Harga Minyak Jatuh, Investor Pertimbangkan Eskalasi Konflik Timur Tengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah turun akibat kekhawatiran terjadi gangguan suplai akibat konflik di Timur Tengah. Minyak mentah Brent terakhir turun 51 sen, atau 0,58%, menjadi USD87,14 per barel pada Rabu (11/10). Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 60 sen atau 0,70% menjadi USD85,37.
Brent dan WTI telah melonjak lebih dari USD3,50 pada Senin (9/10), di tengah kekhawatiran bentrokan militer antara Israel dan Hamas dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas akan tetapi menetap sedikit lebih rendah pada Selasa (10/10).
"Baik WTI maupun Brent melemah kemarin karena kekhawatiran akan gangguan pasokan yang tiba-tiba dan tak terduga telah dikesampingkan untuk saat ini," ujar analis PVM, Tamas Varga, dikutip CNBC International, Rabu (11/10/2023).
Namun, perusahaan perdagangan Swiss Mercuria melihat harga minyak mencapai USD100 per barel jika situasi di Timur Tengah meningkat lebih lanjut. Hal itu disampaikan Wakil CEO Swiss Mercuria Magid Shenouda.
Israel memproduksi sangat sedikit minyak mentah dan memiliki kapasitas kilang sekitar 297.000 barel per hari. Meski demikian pasar khawatir bahwa konflik dapat meluas dan mengganggu pasokan Timur Tengah yang lebih luas, sehingga memperburuk defisit yang diperkirakan akan terjadi sepanjang tahun ini.
Arab Saudi mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan mitra-mitra regional dan internasional untuk mencegah eskalasi situasi di Gaza dan daerah-daerah sekitarnya, dan menegaskan kembali bahwa mereka mendukung upaya-upaya untuk menstabilkan pasar-pasar minyak.
Rusia dan Arab Saudi bertemu di Moskow pada hari Rabu, di mana pasar minyak dan kolaborasi OPEC+ dibahas. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa sulit untuk melebih-lebihkan koordinasi Rusia dengan Arab Saudi dan mitra-mitra lain di pasar minyak.
Di tempat lain, para investor akan menantikan rilis risalah rapat kebijakan Federal Reserve AS bulan September yang akan dirilis pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk mengenai keputusan kebijakan suku bunga di masa depan.
Beberapa pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir telah menyarankan bahwa bank sentral AS tidak perlu menaikkan biaya pinjaman lebih lanjut. Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperkirakan ekonomi AS melambat meskipun ada kekhawatiran tambahan yang ditimbulkan oleh situasi di Israel.
Brent dan WTI telah melonjak lebih dari USD3,50 pada Senin (9/10), di tengah kekhawatiran bentrokan militer antara Israel dan Hamas dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas akan tetapi menetap sedikit lebih rendah pada Selasa (10/10).
"Baik WTI maupun Brent melemah kemarin karena kekhawatiran akan gangguan pasokan yang tiba-tiba dan tak terduga telah dikesampingkan untuk saat ini," ujar analis PVM, Tamas Varga, dikutip CNBC International, Rabu (11/10/2023).
Namun, perusahaan perdagangan Swiss Mercuria melihat harga minyak mencapai USD100 per barel jika situasi di Timur Tengah meningkat lebih lanjut. Hal itu disampaikan Wakil CEO Swiss Mercuria Magid Shenouda.
Israel memproduksi sangat sedikit minyak mentah dan memiliki kapasitas kilang sekitar 297.000 barel per hari. Meski demikian pasar khawatir bahwa konflik dapat meluas dan mengganggu pasokan Timur Tengah yang lebih luas, sehingga memperburuk defisit yang diperkirakan akan terjadi sepanjang tahun ini.
Arab Saudi mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan mitra-mitra regional dan internasional untuk mencegah eskalasi situasi di Gaza dan daerah-daerah sekitarnya, dan menegaskan kembali bahwa mereka mendukung upaya-upaya untuk menstabilkan pasar-pasar minyak.
Rusia dan Arab Saudi bertemu di Moskow pada hari Rabu, di mana pasar minyak dan kolaborasi OPEC+ dibahas. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa sulit untuk melebih-lebihkan koordinasi Rusia dengan Arab Saudi dan mitra-mitra lain di pasar minyak.
Di tempat lain, para investor akan menantikan rilis risalah rapat kebijakan Federal Reserve AS bulan September yang akan dirilis pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk mengenai keputusan kebijakan suku bunga di masa depan.
Beberapa pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir telah menyarankan bahwa bank sentral AS tidak perlu menaikkan biaya pinjaman lebih lanjut. Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperkirakan ekonomi AS melambat meskipun ada kekhawatiran tambahan yang ditimbulkan oleh situasi di Israel.
(nng)