Jonan: Saya Jadi Menteri ESDM karena Bisa Prediksi Harga Minyak

Rabu, 17 Mei 2017 - 10:37 WIB
Jonan: Saya Jadi Menteri ESDM karena Bisa Prediksi Harga Minyak
Jonan: Saya Jadi Menteri ESDM karena Bisa Prediksi Harga Minyak
A A A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menghadiri pembukaan 4th IPA Convention yang digelar Indonesia Petroleum Association (IPA) hari ini. Dalam sambutannya, Jonan bergurau bahwa keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggeser posisinya dari Menteri Perhubungan menjadi Menteri ESDM adalah karena dia jago dalam memprediksi harga minyak dunia.

Saat menjabat sebagai Menteri Perhubungan, kisah Jonan, dirinya sempat bertemu dengan bos Mitsubishi Corporation yang bergerak di bidang infrastuktur minyak dan gas (migas). Dalam pembicaraan dengan bos Mitsubishi Corp tersebut, Jonan mendiskusikan tentang kemungkinan harga minyak dunia dalam satu tahun mendatang.

"Bulan April 2016 saya ke Tokyo bertemu dengan pimpinan Mitsubishi Corp di bidang infrastruktur dan oil and gas. Waktu itu tugas saya masih di Kementerian Perhubungan. Di dalam diskusi itu akhirnya kita mendiskusikan tentang kemungkinan harga minyak dunia satu tahun mendatang," katanya di JCC, Jakarta, Rabu (17/5/2017).

Bahkan keduanya bertaruh USD1 untuk menebak posisi harga minyak di tahun in. Bos Mitsubishi sendiri memprediksi harga minyak dunia pada tahun ini berada di level USD60 per barel, sementara dirinya memprediksi sekitar USD50 dolar.

"Nah kemarin saya baru dari Tokyo nagih USD1 (ke Bos Mitsubishi). Karena saya menang. Jadi Mr Sakuma (Bos Mitsubishi) yang sudah hampir 40 tahun kerja di Mitsubishi Corp dan mengurusi bidang migas itu ternyata juga enggak bisa prediksi harga minyak, malah pinter saya. Makanya saya setelah dari perhubungan di tugaskan ke sini (Kementerian ESDM). Karena bisa prediksi harga minyak lebih tepat lah," gurau dia.

Terlepas dari hal tersebut, sambung mantan Menhub ini, harga minyak dunia memang salah satu ujung tombak bagi industri migas, namun juga menjadi salah satu hal yang paling sulit diprediksi. Jika harga minyak dunia masih berada di level USD50 per barel, maka industri hulu migas akan mengalami pukulan yang luar biasa.

Hal ini mengingat, kegiatan operasi hulu migas memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Tak ayal, saat ini kegiatan eksplorasi di hulu migas semakin menurun.

"Tapi kita enggak bisa kelola harga. Kita bisa kelola bagaimana biaya operasi atau eksplorasi dengan baik. Kalau harga minyak enggak ada yang bisa kelola sama sekali. Jadi ini satu hal bahwa efisiensi untuk pengelolaan industri hulu migas jadi sangat penting sekali," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.8101 seconds (0.1#10.140)