Rupiah Terus Merosot Tajam hingga Tembus Rp15.838/USD, Masih Amankah?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus merosot tajam hingga menembus level Rp15.838/USD. Namun terkait tren negatif kurs rupiah, Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah masih stabil mengikuti perkembangan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang menjadi 6% pada Kamis (19/10).
"Jadi ini rupiah masih cenderung stabil usai BI menaikkan tingkat suku bunganya," ujar Riefky kepada MPI di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Berdasarkan hasil pantauan tim MNC Portal Indonesia (MPI), nilai tukar rupiah mencapai Rp15.850 per pukul 11:15 WIB. Hanya saja, dia mengingatkan, bahwa kondisi ke depan masih perlu diperhatikan.
"Kemudian, untuk instrumen SRBI secara konsep harusnya bisa membantu stabilisasi dan penguatan nilai tukar Rupiah, tapi masih perlu dilihat lagi efektivitas ke depannya," ungkap Riefky.
Dia pun menyebutkan bahwa seandainya rupiah menyentuh Rp16.000 per USD, dan terjadi dalam kurun waktu yang cukup panjang, dikhawatirkan akan berdampak pada imported cost. Hal ini kemudian akan mendorong peningkatan imported inflation.
"Sejauh ini memang belum ada langkah khusus yang dilakukan pemerintah untuk mencegah pelemahan rupiah lebih jauh, karena ini memang lebih dipengaruhi oleh kondisi global," tandas Riefky.
Sementara itu sebelumnya Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa kuatnya dolar AS menyebabkan tekanan pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk nilai tukar Rupiah. Dibandingkan akhir tahun 2022, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 18 Oktober 2023 tercatat tinggi di level 106,21 atau menguat 2,60% (ytd).
"Sangat kuatnya dolar AS ini memberikan tekanan depresiasi mata uang hampir seluruh mata uang dunia, seperti Yen Jepang, Dolar Australia, dan Euro yang melemah masing-masing 12,44%, 6,61% dan 1,40% (ytd), serta depresiasi mata uang kawasan, seperti Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Peso Filipina masing-masing 7,23%, 4,64% dan 1,73% (ytd)," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
"Jadi ini rupiah masih cenderung stabil usai BI menaikkan tingkat suku bunganya," ujar Riefky kepada MPI di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Baca Juga
Berdasarkan hasil pantauan tim MNC Portal Indonesia (MPI), nilai tukar rupiah mencapai Rp15.850 per pukul 11:15 WIB. Hanya saja, dia mengingatkan, bahwa kondisi ke depan masih perlu diperhatikan.
"Kemudian, untuk instrumen SRBI secara konsep harusnya bisa membantu stabilisasi dan penguatan nilai tukar Rupiah, tapi masih perlu dilihat lagi efektivitas ke depannya," ungkap Riefky.
Dia pun menyebutkan bahwa seandainya rupiah menyentuh Rp16.000 per USD, dan terjadi dalam kurun waktu yang cukup panjang, dikhawatirkan akan berdampak pada imported cost. Hal ini kemudian akan mendorong peningkatan imported inflation.
"Sejauh ini memang belum ada langkah khusus yang dilakukan pemerintah untuk mencegah pelemahan rupiah lebih jauh, karena ini memang lebih dipengaruhi oleh kondisi global," tandas Riefky.
Sementara itu sebelumnya Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa kuatnya dolar AS menyebabkan tekanan pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk nilai tukar Rupiah. Dibandingkan akhir tahun 2022, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 18 Oktober 2023 tercatat tinggi di level 106,21 atau menguat 2,60% (ytd).
"Sangat kuatnya dolar AS ini memberikan tekanan depresiasi mata uang hampir seluruh mata uang dunia, seperti Yen Jepang, Dolar Australia, dan Euro yang melemah masing-masing 12,44%, 6,61% dan 1,40% (ytd), serta depresiasi mata uang kawasan, seperti Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Peso Filipina masing-masing 7,23%, 4,64% dan 1,73% (ytd)," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
(akr)