Ramai-ramai Perusahaan Uni Eropa Bangkrut, Tertinggi Sejak 2015

Selasa, 22 Agustus 2023 - 10:38 WIB
loading...
Ramai-ramai Perusahaan...
Jumlah total kebangkrutan perusahaan Uni Eropa atau UE mencapai level tertinggi dalam delapan tahun pada kuartal kedua 2023. Data ini disampaikan oleh badan statistik blok Eurostat minggu ini. Foto/Dok
A A A
BRUSSELS - Jumlah total kebangkrutan perusahaan Uni Eropa atau UE mencapai level tertinggi dalam delapan tahun pada kuartal kedua 2023. Data ini disampaikan oleh badan statistik blok Eurostat minggu ini.



Menurut data, jumlah perusahaan yang gulung tikar antara periode April dan Juni melonjak 8,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Kondisi tersebut menandai lonjakan secara kuartalan keenam kali berturut-turut, kata agensi itu.

Pada periode pelaporan, deklarasi kebangkrutan mencapai level tertinggi sejak Eurostat mulai melacak data tersebut pada tahun 2015. Perusahaan yang bangkrut meningkat, hampir di semua sektor ekonomi seperti diperlihatkan data terbaru.



Namun lonjakan terbesar terjadi pada sektor akomodasi dan layanan makanan dengan kenaikan mencapai 23,9%, sedangkan untuk transportasi dan penyimpanan melompat 15,2%, dan dalam kegiatan pendidikan, kesehatan dan sosial meningkat 10,1%.

Di antara 27 negara anggota, jumlah pengajuan kebangkrutan telah meningkat paling banyak di Hungaria (naik 40,8%), Latvia (24,8%) dan Estonia (24,6%). Penurunan paling substansial dalam jumlah perusahaan yang menghadapi kebangkrutan terdaftar di Siprus (turun 48,5%), Kroasia (23,6%), dan Denmark (15,9%).

Sementara itu, angka hadirnya bisnis baru di seluruh blok Uni Eropa mengalami penurunan 0,6% pada periode pelaporan, ditunjukkan data Eurostat seperti dilansir RT.

Para ahli mengaitkan tingginya angka kebangkrutan perusahaan, disebabkan karena kurangnya stabilitas umum dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di UE, yang telah berjuang di bawah suku bunga tinggi yang disebabkan oleh kenaikan inflasi.

Namun, beberapa data menunjukkan efek dari berakhirnya paket bantuan era pandemi Covid-19 yang secara artifisial membantu menjaga perusahaan tetap bertahan."Kami sekarang melihat ada guncangan pasar," ujar kepala Asosiasi Profesional Administrator Kepailitan di Jerman, Christoph Niering kepada Wall Street Journal.

Dia menjelaskan, kondisi yang memperlihatkan banyak perusahaan mencari dukungan pemerintah untuk bertahan sejatinya sudah terlihat sebelum Pandemi Covid-19. Menurutnya kebangkrutan yang terjadi saat ini seharusnya tidak mengejutkan, karena mereka saat ini menghadapi peningkatan biaya dan upah.

Sementara itu analisis yang sama disuarakan oleh seorang ekonom di BNP Paribas, Thomas Humblot. Dia mengatakan, bahwa lonjakan kebangkrutan adalah "normalisasi,". Ia juga memberikan cacatan, bahwa berakhir bantuan era pandemi untuk perusahaan "cenderung berkontribusi pada peningkatan angka kebangkrutan perusahaan yang disebabkan oleh lingkungan ekonomi yang terdegradasi."
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1992 seconds (0.1#10.140)