Jubir Kremlin: Sanksi Terhadap Rusia Berbalik Merugikan Negara-negara Barat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kremlin bersiap menghadapi sanksi Barat terbaru yang lebih keras, sebagai respons atas perang di Ukraina . Namun diyakini sanksi tersebut, justru lebih merugikan terhadap kepentingan Barat, sementara ekonomi Rusia mampu beradaptasi dengan baik.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mempunyai tugas menopang ekonomi USD2,1 triliun untuk perang yang panjang. Sedangkan Barat lewat beragam sanksi yang dijatuhkan, berharap memicu krisis ekonomi Rusia, namun belum juga terjadi.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, ekonomi Rusia tumbuh 2,2% tahun ini atau lebih cepat dari Amerika Serikat atau kawasan Euro. Meski begitu IMF pada bulan lalu, menurunkan perkiraan pertumbuhan 2024 menjadi 1,1%.
Ditanya tentang prediksi bahwa Amerika Serikat akan menjatuhkan lebih banyak sanksi, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: "Siap apabila Amerika Serikat dan Uni Eropa terus menciptakan sanksi baru, meskipun mereka jelas sudah memiliki kekurangan ide."
"Baik di AS maupun di Uni Eropa, ada pemahaman bahwa paket saat ini memukul kepentingan negara-negara itu sendiri yang telah memberlakukan sanksi tersebut," kata Peskov.
Para pemimpin Barat mengatakan, sanksi yang mereka jatuhkan pada Rusia, pemegang sumber daya alam terbesar di dunia, adalah yang terberat yang pernah dikenakan pada ekonomi suatu negara.
Kubu Barat telah membekukan ratusan miliar dolar uang Rusia, tetapi Putin justru melontar candaan bahwa sanksi tersebut tidak menghentikan impor barang-barang Barat seperti Mercedes mewah ke Rusia. Ditambah Ia menekankan, Moskow akan bekerja untuk melemahkan sanksi dengan membeli apa yang diinginkannya di pasar global.
Peskov mengatakan, ekonomi Rusia telah beradaptasi dengan baik terhadap sanksi dan mengalami beberapa keberhasilan. "Kami tidak memakai 'kacamata berwarna mawar': tekanan sanksi akan terus berlanjut, dan akan ada upaya untuk memperkuatnya," ungkap Peskov.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mempunyai tugas menopang ekonomi USD2,1 triliun untuk perang yang panjang. Sedangkan Barat lewat beragam sanksi yang dijatuhkan, berharap memicu krisis ekonomi Rusia, namun belum juga terjadi.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, ekonomi Rusia tumbuh 2,2% tahun ini atau lebih cepat dari Amerika Serikat atau kawasan Euro. Meski begitu IMF pada bulan lalu, menurunkan perkiraan pertumbuhan 2024 menjadi 1,1%.
Ditanya tentang prediksi bahwa Amerika Serikat akan menjatuhkan lebih banyak sanksi, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: "Siap apabila Amerika Serikat dan Uni Eropa terus menciptakan sanksi baru, meskipun mereka jelas sudah memiliki kekurangan ide."
"Baik di AS maupun di Uni Eropa, ada pemahaman bahwa paket saat ini memukul kepentingan negara-negara itu sendiri yang telah memberlakukan sanksi tersebut," kata Peskov.
Para pemimpin Barat mengatakan, sanksi yang mereka jatuhkan pada Rusia, pemegang sumber daya alam terbesar di dunia, adalah yang terberat yang pernah dikenakan pada ekonomi suatu negara.
Kubu Barat telah membekukan ratusan miliar dolar uang Rusia, tetapi Putin justru melontar candaan bahwa sanksi tersebut tidak menghentikan impor barang-barang Barat seperti Mercedes mewah ke Rusia. Ditambah Ia menekankan, Moskow akan bekerja untuk melemahkan sanksi dengan membeli apa yang diinginkannya di pasar global.
Peskov mengatakan, ekonomi Rusia telah beradaptasi dengan baik terhadap sanksi dan mengalami beberapa keberhasilan. "Kami tidak memakai 'kacamata berwarna mawar': tekanan sanksi akan terus berlanjut, dan akan ada upaya untuk memperkuatnya," ungkap Peskov.
(akr)