Ajib! Hannover Messe Belum Digelar, Indonesia Sudah Catatkan Kontrak Rp30 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang pernah tiga kali menjadi Official Partner Country Hannover Messe, sebuah pameran teknologi dunia yang digelar di Jerman. Pameran yang akan berlangsung pada 17 hingga 21 April ini digelar oleh Deutsche Messe AG (DMAG).
"Alhamdulillah, DMAG kembali memilih Indonesia sekali lagi untuk HM 2023. Hal ini tidak boleh disia-siakan, dan keberadaan sebagai negara mitra harus kita gunakan sebaik-baiknya,” ujar Menperin dalam keteranganya, dikutip Minggu (16/4/2023)
Agus menyapaikan meskipun Hannover Messe 2023 belum dibuka secara resmi, namun per Jumat kemarin, telah ada penandandatanganan kontrak business to business (B to B) senilai USD2 miliar atau Rp30 triliun (kurs Rp15.000).
“Setelah HM 2023 dibuka pada 16 April 2023 nanti, terus-menerus akan ada kerja sama investasi dari perusahaan-perusahaan yang masuk ke Indonesia,” katanya.
Kepada masyarakat Indonesia di Jerman, Menperin menjelaskan perkembangan terkini dari sektor industri di Indonesia. Kinerja industri Indonesia cukup menggembirakan, ditunjukkan dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur yang sudah selama 16 bulan berturut-turut di atas 50 poin.
"Terakhir, naik dari 51,2 di Februari 2023 menjadi 51,9 pada Maret 2023. Angka-angka itu menunjukkan bahwa confidence pelaku industri manufaktur cukup tinggi,” jelas Agus.
Ekspor manufaktur Indonesia mencapai USD206 miliar dan berkontribusi 70% dari total ekspor Indonesia. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini juga sudah kembali normal, bahkan lebih tinggi dari sebelum pandemi Covid-19.
“Berangkat dari kinerja sektor manufaktur yang baik ini, Indonesia juga cukup serius dalam melakukan akselerasi electric vehicle (EV). Pemerintah menerbitkan berbagai macam kebijakan yang diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan ekosistem EV. Di antaranya, pemberian bantuan pembelian motor listrik bagi para pelaku IKM dan UMKM agar manfaat yang diberikan menjadi produktif,” papar Menperin.
Terkait kondisi beberapa subsektor manufaktur yang masih tertekan seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT), Menperin menjelaskan adanya pengaruh pasar yang sedang lemah, termasuk pasar Eropa. Hal ini menempatkan perusahaan industri dalam posisi yang berat.
Baca Juga
"Alhamdulillah, DMAG kembali memilih Indonesia sekali lagi untuk HM 2023. Hal ini tidak boleh disia-siakan, dan keberadaan sebagai negara mitra harus kita gunakan sebaik-baiknya,” ujar Menperin dalam keteranganya, dikutip Minggu (16/4/2023)
Agus menyapaikan meskipun Hannover Messe 2023 belum dibuka secara resmi, namun per Jumat kemarin, telah ada penandandatanganan kontrak business to business (B to B) senilai USD2 miliar atau Rp30 triliun (kurs Rp15.000).
“Setelah HM 2023 dibuka pada 16 April 2023 nanti, terus-menerus akan ada kerja sama investasi dari perusahaan-perusahaan yang masuk ke Indonesia,” katanya.
Kepada masyarakat Indonesia di Jerman, Menperin menjelaskan perkembangan terkini dari sektor industri di Indonesia. Kinerja industri Indonesia cukup menggembirakan, ditunjukkan dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur yang sudah selama 16 bulan berturut-turut di atas 50 poin.
"Terakhir, naik dari 51,2 di Februari 2023 menjadi 51,9 pada Maret 2023. Angka-angka itu menunjukkan bahwa confidence pelaku industri manufaktur cukup tinggi,” jelas Agus.
Ekspor manufaktur Indonesia mencapai USD206 miliar dan berkontribusi 70% dari total ekspor Indonesia. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini juga sudah kembali normal, bahkan lebih tinggi dari sebelum pandemi Covid-19.
“Berangkat dari kinerja sektor manufaktur yang baik ini, Indonesia juga cukup serius dalam melakukan akselerasi electric vehicle (EV). Pemerintah menerbitkan berbagai macam kebijakan yang diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan ekosistem EV. Di antaranya, pemberian bantuan pembelian motor listrik bagi para pelaku IKM dan UMKM agar manfaat yang diberikan menjadi produktif,” papar Menperin.
Terkait kondisi beberapa subsektor manufaktur yang masih tertekan seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT), Menperin menjelaskan adanya pengaruh pasar yang sedang lemah, termasuk pasar Eropa. Hal ini menempatkan perusahaan industri dalam posisi yang berat.