President University Gandeng PT Nirwana Persada Cipta Kembangkan Moulding Competency Center
loading...
A
A
A
Dirinya sepakat dengan gagasan Chairy tentang pengembangan moulding competency center yang berbasis plastik. “Kami di NPC siap bersinergi dengan Presuniv untuk mewujudkan hal tersebut,” katanya.
Kepala Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Dr.Eng. Lydia Anggraini, ST, M.Eng mengatakan hadirnya mesin NPC 160 akan semakin melengkapi berbagai fasilitas yang sudah ada di laboratorium Prodi Teknik Mesin. “Sebelumnya laboratorium Teknik Mesin sudah memiliki sejumlah perangkat pelatihan. Di antaranya, perangkat digital manufacturing design, material laboratory, termasuk 3D printer. Adanya Injection Moulding Machine (NPC 160) membuat perangkat yang ada di laboratorium Teknik Mesin menjadi semakin lengkap,” katanya.
Lydia juga antusias dengan gagasan pengembangan moulding competency center bersama-sama dengan NPC. “Dengan adanya moulding competency center, kelak pengguna peralatan Injection Moulding Machine (NPC 160) bukan hanya terbatas pada mahasiswa Presuniv, tetapi bisa juga masyarakat luas, termasuk para pelaku bisnis plastik dan bisnis-bisnis lainnya yang berada di kawasan industri Jababeka dan kawasan-kawasan industri sekitarnya,” ungkap Lydia Anggraini.
(Baca juga:President University, Kampus dengan Jumlah Mahasiswa Asing Terbanyak se-Indonesia)
Selain untuk pelatihan mahasiswa dan masyarakat, mesin Injection Moulding Machine (NPC 160) bisa dikomersialisasikan. “Dengan adanya mesin tersebut, kami juga siap mencetak berbagai produk plastik kemasan sesuai dengan permintaan customer,” ungkap Direktur Teknik Fabrication Laboratory (Fablab) Nanang Ali Sutisna, M.Eng, yang juga dosen Prodi Teknik Mesin.
Plastik dan Ekonomi Sirkular
Nanang mengatakan mesin ini membutuhkan bahan baku yang berupa biji plastik. Biji-biji plastik tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin untuk dipanaskan pada suhu tertentu sampai meleleh.
Setelah meleleh, plastik cair tersebut kemudian diinjeksikan ke dalam mesin cetak (moulding). Plastik cair yang telah dicetak tersebut kemudian akan didiamkan selama beberapa waktu sampai mendingin dan bentuknya tidak berubah. Setelah itu, plastik tersebut dikeluarkan dari mesin cetak dalam bentuk produk jadi.
Injection Moulding Machine (NPC 160) tersebut dapat dioperasikan secara manual, semi-otomatis, dan otomatis. “Selama cetakan dirancang dengan wajar, mesin injeksi dapat bekerja secara otomatis dari injeksi ke pencetakan dan keluar dalam bentuk produk jadi,” kata Nanang.
Saat ini industri plastik sudah memainkan peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional maupun internasional. Industri plastik kini menjadi pendukung utama bagi industri-industri lainnya, seperti industri makanan dan minuman, medis dan farmasi, kosmetik, elektronik, pertanian, automotif, konstruksi dan masih banyak lagi bidang industri lainnya. “Ini menunjukkan kian meluasnya penggunaan plastik untuk berbagai produk industri,” katanya.
Contohnya, industri automotif semakin banyak menggunakan plastik untuk berbagai komponennya. Misalnya, banyak bagian interior kendaraan yang kini menggunakan plastik. Plastik juga digunakan untuk mengganti komponen yang terbuat dari baja.
Kepala Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Dr.Eng. Lydia Anggraini, ST, M.Eng mengatakan hadirnya mesin NPC 160 akan semakin melengkapi berbagai fasilitas yang sudah ada di laboratorium Prodi Teknik Mesin. “Sebelumnya laboratorium Teknik Mesin sudah memiliki sejumlah perangkat pelatihan. Di antaranya, perangkat digital manufacturing design, material laboratory, termasuk 3D printer. Adanya Injection Moulding Machine (NPC 160) membuat perangkat yang ada di laboratorium Teknik Mesin menjadi semakin lengkap,” katanya.
Lydia juga antusias dengan gagasan pengembangan moulding competency center bersama-sama dengan NPC. “Dengan adanya moulding competency center, kelak pengguna peralatan Injection Moulding Machine (NPC 160) bukan hanya terbatas pada mahasiswa Presuniv, tetapi bisa juga masyarakat luas, termasuk para pelaku bisnis plastik dan bisnis-bisnis lainnya yang berada di kawasan industri Jababeka dan kawasan-kawasan industri sekitarnya,” ungkap Lydia Anggraini.
(Baca juga:President University, Kampus dengan Jumlah Mahasiswa Asing Terbanyak se-Indonesia)
Selain untuk pelatihan mahasiswa dan masyarakat, mesin Injection Moulding Machine (NPC 160) bisa dikomersialisasikan. “Dengan adanya mesin tersebut, kami juga siap mencetak berbagai produk plastik kemasan sesuai dengan permintaan customer,” ungkap Direktur Teknik Fabrication Laboratory (Fablab) Nanang Ali Sutisna, M.Eng, yang juga dosen Prodi Teknik Mesin.
Plastik dan Ekonomi Sirkular
Nanang mengatakan mesin ini membutuhkan bahan baku yang berupa biji plastik. Biji-biji plastik tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin untuk dipanaskan pada suhu tertentu sampai meleleh.
Setelah meleleh, plastik cair tersebut kemudian diinjeksikan ke dalam mesin cetak (moulding). Plastik cair yang telah dicetak tersebut kemudian akan didiamkan selama beberapa waktu sampai mendingin dan bentuknya tidak berubah. Setelah itu, plastik tersebut dikeluarkan dari mesin cetak dalam bentuk produk jadi.
Injection Moulding Machine (NPC 160) tersebut dapat dioperasikan secara manual, semi-otomatis, dan otomatis. “Selama cetakan dirancang dengan wajar, mesin injeksi dapat bekerja secara otomatis dari injeksi ke pencetakan dan keluar dalam bentuk produk jadi,” kata Nanang.
Saat ini industri plastik sudah memainkan peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional maupun internasional. Industri plastik kini menjadi pendukung utama bagi industri-industri lainnya, seperti industri makanan dan minuman, medis dan farmasi, kosmetik, elektronik, pertanian, automotif, konstruksi dan masih banyak lagi bidang industri lainnya. “Ini menunjukkan kian meluasnya penggunaan plastik untuk berbagai produk industri,” katanya.
Contohnya, industri automotif semakin banyak menggunakan plastik untuk berbagai komponennya. Misalnya, banyak bagian interior kendaraan yang kini menggunakan plastik. Plastik juga digunakan untuk mengganti komponen yang terbuat dari baja.