74 Tahun, BTN Tetap Setia Membiayai Perumahan Buat Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Jum'at, 09 Februari 2024 - 22:26 WIB
loading...
A A A
Dengan lebih fokus pada bisnis, organisasi KCP pun mengalami perubahan. Sekarang KCP terbagi dalam tiga tipe bisnis yakni general, consumer dan SME sub-branch.

Tak hanya mengubah model bisnis dan tipe KCP, transformasi juga mencangkup penyelarasan key performace indicator (KPI). Mulai tahun ini semua KCP sudah bisa diukur sampai dimana kontribusinya terhadap profitabilitas perusahaan. “Nanti, setiap bulan produktivitas KCP kami nilai,” ujarnya.

Dulu, pengukuran yang dilakukan manajemen lebih kepada volume bisnis. Belum diukur secara spesifik bagaimana kontribusi profitabilitas masing-masing KCP. Dalam menjalankan model bisnis baru ini, KCP jangan hanya sekadar mengejar pertumbuhan aset.

Mereka juga harus accountable, apakah pertumbuhan itu menghasilkan profitabilitas yang baik atau tidak. Tak sampai di situ, KCP juga didorong untuk mengendalikan resiko kredit (NPL). “Kalau hanya tumbuh saja tapi manajemen resikonya jelek, tentu tidak baik buat perusahaan,” katanya.

Selain itu, KCP perlu memperhatikan pentingnya pengendalian biaya,karena pada akhirnya akan berpengaruh pada profitabilitas. “Jangan hanya pengeluarkan biaya tanpa menghitung berapa return yang dihasilkan,” katanya.

Alhasil, Nixon menegaskan, melalui perubahan model bisnis KCP tersebut, kini jumlah KCP yang masuk dalam kategori sangat produktif dan produktif telah mencapai 257 unit. Angka ini tentu masih jauh dari jumlah KCP yang saat ini mencapai 537 unit, tetapi hal ini merupakan momentum yang sangat berarti untuk meningkatkan kinerja perseroan.

Dengan berbagai transformasi tersebut, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun terakhir posisi laba BTN yang saat ini menempati urutan kedelapan, bakal naik menjadi urutan kelima seperti posisi aset. Semoga saja!
(akr)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2100 seconds (0.1#10.140)