Mulai Pulih, Konsumsi Baja RI Kembali ke 15 Juta Ton per Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pascapandemi Covid-19, industri baja nasional mulai pulih kembali. The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menyebutkan, konsumsi, baja kini sudah kembali menyentuh angka 15 juta ton per tahun.
"Untuk demand atau konsumsi, kita sudah kembali menyentuh di angka 15 juta ton per tahun jadi sekarang ini kita di angka antara 15-17 juta ton per tahun, setelah sempat waktu Covid jatuh di angka 12-13 juta ton, tapi sekarang sudah kembali," ungkap Ketua Umum IISIA Purwono Widodo dalam siaran Market Review di IDX Channel, Kamis (16/11/2023).
Dari sisi produksi, lanjut dia, saat ini sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan masa pandemi Covid-19. Dari utilisasi yang pada masa pandemi tergerus di bawah 50%, kini sudah berada di 60-70%. "Ini juga dibarengi dengan angka ekspor yang juga meningkat dari tahun ke tahun," imbuhnya.
Kendati menunjukkan perkembangan positif, Purwono mengatakan bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, salah satunya adalah menekan nilai impor baja yang masih cukup besar. Dia mengakui, beberapa sektor memang masih membutuhkan baja impor. Namun, kata dia, perlu ada penyeimbangan agar tidak menggerus industri baja lokal.
"Kita sebetulnya butuh impor, karena di dalam struktur neraca industri baja di Indonesia itu memang dalam capacity antara hulu kemudian intermediate itu belum balance, sehingga kita tidak bisa bicara impor itu hanya satu gelondongan," jelasnya.
"Untuk demand atau konsumsi, kita sudah kembali menyentuh di angka 15 juta ton per tahun jadi sekarang ini kita di angka antara 15-17 juta ton per tahun, setelah sempat waktu Covid jatuh di angka 12-13 juta ton, tapi sekarang sudah kembali," ungkap Ketua Umum IISIA Purwono Widodo dalam siaran Market Review di IDX Channel, Kamis (16/11/2023).
Dari sisi produksi, lanjut dia, saat ini sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan masa pandemi Covid-19. Dari utilisasi yang pada masa pandemi tergerus di bawah 50%, kini sudah berada di 60-70%. "Ini juga dibarengi dengan angka ekspor yang juga meningkat dari tahun ke tahun," imbuhnya.
Kendati menunjukkan perkembangan positif, Purwono mengatakan bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, salah satunya adalah menekan nilai impor baja yang masih cukup besar. Dia mengakui, beberapa sektor memang masih membutuhkan baja impor. Namun, kata dia, perlu ada penyeimbangan agar tidak menggerus industri baja lokal.
"Kita sebetulnya butuh impor, karena di dalam struktur neraca industri baja di Indonesia itu memang dalam capacity antara hulu kemudian intermediate itu belum balance, sehingga kita tidak bisa bicara impor itu hanya satu gelondongan," jelasnya.
(fjo)