10 Tahun Lagi, Oxfam Sebut Bakal Lahir Orang Terkaya Pertama dengan Harta Triliunan Dolar
loading...
A
A
A
John D. Rockefeller, pemilik perusahaan Standard Oil, dianggap sebagai miliarder pertama di dunia pada tahun 1916. Manurut Oxfam, saat ini Elon Musk adalah orang terkaya di planet ini, dengan kekayaan pribadi yang mencapai hampir USD250 miliar (sekitar Rp3.887 triliun).
Sebaliknya, organisasi itu mengatakan, hampir 5 miliar orang telah menjadi lebih miskin sejak pandemi, dengan banyak negara berkembang di dunia tidak dapat memberikan dukungan keuangan yang dapat diberikan oleh negara-negara kaya selama kebijakan lockdown.
Selain itu, Oxfam mengatakan perang Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022, telah membuat harga energi dan pangan melonjak. Pada akhirnya berdampak buruk terhadap negara-negara termiskin di dunia.
Dengan Brasil menjadi tuan rumah KTT G 20 tahun ini dari negara-negara industri dan berkembang terkemuka, Lawson mengatakan, itu adalah "saat yang tepat bagi Oxfam untuk meningkatkan kesadaran" tentang ketidaksetaraan. Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah menempatkan isu-isu yang menjadi perhatian negara berkembang di jantung agenda G20.
Oxfam juga menyampaikan bahwa untuk “memberantas kesenjangan” diperlukan langkah-langkah seperti menerapkan pajak permanen bagi orang-orang terkaya di setiap negara, pajak yang lebih efektif bagi perusahaan-perusahaan besar dan upaya-upaya yang diperbaharui dan lebih kuat untuk melawan penghindaran pajak.
Dalam melakukan penghitungan kekayaan lima miliarder teratas dunia, Oxfam menggunakan data dari laporan majalah Forbes per November 2023. Total kekayaan kelimanya saat itu adalah USD869 miliar (sekitar Rp13.513 triliun); naik 155% dari USD340 miliar (sekitar Rp5.287 triliun) sejak Maret 2020.
Untuk 60% populasi global terbawah, Oxfam menggunakan angka dari UBS Global Wealth Report 2023 dan dari Credit Suisse Global Wealth Databook 2019. Keduanya menggunakan metodologi yang sama.
Sebaliknya, organisasi itu mengatakan, hampir 5 miliar orang telah menjadi lebih miskin sejak pandemi, dengan banyak negara berkembang di dunia tidak dapat memberikan dukungan keuangan yang dapat diberikan oleh negara-negara kaya selama kebijakan lockdown.
Selain itu, Oxfam mengatakan perang Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022, telah membuat harga energi dan pangan melonjak. Pada akhirnya berdampak buruk terhadap negara-negara termiskin di dunia.
Dengan Brasil menjadi tuan rumah KTT G 20 tahun ini dari negara-negara industri dan berkembang terkemuka, Lawson mengatakan, itu adalah "saat yang tepat bagi Oxfam untuk meningkatkan kesadaran" tentang ketidaksetaraan. Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah menempatkan isu-isu yang menjadi perhatian negara berkembang di jantung agenda G20.
Oxfam juga menyampaikan bahwa untuk “memberantas kesenjangan” diperlukan langkah-langkah seperti menerapkan pajak permanen bagi orang-orang terkaya di setiap negara, pajak yang lebih efektif bagi perusahaan-perusahaan besar dan upaya-upaya yang diperbaharui dan lebih kuat untuk melawan penghindaran pajak.
Dalam melakukan penghitungan kekayaan lima miliarder teratas dunia, Oxfam menggunakan data dari laporan majalah Forbes per November 2023. Total kekayaan kelimanya saat itu adalah USD869 miliar (sekitar Rp13.513 triliun); naik 155% dari USD340 miliar (sekitar Rp5.287 triliun) sejak Maret 2020.
Untuk 60% populasi global terbawah, Oxfam menggunakan angka dari UBS Global Wealth Report 2023 dan dari Credit Suisse Global Wealth Databook 2019. Keduanya menggunakan metodologi yang sama.
(akr)