Profil PT Sritex: Dari Pasar Klewer Solo Jadi Pemasok Seragam Militer 36 Negara di Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang dikenal dengan PT Sritex pertama kali membangun pabrik di Jalan K.H. Samanhudi, Kabupaten Sukaharjo , Jawa Tengah. Meski berasal dari kawasan kecil, namun Sritex telah memasok seragam militer ke lebih dari 30 negara di dunia.
Mengawalinya pada tahun 1966, PT Sritex didirikan oleh H.M Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo. Selain percetakan kain, Sritek juga pernah membangun pabrik tenun.
Pada tahun 1968, Sritex membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo. Lalu di tahun 1978, mereka terdaftar dalam Kementrian Perdagangan (Kemendag) sebagai perseroan terbatas.
Dilanjutkan dengan mendirikan pabrik tenun pertama di 1982. Tak berhenti sampai disitu, Sritex lantas memperluas pabrik dengan 4 lini produksi (pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana) dalam satu atap pada 1992.
Pabrik Sritex yang diresmikan oleh Presiden Soeharto mulai diminta memproduksi seragam polisi dan Tentara Negara Indonesia (TNI). Perlahan Sritex mendunia usai pada 1994 menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan Tentara Jerman.
Sejak saat itu kualitas seragam militer buatan PT Sritex mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. Tercatat sudah ada 36 negara di dunia yang mempercayakan seragam militernya dibuat oleh Sritex.
Sritex selamat dari Krisis Moneter di tahun 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada tahun 1992. Pada tahun 2012, Sritex berhasil menggandakan pertumbuhan dan kinerjanya dibanding pada tahun 2008.
Berlanjut di 2013, PT Sri Rejeki Isman Tbk secara resmi terdaftar sahamnya (dengan kode ticker dan SRIL) pada Bursa Efek Indonesia. Setahun setelahnya Iwan S. Lukminto menerima penghargaan sebagai Businessman of the Year dari majalah Forbes Indonesia dan sebagai EY Entreprenuer of the Year 2014 dari Ernst & Young.
Mengawalinya pada tahun 1966, PT Sritex didirikan oleh H.M Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo. Selain percetakan kain, Sritek juga pernah membangun pabrik tenun.
Pada tahun 1968, Sritex membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo. Lalu di tahun 1978, mereka terdaftar dalam Kementrian Perdagangan (Kemendag) sebagai perseroan terbatas.
Dilanjutkan dengan mendirikan pabrik tenun pertama di 1982. Tak berhenti sampai disitu, Sritex lantas memperluas pabrik dengan 4 lini produksi (pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana) dalam satu atap pada 1992.
Pabrik Sritex yang diresmikan oleh Presiden Soeharto mulai diminta memproduksi seragam polisi dan Tentara Negara Indonesia (TNI). Perlahan Sritex mendunia usai pada 1994 menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan Tentara Jerman.
Sejak saat itu kualitas seragam militer buatan PT Sritex mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. Tercatat sudah ada 36 negara di dunia yang mempercayakan seragam militernya dibuat oleh Sritex.
Sritex selamat dari Krisis Moneter di tahun 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada tahun 1992. Pada tahun 2012, Sritex berhasil menggandakan pertumbuhan dan kinerjanya dibanding pada tahun 2008.
Berlanjut di 2013, PT Sri Rejeki Isman Tbk secara resmi terdaftar sahamnya (dengan kode ticker dan SRIL) pada Bursa Efek Indonesia. Setahun setelahnya Iwan S. Lukminto menerima penghargaan sebagai Businessman of the Year dari majalah Forbes Indonesia dan sebagai EY Entreprenuer of the Year 2014 dari Ernst & Young.