Caleg Perindo Sebut Bea Masuk Impor Bebani Industri Tekstil dan Garmen Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Legislatif (Caleg) DPRD Kota Surakarta Dapil 2 dari Partai Perindo Ernie Setiawati mengungkapkan permasalahan industri garmen dan tekstil belum bisa bangkit. Menurutnya kenaikan harga bahan baku menjadi masalah utama.
"Terjadi karena resesi ekonomi global, faktor geopolitik Rusia-Ukraina dan juga stagflasi. Jadinya kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk," kata Ernie dalam siaran Podcast Aksi Nyata bertajuk "Industri Tekstil dan Garmen Mulai Bangkit di Tahun Politik" di YouTube Partai Perindo, Senin (20/11/2023).
Sebab itu, pemerintah harus membuat regulasi ataupun kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong industri tekstil dan garmen ini bisa bangkit lebih cepat.
Dia menyayangkan dengan kondisi global saat ini bea masuk bahan baku impor justru dikenakan biaya yang tinggi sekitar 33%. Padahal banyak bahan baku tekstil dan garmen diperoleh dari impor.
"Untuk kapas dan polyester fiber itu nggak tersedia jadi harus impor, dan biaya masuknya mahal sekitar 33%. Itu belum termasuk PPN 11% dan PPh 22 sebesar 2,5%," jelasnya.
Melihat permasalahan tersebut, Ernie berkomitmen untuk membuat sebuah kebijakan yang mendukung industri tekstil dan garmen lokal.
"Membuat kebijakan yang bisa support perkembangan industri lokal ini. Di tempat saya ada Kampung Batik jadi akan ditingkatkan lagi dibangkitkan lagi menjadi local Pride," jelasnya.
"Terjadi karena resesi ekonomi global, faktor geopolitik Rusia-Ukraina dan juga stagflasi. Jadinya kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk," kata Ernie dalam siaran Podcast Aksi Nyata bertajuk "Industri Tekstil dan Garmen Mulai Bangkit di Tahun Politik" di YouTube Partai Perindo, Senin (20/11/2023).
Sebab itu, pemerintah harus membuat regulasi ataupun kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong industri tekstil dan garmen ini bisa bangkit lebih cepat.
Dia menyayangkan dengan kondisi global saat ini bea masuk bahan baku impor justru dikenakan biaya yang tinggi sekitar 33%. Padahal banyak bahan baku tekstil dan garmen diperoleh dari impor.
"Untuk kapas dan polyester fiber itu nggak tersedia jadi harus impor, dan biaya masuknya mahal sekitar 33%. Itu belum termasuk PPN 11% dan PPh 22 sebesar 2,5%," jelasnya.
Melihat permasalahan tersebut, Ernie berkomitmen untuk membuat sebuah kebijakan yang mendukung industri tekstil dan garmen lokal.
"Membuat kebijakan yang bisa support perkembangan industri lokal ini. Di tempat saya ada Kampung Batik jadi akan ditingkatkan lagi dibangkitkan lagi menjadi local Pride," jelasnya.
(nng)