Profil CEO Dropbox Drew Houston yang Baru PHK 500 Karyawan, Hartanya Rp23,4 Triliun
loading...
A
A
A
Drew Houston mendirikan perusahaan ini pada 2007 saat dirinya masih berusia 24 tahun. Tak sendirian, penyandang gelar Bachelor of Arts/Science itu membidani kelahiran Dropbox bersama Arash Ferdowsi, teman kuliahnya di Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Perusahaan penyedia penyimpanan cloud tersebut go public pada Maret 2018, di mana sahamnya melonjak lebih dari 35% pada hari pertama.
Houston yang menggenggam lebih dari 20% saham perusahaan merupakan pemegang saham perorangan terbesar di Dropbox. Mengutip Forbes, kekayaan Houston per Sabtu (6/5/2023) ditaksir mencapai USD1,6 miliar atau sekitar Rp23,4 triliun.
Sebelum mendirikan Dropbox, Houston diketahui sempat mencicipi bekerja di sejumlah bisnis rintisan teknologi alias startup. Memiliki ayah yang bergelar insinyur listrik jebolan Universitas Harvard, Houston bahkan sudah mengakrabi komputer sejak masih balita.
Ayahnya mengenalkan dengan pemrograman basic dan Houston sendiri kerap mengotak-atik komputer ayahnya. Maka tak heran jika saat masih usia 15 tahun, Houston telah mulai bekerja di startup industri robotika dan berperan dalam pengembangan startup di sekolah menengah. Usai lulus dari Acton Boxborough Regional High School, Drew melanjutkan kuliah ilmu komputer di MIT.
Mengutip buildd.co, ide membangun Dropbox muncul secara tak sengaja saat Housten sedang naik bus dan lupa membawa stik memori USB lantaran terburu-buru berangkat kerja.
Kebingungan, dia pun mulai mencari solusi untuk itu, dengan menulis kode tanpa tahu apa yang akan dia buat. Huoston pun memutuskan mulai menggarap teknologi yang dapat menyinkronkan file secara daring (online).
Namun, dia kesulitan menjelaskan kepada investor konsep Dropbox tanpa standar minimum kelayakan produk atau inovasi (Minimum Viable Product/MVP).
Mengingat sifat Dropbox yang padat teknologi, diperkirakan butuh waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya. Houston lantas punya ide cemerlang membuat video-video demonstrasi teknologi sederhana selama 3 menit. Dia pun menunjukkannya pada komunitas pengadopsi awal yang paham teknologi.
Perusahaan penyedia penyimpanan cloud tersebut go public pada Maret 2018, di mana sahamnya melonjak lebih dari 35% pada hari pertama.
Houston yang menggenggam lebih dari 20% saham perusahaan merupakan pemegang saham perorangan terbesar di Dropbox. Mengutip Forbes, kekayaan Houston per Sabtu (6/5/2023) ditaksir mencapai USD1,6 miliar atau sekitar Rp23,4 triliun.
Sebelum mendirikan Dropbox, Houston diketahui sempat mencicipi bekerja di sejumlah bisnis rintisan teknologi alias startup. Memiliki ayah yang bergelar insinyur listrik jebolan Universitas Harvard, Houston bahkan sudah mengakrabi komputer sejak masih balita.
Ayahnya mengenalkan dengan pemrograman basic dan Houston sendiri kerap mengotak-atik komputer ayahnya. Maka tak heran jika saat masih usia 15 tahun, Houston telah mulai bekerja di startup industri robotika dan berperan dalam pengembangan startup di sekolah menengah. Usai lulus dari Acton Boxborough Regional High School, Drew melanjutkan kuliah ilmu komputer di MIT.
Mengutip buildd.co, ide membangun Dropbox muncul secara tak sengaja saat Housten sedang naik bus dan lupa membawa stik memori USB lantaran terburu-buru berangkat kerja.
Kebingungan, dia pun mulai mencari solusi untuk itu, dengan menulis kode tanpa tahu apa yang akan dia buat. Huoston pun memutuskan mulai menggarap teknologi yang dapat menyinkronkan file secara daring (online).
Namun, dia kesulitan menjelaskan kepada investor konsep Dropbox tanpa standar minimum kelayakan produk atau inovasi (Minimum Viable Product/MVP).
Mengingat sifat Dropbox yang padat teknologi, diperkirakan butuh waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya. Houston lantas punya ide cemerlang membuat video-video demonstrasi teknologi sederhana selama 3 menit. Dia pun menunjukkannya pada komunitas pengadopsi awal yang paham teknologi.