Kelabakan Penduduknya Menciut, China Beri Insentif Pernikahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - China berupaya kembali meningkatkan jumlah penduduk. Pasalnya, untuk pertama kalinya dalam enam dekade terakhir, jumlah penduduk Negeri Panda itu menyusut lantaran rendahnya angka kelahiran.
Salah satu upaya itu adalah memudahkan persyaratan untuk tunjangan kehamilan dan pemberian insentif. Chongqing, sebuah kota yang luas di barat daya China, mengumumkan minggu ini bahwa penduduk yang memiliki asuransi tidak perlu lagi memberikan surat nikah untuk mendapatkan tunjangan kehamilan, sebuah langkah terbaru untuk mendorong perempuan memiliki anak.
Melansir Reuters, Kamis (31/8/2023), otoritas keamanan medis kota tersebut mengumumkan melalui akun media sosial resmi WeChat bahwa perubahan tersebut akan berlaku pada hari Jumat. Langkah ini diambil ketika pihak berwenang di seluruh negeri bergulat dengan cara meningkatkan angka kelahiran di China.
Provinsi Guizhou di barat daya China, Provinsi Shaanxi di barat laut, Provinsi Hunan di selatan, dan pPovinsi Jiangsu di timur negara itu juga telah menghapus pembatasan bagi perempuan untuk menikah guna mendapatkan subsidi persalinan.
Tingkat pernikahan, yang mencapai rekor terendah pada tahun 2022 yaitu 6,8 juta jiwa--terendah sejak tahun 1986--sangat erat kaitannya dengan jumlah bayi baru lahir karena kebijakan resmi yang mempersulit perempuan lajang untuk memiliki anak.
Tingkat kesuburan di China diperkirakan turun ke rekor terendah 1,09 pada tahun 2022. Tingkat kesuburan China sudah menjadi salah satu yang terendah di dunia bersama Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura.
Perempuan muda China menyebut beberapa faktor, termasuk tingginya biaya penitipan anak, hambatan karier, diskriminasi gender, dan tidak ingin menikah, sebagai alasan utama mereka tidak memiliki anak. Stereotip tradisional mengenai perempuan sebagai pengasuh utama anak masih tersebar luas di seluruh negeri.
Kepercayaan konsumen yang rendah dan meningkatnya kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian China juga merupakan faktor utama yang disebutkan oleh kaum muda karena tidak ingin menikah dan memiliki anak.
Sebuah daerah di China timur mengumumkan pada bulan Agustus bahwa pasangan muda akan ditawari “hadiah” sebesar 1.000 yuan (USD137) jika pengantin wanita berusia 25 tahun atau lebih muda. Hadiah tersebut bertujuan untuk mempromosikan pernikahan dan melahirkan anak yang sesuai dengan usia.
Salah satu upaya itu adalah memudahkan persyaratan untuk tunjangan kehamilan dan pemberian insentif. Chongqing, sebuah kota yang luas di barat daya China, mengumumkan minggu ini bahwa penduduk yang memiliki asuransi tidak perlu lagi memberikan surat nikah untuk mendapatkan tunjangan kehamilan, sebuah langkah terbaru untuk mendorong perempuan memiliki anak.
Melansir Reuters, Kamis (31/8/2023), otoritas keamanan medis kota tersebut mengumumkan melalui akun media sosial resmi WeChat bahwa perubahan tersebut akan berlaku pada hari Jumat. Langkah ini diambil ketika pihak berwenang di seluruh negeri bergulat dengan cara meningkatkan angka kelahiran di China.
Provinsi Guizhou di barat daya China, Provinsi Shaanxi di barat laut, Provinsi Hunan di selatan, dan pPovinsi Jiangsu di timur negara itu juga telah menghapus pembatasan bagi perempuan untuk menikah guna mendapatkan subsidi persalinan.
Tingkat pernikahan, yang mencapai rekor terendah pada tahun 2022 yaitu 6,8 juta jiwa--terendah sejak tahun 1986--sangat erat kaitannya dengan jumlah bayi baru lahir karena kebijakan resmi yang mempersulit perempuan lajang untuk memiliki anak.
Tingkat kesuburan di China diperkirakan turun ke rekor terendah 1,09 pada tahun 2022. Tingkat kesuburan China sudah menjadi salah satu yang terendah di dunia bersama Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura.
Perempuan muda China menyebut beberapa faktor, termasuk tingginya biaya penitipan anak, hambatan karier, diskriminasi gender, dan tidak ingin menikah, sebagai alasan utama mereka tidak memiliki anak. Stereotip tradisional mengenai perempuan sebagai pengasuh utama anak masih tersebar luas di seluruh negeri.
Kepercayaan konsumen yang rendah dan meningkatnya kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian China juga merupakan faktor utama yang disebutkan oleh kaum muda karena tidak ingin menikah dan memiliki anak.
Sebuah daerah di China timur mengumumkan pada bulan Agustus bahwa pasangan muda akan ditawari “hadiah” sebesar 1.000 yuan (USD137) jika pengantin wanita berusia 25 tahun atau lebih muda. Hadiah tersebut bertujuan untuk mempromosikan pernikahan dan melahirkan anak yang sesuai dengan usia.
(uka)