konsumen di seluruh dunia, sambil mengurangi keuntungan Moskow dari jualan minyak mentah.
Diesel merupakan kunci bagi perekonomian karena digunakan untuk menggerakkan mobil, truk yang membawa barang, peralatan pertanian, dan mesin pabrik. Harga solar telah meningkat seiring dengan pulihnya permintaan setelah Pandemi Covid-19 dan pembatasan kapasitas penyulingan, untuk berkontribusi pada lonjakan inflasi.
Sanksi baru itu menciptakan ketidakpastian tentang harga, karena Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara itu menemukan pasokan diesel baru dari AS (Amerika Serikat), Timur Tengah dan India untuk menggantikan pasokan dari Rusia, yang pada satu titik mengirimkan 10% dari total kebutuhan diesel Eropa.
Hal itu harus melalui perjalanan yang lebih panjang daripada dari pelabuhan Rusia. Harga juga dapat ikut terdongkrak usai kembalinya permintaan dari China karena ekonomi rebound setelah berakhirnya pembatasan Covid-19 yang ketat di bawah kebijakan nol Covid-19.
Batas harga USD 100 per barel untuk diesel, bahan bakar jet dan bensin harus ditegakkan dengan melarang layanan asuransi dan pengiriman menangani solar dengan harga yang melebihi batas. Dimana sebagian besar perusahaan berlokasi di negara-negara Barat.
Hal ini mengikuti batas USD 60 per barel pada minyak mentah Rusia yang mulai berlaku pada bulan Desember 2022 lalu dan seharusnya bekerja dengan cara yang sama.
"Begitu kita menetapkan batasan harga ini, kita dapat menekan keuntungan Rusia tanpa lonjakan harga yang akan merugikan ekonomi Barat," kata Thomas O'Donnell, seorang rekan global di Wilson Center yang berbasis di Washington.
Analis mengatakan mungkin ada kenaikan harga pada awalnya. Tetapi mereka mengatakan, embargo seharusnya tidak menyebabkan lonjakan harga jika batas tersebut berfungsi sebagaimana mestinya dan diesel Rusia terus mengalir ke negara lain.
Harga bahan bakar diesel cenderung mendatar sejak awal Desember, dengan biaya 1,80 euro per liter (USD 7,37 per galon) pada 30 Januari, menurut laporan pasar minyak mingguan yang dikeluarkan oleh komisi eksekutif Uni Eropa. Harga di Jerman, ekonomi terbesar UE, turun 2,6 sen menjadi 1,83 euro per liter (USD 7,48 per galon) pada 31 Januari.
Larangan itu memberikan masa tenggang 55 hari untuk diesel yang dimuat di kapal tanker sebelum hari Minggu, sebuah langkah yang bertujuan untuk menghindari gejolak pasar. Pejabat Uni Eropa mengatakan importir memiliki waktu untuk menyesuaikan diri sejak larangan itu diumumkan pada Juni.
Rusia diterangkan memperoleh lebih dari USD 2 miliar atau setara Rp 29,9 triliun (Kurs Rp 14.989/USD) dari penjualan diesel ke Eropa pada bulan Desember 2022 saja karena importir tampaknya telah menimbun dengan pembelian tambahan menjelang larangan tersebut.
Eropa diketahui telah melarang batu bara Rusia dan sebagian besar minyak mentah, sementara Moskow telah memutus sebagian besar pengiriman gas alam.
Larangan itu datang bersama dengan batas harga yang disepakati oleh negara-negara kaya yang tergabung dalam G7. Pembatasan harga minyak Rusia memungkinkan diesel Rusia untuk terus mengalir ke negara-negara seperti China dan India.
Serta menghindari kenaikan harga tiba-tiba yang akan merugikan konsumen di seluruh dunia, sambil mengurangi keuntungan Moskow dari jualan minyak mentah.
Diesel merupakan kunci bagi perekonomian karena digunakan untuk menggerakkan mobil, truk yang membawa barang, peralatan pertanian, dan mesin pabrik. Harga solar telah meningkat seiring dengan pulihnya permintaan setelah Pandemi Covid-19 dan pembatasan kapasitas penyulingan, untuk berkontribusi pada lonjakan inflasi.
Sanksi baru itu menciptakan ketidakpastian tentang harga, karena Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara itu menemukan pasokan diesel baru dari AS (Amerika Serikat), Timur Tengah dan India untuk menggantikan pasokan dari Rusia, yang pada satu titik mengirimkan 10% dari total kebutuhan diesel Eropa.
Hal itu harus melalui perjalanan yang lebih panjang daripada dari pelabuhan Rusia. Harga juga dapat ikut terdongkrak usai kembalinya permintaan dari China karena ekonomi rebound setelah berakhirnya pembatasan Covid-19 yang ketat di bawah kebijakan nol Covid-19.
Batas harga USD 100 per barel untuk diesel, bahan bakar jet dan bensin harus ditegakkan dengan melarang layanan asuransi dan pengiriman menangani solar dengan harga yang melebihi batas. Dimana sebagian besar perusahaan berlokasi di negara-negara Barat.
Hal ini mengikuti batas USD 60 per barel pada minyak mentah Rusia yang mulai berlaku pada bulan Desember 2022 lalu dan seharusnya bekerja dengan cara yang sama.
"Begitu kita menetapkan batasan harga ini, kita dapat menekan keuntungan Rusia tanpa lonjakan harga yang akan merugikan ekonomi Barat," kata Thomas O'Donnell, seorang rekan global di Wilson Center yang berbasis di Washington.
Baca Juga
Analis mengatakan mungkin ada kenaikan harga pada awalnya. Tetapi mereka mengatakan, embargo seharusnya tidak menyebabkan lonjakan harga jika batas tersebut berfungsi sebagaimana mestinya dan diesel Rusia terus mengalir ke negara lain.
Harga bahan bakar diesel cenderung mendatar sejak awal Desember, dengan biaya 1,80 euro per liter (USD 7,37 per galon) pada 30 Januari, menurut laporan pasar minyak mingguan yang dikeluarkan oleh komisi eksekutif Uni Eropa. Harga di Jerman, ekonomi terbesar UE, turun 2,6 sen menjadi 1,83 euro per liter (USD 7,48 per galon) pada 31 Januari.
Larangan itu memberikan masa tenggang 55 hari untuk diesel yang dimuat di kapal tanker sebelum hari Minggu, sebuah langkah yang bertujuan untuk menghindari gejolak pasar. Pejabat Uni Eropa mengatakan importir memiliki waktu untuk menyesuaikan diri sejak larangan itu diumumkan pada Juni.
Rusia diterangkan memperoleh lebih dari USD 2 miliar atau setara Rp 29,9 triliun (Kurs Rp 14.989/USD) dari penjualan diesel ke Eropa pada bulan Desember 2022 saja karena importir tampaknya telah menimbun dengan pembelian tambahan menjelang larangan tersebut.
Eropa diketahui telah melarang batu bara Rusia dan sebagian besar minyak mentah, sementara Moskow telah memutus sebagian besar pengiriman gas alam.
(akr)