Hikayat Nasabah AdaKami yang Mengakhiri Hayatnya: Teror Tak Beradab hingga Geramnya Warganet
loading...
A
A
A
Berniat menutupi kesulitan yang dihadapi, K hanya bercerita kepada keluarganya bahwa ia dipecat karena kontrak kerja yang tidak diperpanjang oleh perusahaan. Setelah dipecat, istri dan anak korban pun pulang ke rumah orang tuanya.
Tak sampai di situ, K juga mendapatkan teror berupa pesanan fiktif melalui layanan GoFood. Dalam satu hari, lima hingga enam orderan GoFood fiktif berdatangan ke rumah korban. Tak sedikit driver ojek online yang memaksa korban untuk membayar pesanan yang sebenarnya tidak pernah dibuat.
Awalnya, korban kerap dibantu oleh para tetangga yang membayar pesanan fiktif tersebut. Karena pesanan fiktif terus datang setiap hari, para tetangga pun tidak bisa terus membantu membayar pesanan tersebut.
Setelah menerima bentuk teror tersebut, K mulai terbuka kepada istrinya dengan menceritakan kejadian yang sebenarnya tengah dialami. Mendengar hal itu, sang istri menolak untuk kembali ke rumah mereka karena takut.
Karena teror yang tak henti didapatkannya, K pun menyerah dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada Mei 2023 lalu. Ironisnya, usai korban meninggal, teror dari oknum penagih utang tak kunjung berhenti.
Pihak keluarga K terus menerima panggilan telepon dari oknum petugas penagih utang yang mengaku dari pihak AdaKami. Keluarga pun mencoba menjelaskan bahwa K sudah meninggal, namun oknum-oknum tersebut tidak acuh dan tetap memaksa untuk pihak keluarga membayar utang korban.
Bahkan, setelah keluarga mengirimkan dokumen kematian K, oknum penagih utang masih tetap tak peduli dengan mengatakan bahwa dokumen sekaligus kematian K adalah palsu. Keluarga korban bahkan telah menjual rumah milik K, namun oknum penagih utang masih bersikeras meneror dengan cara mengirimkan pesanan GoFood fiktif.
Di penghujung hidupnya, korban K meninggalkan surat yang berisi, “AdaKami telah merusak hidupnya,”.
AdaKami Penuhi Panggilan OJK dan Bakal Lakukan Investigasi
Tak sampai di situ, K juga mendapatkan teror berupa pesanan fiktif melalui layanan GoFood. Dalam satu hari, lima hingga enam orderan GoFood fiktif berdatangan ke rumah korban. Tak sedikit driver ojek online yang memaksa korban untuk membayar pesanan yang sebenarnya tidak pernah dibuat.
Awalnya, korban kerap dibantu oleh para tetangga yang membayar pesanan fiktif tersebut. Karena pesanan fiktif terus datang setiap hari, para tetangga pun tidak bisa terus membantu membayar pesanan tersebut.
Setelah menerima bentuk teror tersebut, K mulai terbuka kepada istrinya dengan menceritakan kejadian yang sebenarnya tengah dialami. Mendengar hal itu, sang istri menolak untuk kembali ke rumah mereka karena takut.
Karena teror yang tak henti didapatkannya, K pun menyerah dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada Mei 2023 lalu. Ironisnya, usai korban meninggal, teror dari oknum penagih utang tak kunjung berhenti.
Pihak keluarga K terus menerima panggilan telepon dari oknum petugas penagih utang yang mengaku dari pihak AdaKami. Keluarga pun mencoba menjelaskan bahwa K sudah meninggal, namun oknum-oknum tersebut tidak acuh dan tetap memaksa untuk pihak keluarga membayar utang korban.
Bahkan, setelah keluarga mengirimkan dokumen kematian K, oknum penagih utang masih tetap tak peduli dengan mengatakan bahwa dokumen sekaligus kematian K adalah palsu. Keluarga korban bahkan telah menjual rumah milik K, namun oknum penagih utang masih bersikeras meneror dengan cara mengirimkan pesanan GoFood fiktif.
Di penghujung hidupnya, korban K meninggalkan surat yang berisi, “AdaKami telah merusak hidupnya,”.
AdaKami Penuhi Panggilan OJK dan Bakal Lakukan Investigasi