Ekonom: Suku Bunga Rendah Penting untuk Hidupkan Mesin Ekonomi

Rabu, 22 Juli 2020 - 15:13 WIB
loading...
Ekonom: Suku Bunga Rendah...
Suku bunga rendah dinilai menjadi salah satu kebutuhan untuk memutar kembali mesin ekonomi yang tersendat akibat pandemi. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Suku bunga Bank Indonesia 7-day reverse repo diperkirakan 4,0% pada akhir tahun 2020, lebih rendah dari prediksi sebelumnya yaitu 4,25%. Sinyal dari BI yang menunjukkan masih ada ruang untuk penurunan suku bunga acuan 7DRR adalah hasil lelang reverse repo tenor 12 bulan yang kembali turun ke level 4,34% pada akhir bulan Juni lalu dari sebelumnya di 4,59%.

Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sangat rendah tahun ini membutuhkan suku bunga yang lebih rendah untuk kembali menghidupkan mesin ekonomi.

"Pada level 4,0%, maka suku bunga 7DRR masih lebih tinggi sebanyak 375 bps dibandingkan dengan suku bunga acuan Federal Reserve," kata Adrian di Jakarta, Rabu (22/7/2020).

(Baca Juga: Terendah Sejak Krismon, Akankah BI Kembali Pangkas Suku Bunganya?)

Bank Indonesia (BI) juga telah melakukan serangkaian kebijakan moneter selain penurunan suku bunga acuan seperti menurunkan giro wajib minimum (GWM) perbankan, melakukan operasi moneter yang agresif untuk menambah likuiditas, melakukan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder dan primer dan berkoordinasi dengan pemerintah untuk meringankan beban pembiayaan stimulus fiskal. Selain itu, BI telah melakukan injeksi likuiditas sekitar Rp615 triliun (setara USD42 miliar) sejak awal tahun hingga Juni.

Menurut dia, kemungkinan BI akan kembali menambah pembelian obligasi pemerintah antara Rp500-600 triliun (setara USD35-40 miliar) setelah tercapai kesepakatan dengan Menteri Keuangan mengenai pembagian biaya stimulus penanganan pandemi Covid-19.

"Sebagai perbandingan neraca Federal Reserve naik hampir USD3 triliun, neraca ECB naik sekitar USD1,1 triliun dan neraca BoJ naik USD0,70 triliun antara Januari-Juni 2020 melalui injeksi likuiditas yang dikenal sebagai quantitative easing untuk meringankan dampak buruk pandemi," beber dia.

(Baca Juga: Ekonomi Mampet, Kebijakan di Era Normal Baru Dipertanyakan)

Adapun The Fed paling tidak akan menambah injeksi likuiditas sebanyak USD800 miliar lagi hingga akhir tahun 2020 dan dapat mencapai total USD4,2 triliun hingga tahun 2022. Dirinya juga berharap, era normal baru ini akan kembali mendorong roda perekonomian dengan kuat sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 diperkirakan sebesar 4,20%.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1878 seconds (0.1#10.140)