Pendapatan Minyak dan Gas Rusia Anjlok 40% di Januari, Sanksi Barat Makan Korban
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pendapatan minyak dan gas Rusia anjlok 40% pada Januari 2023, untuk menjadi sebuah sinyal bahwa ekspor Kremlin mulai merasakan tekanan dari sanksi Barat. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), eskpor minyak dan gas Rusia tergerus menjadi USD18,5 miliar atau setara Rp279,8 triliun (Kurs Rp15.127/USD) pada Januari.
Raihan tersebut setara dengan penurunan kurang lebih 38% dibandingkan Januari tahun lalu, ketika Rusia menarik USD30 miliar seperti dilaporkan Reuters.
Diyakini penurunan ini sebagai pertanda sanksi barat memiliki efek yang ditujukan pada ekonomi Rusia, terutama larangan impor gas Uni Eropa dan batas harga USD60 untuk minyak mentah Rusia yang dimulai menjelang akhir 2022.
"Proyeksi kami, penurunan penerimaan migas ini akan lebih curam dalam beberapa bulan mendatang. Dan bahkan lebih curam dalam jangka menengah, sebagai akibat dari kurangnya akses ke teknologi dan investasi," kata Kepala IEA, Fatih Birol kepada Reuters.
Rusia telah babak belur oleh sanksi selama setahun terakhir, sejak invasinya terhadap Ukraina menyebabkan rentetan pembatasan perdagangan dari negara-negara barat. Ditambah pelanggan Eropa mulai bergeser dari impor gas dan minyak Rusia.
Saat ini Rusia sedang berjuang untuk menyalurkan pasokan energinya setelah produk minyak mentah dan minyaknya dijauhi oleh pelanggan Eropa. Hanya ada segelintir pembeli minyak mentah Rusia yang tersisa di pasar, dan hampir 2 juta barel diesel Rusia terdampar di laut karena kurangnya pembeli, menurut data Kpler.
Sementara itu Presiden Vladimir Putin belum lama ini menyebut batas harga minyak yang digagas negara kaya G7 sebagai tindakan 'bodoh'. Dimana langkah itu telah menyebabkan kerugian USD15 juta untuk Moskow dalam minggu terakhir tahun 2022 saja, dengan bank sentral Rusia menggambarkan langkah itu sebagai "guncangan ekonomi" terhadap ekonominya.
Tetapi perkiraan dampak sanksi terhadap ekonomi Moskow bervariasi. Satu makalah baru-baru ini menemukan bahwa Rusia masih dapat menjual sebagian besar minyaknya di atas batas harga dan permintaan minyak mentah Rusia di luar Eropa tetap kuat, berkat armada kapal tanker bayangan Rusia yang dirancang untuk menghindari sanksi.
Di sisi lain IEA tetap optimistis, efek sanksi bisa melumpuhkan pendapatan perang Moskow sambil memungkinkan minyak Rusia tetap mengalir ke pasar internasional, menurut kepala divisi industri dan pasar minyak IEA Toril Bosoni.
Tetapi Birol memperingatkan, pelanggan Eropa masih perlu tetap waspada pada pasokan energi, dengan melakukan beberapa hal seperti mengejar inisiatif energi terbarukan dan membangun penyimpanan gas alam.
Raihan tersebut setara dengan penurunan kurang lebih 38% dibandingkan Januari tahun lalu, ketika Rusia menarik USD30 miliar seperti dilaporkan Reuters.
Diyakini penurunan ini sebagai pertanda sanksi barat memiliki efek yang ditujukan pada ekonomi Rusia, terutama larangan impor gas Uni Eropa dan batas harga USD60 untuk minyak mentah Rusia yang dimulai menjelang akhir 2022.
"Proyeksi kami, penurunan penerimaan migas ini akan lebih curam dalam beberapa bulan mendatang. Dan bahkan lebih curam dalam jangka menengah, sebagai akibat dari kurangnya akses ke teknologi dan investasi," kata Kepala IEA, Fatih Birol kepada Reuters.
Rusia telah babak belur oleh sanksi selama setahun terakhir, sejak invasinya terhadap Ukraina menyebabkan rentetan pembatasan perdagangan dari negara-negara barat. Ditambah pelanggan Eropa mulai bergeser dari impor gas dan minyak Rusia.
Saat ini Rusia sedang berjuang untuk menyalurkan pasokan energinya setelah produk minyak mentah dan minyaknya dijauhi oleh pelanggan Eropa. Hanya ada segelintir pembeli minyak mentah Rusia yang tersisa di pasar, dan hampir 2 juta barel diesel Rusia terdampar di laut karena kurangnya pembeli, menurut data Kpler.
Baca Juga
Sementara itu Presiden Vladimir Putin belum lama ini menyebut batas harga minyak yang digagas negara kaya G7 sebagai tindakan 'bodoh'. Dimana langkah itu telah menyebabkan kerugian USD15 juta untuk Moskow dalam minggu terakhir tahun 2022 saja, dengan bank sentral Rusia menggambarkan langkah itu sebagai "guncangan ekonomi" terhadap ekonominya.
Tetapi perkiraan dampak sanksi terhadap ekonomi Moskow bervariasi. Satu makalah baru-baru ini menemukan bahwa Rusia masih dapat menjual sebagian besar minyaknya di atas batas harga dan permintaan minyak mentah Rusia di luar Eropa tetap kuat, berkat armada kapal tanker bayangan Rusia yang dirancang untuk menghindari sanksi.
Di sisi lain IEA tetap optimistis, efek sanksi bisa melumpuhkan pendapatan perang Moskow sambil memungkinkan minyak Rusia tetap mengalir ke pasar internasional, menurut kepala divisi industri dan pasar minyak IEA Toril Bosoni.
Tetapi Birol memperingatkan, pelanggan Eropa masih perlu tetap waspada pada pasokan energi, dengan melakukan beberapa hal seperti mengejar inisiatif energi terbarukan dan membangun penyimpanan gas alam.
(akr)