Saat Ekonomi China Tidak Sehat, Apa yang Terjadi pada Dunia?

Senin, 02 Oktober 2023 - 14:11 WIB
loading...
A A A
Ratusan perusahaan global besar seperti Apple, Volkswagen dan Burberry mendapatkan banyak pendapatan mereka dari pasar konsumen China yang luas dan akan terpukul oleh pengeluaran rumah tangga yang lebih sedikit. Efek knock-on kemudian akan dirasakan oleh ribuan pemasok dan pekerja di seluruh dunia yang bergantung pada perusahaan-perusahaan tersebut.

Ketika Anda mempertimbangkan bahwa China mempengaruhi lebih dari sepertiga pertumbuhan di dunia, segala jenis perlambatan akan terasa di luar perbatasannya. Lembaga pemeringkat kredit AS Fitch mengatakan, bulan lalu bahwa perlambatan China "membayangi prospek pertumbuhan global" dan menurunkan perkiraannya untuk seluruh dunia pada tahun 2024.

Namun menurut beberapa ekonom mengungkapkan, gagasan bahwa China adalah mesin kemakmuran global terlalu dibesar-besarkan. "Secara matematis, memang China menyumbang sekitar 40% dari pertumbuhan global," kata George Magnus, seorang ekonom di China Centre Universitas Oxford.

"Tapi siapa yang diuntungkan oleh pertumbuhan itu? China menjalankan surplus perdagangan yang sangat besar. Mereka mengekspor jauh lebih banyak daripada mengimpor, jadi seberapa banyak China tumbuh atau tidak adalah tentang China daripada tentang seluruh dunia," ungkapnya.

Namun demikian, pengeluaran China yang lebih sedikit untuk barang dan jasa -atau pembangunan rumah- berarti lebih sedikit permintaan untuk bahan baku dan komoditas. Pada bulan Agustus, negara itu mengimpor hampir 9% lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu - ketika masih di bawah pembatasan nol-Covid.

"Eksportir besar seperti Australia, Brasil, dan beberapa negara di Afrika akan paling terpukul oleh kondisi ini," kata Direktur Pusat Pengembangan Indo-Pasifik di Lowy Institute, Roland Rajah di Sydney.

Pelemahan permintaan di China juga berarti bahwa harga di sana akan tetap rendah. Dari perspektif konsumen Barat, hal itu disambut baik untuk mengekang kenaikan harga yang tidak melibatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

"Ini adalah kabar baik bagi orang-orang dan bisnis yang berjuang untuk menghadapi inflasi yang tinggi," kata Rajah.

Jadi dalam jangka pendek, konsumen dapat mengambil manfaat dari perlambatan China. Tetapi ada pertanyaan jangka panjang untuk beberapa orang di negara berkembang.

Selama 10 tahun terakhir, China telah menginvestasikan lebih dari satu triliun dolar dalam proyek-proyek infrastruktur besar yang dikenal sebagai Belt and Road Initiative.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1421 seconds (0.1#10.140)