Gurita Bisnis BUMDes Maju Mandiri, Kelola Goa Pindul hingga Pasar Digital

Sabtu, 11 Februari 2023 - 09:07 WIB
loading...
Gurita Bisnis BUMDes...
Para wisatawan menikmati sensasi Goa Pindul yang berlokasi di Desa Bejiharjo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
A A A
JAKARTA - Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) mampu menggerakkan perekonomian masyarakat dan wilayah sekitarnya. Menggali potensi yang ada di desa, seperti wisata, pertanian, simpan-pinjam, dan pemasaran produk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) secara digital.

Enam tahun belakangan ini, nama Goa Pindul lazim terdengar di telinga masyarakat nusantara. Testimoni mulut ke mulut dari para pelancong yang sudah menikmati wisata air mengarungi goa menggunakan ban dalam mobil atau media yang menurunkan laporan mengenai destinasi wisata dan kesuksesan mengkapitalisasi potensi yang ada di desa. Semakin meningkatkan animo masyarakat untuk mengunjunginya dan pamor Goa Pindul.

Sebelum Pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia, pengunjung goa ini bisa mencapai 30.000 orang per bulan atau 360.000 pelancong per tahun. Wisata Goa Pindul ini awalnya dikelola swadaya oleh masyarakat sekitar. Kemudian, Desa Bejiharjo mendirikan BUMDes Maju Mandiri akhir 2016, Goa Pindul masuk dalam aset yang dikelola.

(Baca juga:Potensi Desa Besar, Pemberdayaan BUMDes Perlu Dukungan)

Direktur BUMDes Maju Mandiri Sariyanta mengatakan BUMDes ini mulai operasional pada Mei 2017 dengan modal awal sebesar Rp500 juta yang berasal dari dana desa. Desa juga meminta BUMDes untuk mengelola aset-aset lain, seperti tanah seluas 5 hektare (ha), pasar, simpan pinjam, dan tempat pengelolaan sampah.

Yanto, sapaan akrabnya, mengungkapkan sekarang pihaknya menambah tiga lini usaha, yakni Bejiharjo Edupark, event organizer (EO), serta internet desa dan pasar digital. “Karena (di) tempat kami banyak orang studi banding, pelatihan. Juga tempat yang digunakan untuk pertemuan dan sebagainya, maka kami buat EO,” ujarnya kepada KORAN SINDO, Jumat (10/2/2023).

Di situs BUMDes Maju Mandiri, Bejiharjo Edupark disebutkan pernah digunakan untuk kegiatan Kemah Jambore Kwarcab Gunungkidul. Pesertanya sebanyak 350 siswa pada medio Juli tahun lalu.

(Baca juga:Potensi Desa Besar, Pemberdayaan BUMDes Perlu Dukungan)

Dia menjelaskan BUMDes juga mengoptimalkan tanah desa yang ada di pinggir jalan dengan membangun toko. Kemudian, toko-toko itu disewakan kepada masyarakat. Totalnya, ada 82 titik yang dikelola BUMDes.

Dalam mengelola aset desa dan menjalankan lini usaha, menurutnya, tidak semua bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Yanto menyatakan ada usaha-usaha yang sifatnya sosial, tetapi memiliki dampak yang besar bagi masyarakat Bejiharjo. Empat lini usaha memang menghasilkan keuntungan yang tinggi, yakni Goa Pindul, Bejiharjo Edupark, persewaan toko, dan simpan pinjam.

“Untuk yang lain, misalnya, internet desa itu tidak begitu besar memberikan dampak keuangan. Akan tetapi, dampak sosialnya luar biasa, seperti mendorong edukasi, pemasaran dan sebagainya. Jadi, kami melihatnya di situ, termasuk juga untuk (pengelolaan) sampah. Itu bisa jadi habis untuk pengelolaan atau biaya operasional. Tapi, dampak kesehatan dan kebersihannya luar biasa,” paparnya.

Desa Bejiharjo begitu memikirkan dampak turunan dari banyak pelancong yang datang. Maka, BUMDes mengelola sampah yang diambil dari rumah-rumah warga, wisata, sekolah, dan lainnya.

Kemudian, sampah itu dipilah-pilah. Ada yang dibuat pupuk organik dan digunakan untuk budidaya margot. Yang tidak bisa diolah dan dijual, baru dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul. BUMDes sebagai perwakilan desa mampu tampil sebagai pengelola potensi, pembina, dan pemberdaya masyarakat secara baik.

(Baca juga:3 Pesona Wisata Olahraga di Gunungkidul yang Wajib Dicoba!)

Yanto menuturkan saat ini ada sekitar 2.005 orang yang bekerja di lini usaha wisata. BUMDes juga membina para pelaku UMKM dengan memberikan ruang kepada mereka untuk berjualan di wilayah Bejiharjo, terutama ketika ada even-even. Bahkan, BUMDes membantu memasarkan produk UMKM secara digital, seperti bakso goreng gamelan mini, dan kain perca batik. Total ada 17 produk UMKM unggulan dari Desa Bejiharjo.

Kunjungan wisatawan yang banyak ke Goa Pindul tentunya menarik masyarakat untuk membuka usaha di sekitarnya. Ternyata, BUMDes Maju Mandiri terbuka bagi masyarakat dari desa dan kecamatan tetangga untuk menyewa dan berdagang di Bejiharjo. Situasi ini tentu membuat perputaran uang yang besar dan menahan masyarakat untuk tidak lagi bergerak ke kota. Mereka bisa menghasilkan uang di desa sendiri.

BUMDes Maju Mandiri pun tidak serampangan dalam mengelola unit usaha. Salah satunya, unit usaha simpan-pinjam. Menurut Yanto, pihaknya mengadopsi standar operasional prosedur (SOP) yang mengikuti perbankan nasional.

Tak main-main, kemampuan unit usaha ini karena bisa memberikan pinjaman hingga Rp50 juta. “Kami memiliki tim khusus, misalnya survei dan kredit sehingga bisa menjamin keakuratan agunan, sifat orang yang mau pinjam, dan kemampuan bayarnya,” tegasnya.

Saat ditanya berapa keuntungan yang diperoleh BUMDes dari unit usahanya, Yanto tak secara gamblang menyebut angka. Dia hanya memberikan gambaran, jumlah pengunjung yang saban bulan sekitar 30.000 dikalikan harga tiket masuk Goa Pindul sebesar Rp40.000 dan biaya retribusi Rp10.000.

Itu dalam kondisi normal. Saat ini jumlah pengunjung belum kembali normal. “Karena pasca pandemi Covid-19 belum begitu boleh untuk wisata, baik di Pindul maupun lainnya, baru mencapai 160.000-an (pengunjung),” katanya.
(dar)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0824 seconds (0.1#10.140)