Asosiasi Petani Tebu Wanti-wanti Dampak Bergantung pada Impor Gula
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia ( APTRI ) mengingatkan pemerintah agar tidak terlalu bergantung pada impor untuk pengadaan gula dalam negeri, dan mulai mengembangkan kebijakan yang berpihak pada petani tebu nasional. Selama ini pemerintah dinilai terlalu bergantung pada impor untuk mencukupi kebutuhan gula yang mencapai 6 juta ton per tahun.
“Perlu disadari, produksi gula kita adalah 2,4-2,5 juta ton atau bisa sampai 2,6 juta ton. Kami tertimpa importasi gula yang tahun lalu harganya lebih murah dari gula nasional,” ujar Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen, dalam program Market Review IDX Channel, Selasa (13/6/2023).
Menurut Soemitro, selama ini petani tidak mendapatkan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada mereka. Soemitro pun mewanti-wanti pemerintah tentang potensi kenaikan harga impor gula yang dapat menganggu pasokan pangan nasional. Apalagi harga gula internasional saat ini sudah mengalami kenaikan dari 18 sen per pon menjadi 26 hingga 28 sen per pon.
Namun, Soemitro menilai pemerintah belum terlambat untuk mengembangkan kebijakan yang berpihak kepada petani tebu. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah, yakni dengan memberikan insentif kepada petani untuk memperbaiki kualitas tanaman tebu dan memberikan bibit yang bagus kepada petani.
Selain itu, pemerintah juga bisa menaikkan harga pokok penjualan (HPP) gula yang bisa memberdayakan dan menguntungkan petani.
“Dengan harga produksi mencapai Rp13.649 (per kg) dan bila memperhitungkan dengan keuntungan beban bunga kurang lebih 10%, maka harga yang menguntungkan adalah Rp15.000 (per kg),” bebernya.
Pihaknya tidak menuntut kenaikan hingga Rp15.000 per kg, namun setidaknya pemerintah bisa menetapkan HPP selaras dengan biaya produksi yang mencapai Rp13.600 per kg. Pasalnya, petani tebu semakin dirugikan khususnya dengan harga unsur pendukung produksi gula yang mengalami kenaikan, mulai dari harga tenaga kerja yang naik hingga 2 kali lipat, harga bahan bakar minyak (BBM), bahkan hingga harga pupuk.
Soemitro mengatakan akan terus menyadarkan pemerintah untuk tidak terlalu bergantung pada impor, karena terdapat potensi pasokan impor berkurang ketika negara lain membatasi kuota ekspor gula untuk kepentingan dalam negeri.
“Maka dari itu, harga yang bagus bisa menambahkan produksi. Kita bisa bersiap untuk melebarkan tanaman tebu untuk menghadapi potensi penurunan akibat el nino,” pungkasnya.
“Perlu disadari, produksi gula kita adalah 2,4-2,5 juta ton atau bisa sampai 2,6 juta ton. Kami tertimpa importasi gula yang tahun lalu harganya lebih murah dari gula nasional,” ujar Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen, dalam program Market Review IDX Channel, Selasa (13/6/2023).
Menurut Soemitro, selama ini petani tidak mendapatkan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada mereka. Soemitro pun mewanti-wanti pemerintah tentang potensi kenaikan harga impor gula yang dapat menganggu pasokan pangan nasional. Apalagi harga gula internasional saat ini sudah mengalami kenaikan dari 18 sen per pon menjadi 26 hingga 28 sen per pon.
Namun, Soemitro menilai pemerintah belum terlambat untuk mengembangkan kebijakan yang berpihak kepada petani tebu. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah, yakni dengan memberikan insentif kepada petani untuk memperbaiki kualitas tanaman tebu dan memberikan bibit yang bagus kepada petani.
Selain itu, pemerintah juga bisa menaikkan harga pokok penjualan (HPP) gula yang bisa memberdayakan dan menguntungkan petani.
“Dengan harga produksi mencapai Rp13.649 (per kg) dan bila memperhitungkan dengan keuntungan beban bunga kurang lebih 10%, maka harga yang menguntungkan adalah Rp15.000 (per kg),” bebernya.
Pihaknya tidak menuntut kenaikan hingga Rp15.000 per kg, namun setidaknya pemerintah bisa menetapkan HPP selaras dengan biaya produksi yang mencapai Rp13.600 per kg. Pasalnya, petani tebu semakin dirugikan khususnya dengan harga unsur pendukung produksi gula yang mengalami kenaikan, mulai dari harga tenaga kerja yang naik hingga 2 kali lipat, harga bahan bakar minyak (BBM), bahkan hingga harga pupuk.
Soemitro mengatakan akan terus menyadarkan pemerintah untuk tidak terlalu bergantung pada impor, karena terdapat potensi pasokan impor berkurang ketika negara lain membatasi kuota ekspor gula untuk kepentingan dalam negeri.
“Maka dari itu, harga yang bagus bisa menambahkan produksi. Kita bisa bersiap untuk melebarkan tanaman tebu untuk menghadapi potensi penurunan akibat el nino,” pungkasnya.
(uka)