Ekonom: Kontraksi Ekonomi Global 2020 Terburuk Sejak Perang Dunia II

Rabu, 22 Juli 2020 - 11:57 WIB
loading...
Ekonom: Kontraksi Ekonomi Global 2020 Terburuk Sejak Perang Dunia II
Kontraksi ekonomi global terburuk sejak PD II. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Dampak Covid-19 di berbagai belahan dunia menyebabkan ekonomi global tahun ini mengalami kontraksi terdalam sejak Perang Dunia II. Ancaman resesi ekonomi tidak hanya menimpa negara-negara maju, namun juga negara negara berkembang.

Pada bulan Juni, IMFdan World Bank memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh -4,9% dan -5,2%. Namun, ketidakpastian mengenai rentang waktu dan intensitas pandemi ini berpotensi mengerek ekonomi global turun lebih dalam.

"Beberapa isu geopolitik internasional, seperti perang dagang antara AS dan Tiongkok dan perubahan status hukum Hong Kong, ikut menekan pertumbuhan ekonomi global tahun ini," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, di Jakarta Rabu (22/7/2020).



Lesunya pertumbuhan ekonomi tahun ini tercermin dari perdagangan global yang tumbuh negatif, gejolak sektor keuangan yang meningkat, dan harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Berdasarkan skenario optimis WTO, perdagangan global mengalami pertumbuhan -12,9%, sementara untuk skenario pesimisnya mencapai -31,9%.

Meski begitu, kegiatan ekonomi di beberapa negara, khususnya Tiongkok dan sejumlah negara Eropa berangsur-angsur pulih, sejalan dengan pelonggaran restriksi kegiatan ekonomi dan penurunan jumlah kasus baru penderita Covid-19.Purchasing Manager Index di negara tersebut pada akhir kuartal kedua telah mengalami rebound tipis. Optimisme pemulihan ekonomi akan semakin besar dengan kemajuan beberapa produsen vaksin, seperti Sinovac dan University of Oxford/AstraZeneca, yang telah melakukan uji klinis tahap dua dan tiga.

"Dengan demikian, vaksin tersebut dapat dirilis ke publik pada awal tahun depan, sehingga penularan pandemi ini dapat ditekan dan proses pemulihan ekonomi tahun depan akan berlangsung lebih cepat," harap Faisal.



Selain itu, harga komoditas, yang menjadi salah satu leading indicators pertumbuhan ekonomi juga mulai mengalami rebound, setelah sempat mengalami kejatuhan tajam pada kuartal kedua. Namun, menurut dia, angkanya masih berada di bawah level tahun lalu. Pada bulan Juni, misalnya, indeks harga energi, yang terdiri dari minyak mentah, gas, dan batu bara, telah naik 65% dibandingkan bulan penurunan terdalamnya pada bulan April.

"Tren kenaikan ini diperkirakan akan berlanjut sejalan dengan mulai menggeliatnya kegiatan ekonomi negara-negara yang telah memperlonggar kebijakan pembatasan sosialnya," ungkap Faisal.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1925 seconds (0.1#10.140)