Rupiah Tak Bertenaga, BI: Semua Negara Juga Sama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) buka suara mengenai pelemahan rupiah yang terus terjadi di bulan Juli. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, rupiah sejak awal tahun hingga saat ini tercatat sudah melemah 3,57%. Namun diterangkan olehnya, hal itu juga terjadi terhadap mata uang negara berkembang lainnya.
(Baca Juga: Pasar Mata Uang Dibayangi Rekor Penularan Covid-19, Rupiah Terdorong Loyo )
"Memang kalau kita lihat bahwa pasar keuangan masih mengalami tekanan. Kalau kita lihat ini nilai tukar di negara emerging market bukan hanya Indonesia juga terus mengalami tekanan, semuanya juga masih begerak belum stabil," ujar Destry dalam diskusi Virtual di Jakarta, Senin (20/7/2020).
Dia melanjutkan para investor asing masih khawatir untuk membuat mereka menarik uangnya di negara berkembang untuk kembali ke AS. Pasalnya, pandemi diperkirakan akan muncul gelombang kedua sehingga dampaknya akan berlangsung lebih lama dan lebih dalam.
"Kita lihat belum puncaknya, masih terus meningkat. Akhirnya mereka kembali lagi ke AS, beli lagi obligasi AS. Sehingga rupiah dan mata uang regional tertekan," jelasnya.
(Baca Juga: Rupiah Awal Sesi Makin Parah ke Rp14.832/USD Saat Euro Balik Pukul Dolar AS )
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan, Senin (20/7/2020) dibuka semakin parah untuk jatuh semakin dalam mendekati level Rp15.000 per USD. Sementara itu euro mendekati level tertinggi empat bulan untuk balik memukul dolar AS.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka anjlok menjadi Rp14.832/USD. Level tersebut memperlihatkan rupiah loyo dibandingkan sebelumnya Rp14.780/USD .
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange sempat membaik pada pembukaan ini Rp14.695/USD dan terus bergerak merosot hingga menyentuh level Rp14.810/USD. Raihan ini merosot dari Jumat kemarin di Rp14.702/USD dengan pergerakan harian rupiah hari ini Rp14.695-Rp14.810/USD.
(Baca Juga: Pasar Mata Uang Dibayangi Rekor Penularan Covid-19, Rupiah Terdorong Loyo )
"Memang kalau kita lihat bahwa pasar keuangan masih mengalami tekanan. Kalau kita lihat ini nilai tukar di negara emerging market bukan hanya Indonesia juga terus mengalami tekanan, semuanya juga masih begerak belum stabil," ujar Destry dalam diskusi Virtual di Jakarta, Senin (20/7/2020).
Dia melanjutkan para investor asing masih khawatir untuk membuat mereka menarik uangnya di negara berkembang untuk kembali ke AS. Pasalnya, pandemi diperkirakan akan muncul gelombang kedua sehingga dampaknya akan berlangsung lebih lama dan lebih dalam.
"Kita lihat belum puncaknya, masih terus meningkat. Akhirnya mereka kembali lagi ke AS, beli lagi obligasi AS. Sehingga rupiah dan mata uang regional tertekan," jelasnya.
(Baca Juga: Rupiah Awal Sesi Makin Parah ke Rp14.832/USD Saat Euro Balik Pukul Dolar AS )
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal perdagangan, Senin (20/7/2020) dibuka semakin parah untuk jatuh semakin dalam mendekati level Rp15.000 per USD. Sementara itu euro mendekati level tertinggi empat bulan untuk balik memukul dolar AS.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka anjlok menjadi Rp14.832/USD. Level tersebut memperlihatkan rupiah loyo dibandingkan sebelumnya Rp14.780/USD .
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange sempat membaik pada pembukaan ini Rp14.695/USD dan terus bergerak merosot hingga menyentuh level Rp14.810/USD. Raihan ini merosot dari Jumat kemarin di Rp14.702/USD dengan pergerakan harian rupiah hari ini Rp14.695-Rp14.810/USD.
(akr)