Hidrogen Hijau PLN, Game Changer Transisi Energi Nasional
loading...
A
A
A
PLN dinilai tak sekadar sebagai penyedia listrik saja. Lebih dari itu, PLN disebut menjadi pendorong perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. ”Energi hijau yang dipasok PLN menjadi salah satu sumber penggerak ekonomi nasional,” kata Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro.
Dia menambahkan, dari sektor kendaraan bermotor, hidrogen hijau cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia.
“Performa hidrogen hijau untuk mobil mirip dengan pembakaran internal (internal combustion engine) dengan energi BBM. Hidrogen karakteristiknya mendekati BBM, namun emisinya nol. Jika dihitung dari hulu sampai hilir, total emisinya juga lebih baik dibandingkan mobil listrik karena proses produksi energinya ramah lingkungan,” paparnya.
Komaidi menilai, hidrogen hijau berpeluang menciptakan ekonomi berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi sektor lainnya. “Multiplier effect yang dihadirkan cukup besar. Di hulu bahan bakunya cukup besar impor energi akan berkurang. Bisa juga dimanfaatkan sektor pupuk, sehingga bisa menjaga ketahanan pangan,” paparnya.
Untuk sektor industri akan tercipta lapangan pekerjaan baru. Dengan ekosistem yang kuat, maka pabrikan mobil tak ragu untuk memproduksi mobil hidrogen di dalam negeri. Sejumlah pabrikan mobil pun kian gencar menguji kendaraan dengan bahan bakar hidrogen untuk diproduksi massal. Beberapa diantaranya Toyota dan Nissan, dan Hyundai.
“Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau,” kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.
Toyota, lanjut dia, melalui prinsipalnya, Toyota Motor Corp. (TMC) telah mengembangkan mobil hidrogen yakni Mirai yang merupakan kendaraan berbasis Fuell Cell Electric Vehicle (FCEV) dengan emisi nol sejak 2014.
Selain teknologi FCEV, Toyota tengah mengembangkan kendaraan dengan mesin pembakaran internal bertenaga hidrogen (Hydrogen Internal Combustion Engine/HICEV) yang menandai langkah baru dalam teknologi kendaran bermotor.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, penggunaan hidrogen hijau akan membuat proses transisi energi lebih mudah.“Dari sisi teknologi kendaraan, tak terlalu rumit,” ungkapnya.
Hal itu lantaran hidrogen hijau bisa disematkan pada mobil pembakaran internal atau internal combustion engine (ICE) alias mobil konvensional dengan mengubah spesifikasinya.
Dia menambahkan, dari sektor kendaraan bermotor, hidrogen hijau cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia.
“Performa hidrogen hijau untuk mobil mirip dengan pembakaran internal (internal combustion engine) dengan energi BBM. Hidrogen karakteristiknya mendekati BBM, namun emisinya nol. Jika dihitung dari hulu sampai hilir, total emisinya juga lebih baik dibandingkan mobil listrik karena proses produksi energinya ramah lingkungan,” paparnya.
Komaidi menilai, hidrogen hijau berpeluang menciptakan ekonomi berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi sektor lainnya. “Multiplier effect yang dihadirkan cukup besar. Di hulu bahan bakunya cukup besar impor energi akan berkurang. Bisa juga dimanfaatkan sektor pupuk, sehingga bisa menjaga ketahanan pangan,” paparnya.
Untuk sektor industri akan tercipta lapangan pekerjaan baru. Dengan ekosistem yang kuat, maka pabrikan mobil tak ragu untuk memproduksi mobil hidrogen di dalam negeri. Sejumlah pabrikan mobil pun kian gencar menguji kendaraan dengan bahan bakar hidrogen untuk diproduksi massal. Beberapa diantaranya Toyota dan Nissan, dan Hyundai.
“Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau,” kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.
Toyota, lanjut dia, melalui prinsipalnya, Toyota Motor Corp. (TMC) telah mengembangkan mobil hidrogen yakni Mirai yang merupakan kendaraan berbasis Fuell Cell Electric Vehicle (FCEV) dengan emisi nol sejak 2014.
Selain teknologi FCEV, Toyota tengah mengembangkan kendaraan dengan mesin pembakaran internal bertenaga hidrogen (Hydrogen Internal Combustion Engine/HICEV) yang menandai langkah baru dalam teknologi kendaran bermotor.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, penggunaan hidrogen hijau akan membuat proses transisi energi lebih mudah.“Dari sisi teknologi kendaraan, tak terlalu rumit,” ungkapnya.
Hal itu lantaran hidrogen hijau bisa disematkan pada mobil pembakaran internal atau internal combustion engine (ICE) alias mobil konvensional dengan mengubah spesifikasinya.