Gara-gara Tingkah Rusia di Laut Hitam, Warga Miskin Indonesia Bisa Terdampak

Sabtu, 22 Juli 2023 - 14:30 WIB
loading...
Gara-gara Tingkah Rusia...
Penjegalan Rusia atas ekspor gandum Ukraina akan naikkan harga. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa dampak keputusan Rusia yang menjegal ekspor gandum Ukraina di Laut Hitam bisa memengaruhi pasokan gandum untuk industri makanan minuman di dalam negeri. Menurut Bima situasi ini perlu dicermati oleh Indonesia.



"Meski impor gandum Indonesia sebagian besar dari Australia dan hanya 166.758 ton dari Ukraina tapi efek berkurangnya suplai gandum Ukraina juga berdampak serius ke perebutan gandum di tingkat global," ungkap Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Sabtu (22/7/2023).

Dia menyebut, harga gandum untuk kontrak baru bisa naik, kemudian negara yang kekurangan stok akan membeli juga dari Australia. "Ini kalau tidak hati-hati bisa jadi rantai pasok gandum bergeser semua," sambungnya.

Bhima menyampaikan, sebagian besar masyarakat miskin yang terbiasa makan mi instan misalnya harus menanggung kenaikan harga apabila ada gangguan stok gandum. Dari data kemiskinan per Maret 2023, mi instan menyumbang 2,56% garis kemiskinan perkotaan dan 2,24% di pedesaan.

Dia menyarankan sejumlah langkah untuk dilakukan oleh pemerintah. Pertama, pemerintah harus segera menurunkan ketergantungan gandum khususnya dalam pemenuhan karbohidrat.

"Pengembangan pangan lokal perlu mendapat dukungan yang serius. Banyak pangan lokal alternatif yang daya saingnya bisa menjadi substitusi gandum," ucap Bhima.

Kedua, mendorong perusahaan pengolahan pangan untuk terus memperbesar serapan pangan alternatif selain gandum. Langkah ketiga, pemerintah khususnya perwakilan dagang dan kedutaan di negara seperti Rusia dan Ukraina agar terus memantau perkembangan situasi dan memberikan alternatif solusi jika terjadi krisis gandum.



"Yang terakhir adalah dengan memanfaatkan forum G20, forum ASEAN yang dihadiri perwakilan Rusia dan AS untuk menghentikan perang yang mengganggu stabilitas pangan global," pungkas Bhima.

(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1394 seconds (0.1#10.140)