Pengangguran Pascapandemi Masih Tinggi Tembus 5 Juta Orang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan saat ini jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi pascapandemi Covid-19.
Menurut Bahlil tingginya jumlah pengangguran itu tidak diimbangi oleh serapan dari perusahaan karena kondisinya masih belum cukup pulih. Hal itu yang membuat banyak para freshgraduate atau angkatan kerja baru sulit untuk terserap industri.
"Saya ingin menyampaikan pengangguran saat ini ada 7 juta eksisting, angkatan kerja pertahun 2,9 juta. Pengangguran pascacovid itu masih ada 5 juta orang," ungkap Bahlil dalam pidatonya pada acara Diskusi Bersama di Universitas Diponegoro, melalui Kanal Youtube BKPM, Minggu (20/8/2023).
Oleh sebab itu, di hadapan para mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut, Bahlil mengajak agar generasi muda tidak terpaku atau bercita-cita hanya sebatas menjadi karyawan. Namun, harus bisa menjadi pengusaha untuk menciptakan lapangan kerja.
"Penerimaan PNS, TNI/Polri, BUMN satu tahun tidak lebih dari 1 juta, jadi kalau adek adek semua datang kesini semua hanya berpikir menjadi karyawan, maka saya saya punya keyakinan banyak yang tidak terserap di lapangan pekerjaan," kata Bahlil.
"Maka saya menyarankan kalian untuk menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha itu mulia," sambungnya.
Masih lemahnya serapan tenaga kerja di industri ini disebabkan oleh menurunya permintaan produk baik dari pasar dalam negeri maupun luar negeri karena perlambatan ekonomi global. Sebagai gambaran, berdasarkan data BPS, nilai ekspor industri tekstil pada periode Januari - Februari 2022 terkoreksi -29,23% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Industri pakaian jadi terkoreksi -33,39% pada periode yang sama untuk tujuan ekspor ke Amerika Serikat.
Kondisi serupa juga terjadi untuk nilai ekspor ke negara-negara Eropa, pada periode Januari - Februari 2022 nilai ekspor industri tekstil -29,74%, sedangkan industri pakaian jadi terkoreksi -11,59%. Pelemahan pasar itu akhirnya membuat banyak industri melakukan efisiensi, salah satunya mengurangi belanja karyawan.
Kemudian data dari Kementerian Ketenagakerjan juga menunjukan, klaim JHT akibat PHK melonjak drastis. Bahkan sejak tahun 2020 hingga tahun 2022, total klaim JHT akibat PHK angkanya hampir tembus 1 juta orang, persisnya 998.882 orang.
Menurut Bahlil tingginya jumlah pengangguran itu tidak diimbangi oleh serapan dari perusahaan karena kondisinya masih belum cukup pulih. Hal itu yang membuat banyak para freshgraduate atau angkatan kerja baru sulit untuk terserap industri.
"Saya ingin menyampaikan pengangguran saat ini ada 7 juta eksisting, angkatan kerja pertahun 2,9 juta. Pengangguran pascacovid itu masih ada 5 juta orang," ungkap Bahlil dalam pidatonya pada acara Diskusi Bersama di Universitas Diponegoro, melalui Kanal Youtube BKPM, Minggu (20/8/2023).
Oleh sebab itu, di hadapan para mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut, Bahlil mengajak agar generasi muda tidak terpaku atau bercita-cita hanya sebatas menjadi karyawan. Namun, harus bisa menjadi pengusaha untuk menciptakan lapangan kerja.
"Penerimaan PNS, TNI/Polri, BUMN satu tahun tidak lebih dari 1 juta, jadi kalau adek adek semua datang kesini semua hanya berpikir menjadi karyawan, maka saya saya punya keyakinan banyak yang tidak terserap di lapangan pekerjaan," kata Bahlil.
"Maka saya menyarankan kalian untuk menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha itu mulia," sambungnya.
Masih lemahnya serapan tenaga kerja di industri ini disebabkan oleh menurunya permintaan produk baik dari pasar dalam negeri maupun luar negeri karena perlambatan ekonomi global. Sebagai gambaran, berdasarkan data BPS, nilai ekspor industri tekstil pada periode Januari - Februari 2022 terkoreksi -29,23% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Industri pakaian jadi terkoreksi -33,39% pada periode yang sama untuk tujuan ekspor ke Amerika Serikat.
Kondisi serupa juga terjadi untuk nilai ekspor ke negara-negara Eropa, pada periode Januari - Februari 2022 nilai ekspor industri tekstil -29,74%, sedangkan industri pakaian jadi terkoreksi -11,59%. Pelemahan pasar itu akhirnya membuat banyak industri melakukan efisiensi, salah satunya mengurangi belanja karyawan.
Kemudian data dari Kementerian Ketenagakerjan juga menunjukan, klaim JHT akibat PHK melonjak drastis. Bahkan sejak tahun 2020 hingga tahun 2022, total klaim JHT akibat PHK angkanya hampir tembus 1 juta orang, persisnya 998.882 orang.
(nng)