Tekan Impor BBM, Pertamina Proyeksi Negara Hemat Devisa Rp161 Triliun

Senin, 02 Oktober 2023 - 19:51 WIB
loading...
Tekan Impor BBM, Pertamina...
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya terus melakukan pengurangan impor minyak mentah, termasuk pada 2023. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menargetkan, penghematan devisa negara dari upaya menekan impor minyak mentah tahun ini bisa mencapai Rp161 triliun. Target itu mengikuti tren tahun lalu, di mana penghematan devisa dari perdagangan bahan bakar mencapai Rp120 triliun.



Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya terus melakukan pengurangan impor minyak mentah, termasuk pada 2023. Aksi itu sejalan dengan perusahaan memproduksi bioenergi yang berasal dari bahan baku organik, Biodiesel 35% (B35).

Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis CPO atau sawit, yaitu FAME, dengan kadar 35%, sementara 65% lainnya adalah solar.

"Karena ini sebagai pengganti impor BBM tentunya, dan pencapaian yang sudah kita lakukan dengan adanya mandatory B35 ini menghasilkan, baik itu penghematan devisa di tahun 2022 itu mencapai Rp120 triliun. Tahun ini diproyeksi bisa menurunkan impor BBM Rp161 triliun," ujar Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan panitia kerja Komisi VI DPR RI, Senin (2/10/2023).



Tak hanya itu, dari aktivitas produksi dan supply bioenergi atau biofuel, Pertamina menargetkan adanya penurunan karbon emisi (Co2) mencapai 35 juta ton pada 2024. Hingga tahun lalu, perseroan mampu menekan emisi karbon hingga di angka 28 juta ton.

"Di 2022 ini bisa menurunkan 28 juta ton Co2 di 2024, nanti kita bisa menargetkan 35 juta ton Co2 yang bisa kita kurangi dari program ini (biofuel)," ucapnya.

Menurut Nicke, Indonesia perlu mengikuti jejak Brazil dan India yang menjadikan Biofuel sebagai salah satu sumber energi menuju energi baru dan terbarukan (EBT). Dia pun memastikan program Biofuel menjadi konsentrasi utama Pertamina saat ini.

"Sehingga dengan demikian seperti halnya Brazil dan juga India yang menjadikan Biofuel salah satu andalan dari transisi energi," tuturnya.

Nicke mengatakan, Biofuel energi sangat penting dan cocok untuk Indonesia. Dia berhitung, jika produksi Bioenergi meningkat, maka berdampak positif bagi sejumlah sektor bisnis.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1927 seconds (0.1#10.140)