25 Retail Megashifts
loading...
A
A
A
Yuswohady
Managing Partner Inventure
#1. “Healthy, Safety, Sustainability” (HSS) Concept Gains Momentum
Ketika konsumen diliputi ketakutan terpapar virus Covid-19, maka higienitas dan keselamatan menjadi prioritas utama mereka dalam membeli dan mengonsumsi barang. Maka kesehatan, keamanan, dan kepedulian lingkungan di dunia ritel akan menjadi kenormalan baru yang bersifat permanen.
Ritel adalah sektor yang berada di posisi “front-end” yang langsung bersentuhan dan berinteraksi dengan konsumen. Karena itu, setiap peritel harus memosisikan dirinya sebagai “responsible brand” yang berkomitmen menjaga keselamatan konsumen dari paparan Covid-19. Di era pandemi, konsep healthy, safety, dan sustainability akan menemukan momentumnya. (Baca: Winning in The New Normal)
#2. Acceleration of E-commerce
Wabah Covid-19 membuat banyak orang berdiam diri di rumah sehingga toko daring menjadi salah satu pilihan untuk berbelanja. Belanja daring pun mulai bergeser dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke produk yang sifatnya adalah kebutuhan (needs).
Karena itu, kami mengatakan Covid-19 telah membuat pola belanja konsumen secara online semakin melebar (widening). Konsumen mulai membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari (daily needs) secara daring seperti groceries. Tak hanya melebar dari hanya pembelian barang non-esensial ke barang esensial, Covid-19 juga memaksa konsumen melakukan pembelian daring lebih besar (deepening).
#3. Boost of Contactless Payment
Sejak WHO mengumumkan bahwa uang kertas berpotensi menyebarkan virus korona, dengan segera masyarakat berbondong-bondong beralih ke transaksi digital. Covid-19 memaksa masyarakat memilih opsi contactless payment saat bertransaksi karena alasan keamanan dan kebersihan. Mereka berupaya meminimalkan sentuhan keypad pada terminal pembayaran jika menggunakan kartu ATM dan uang tunai.
Pergeseran transaksi dari uang tunai ke dompet digital juga didukung dengan berkembangnya sektor elektronik menggunakan quick response code Indonesia standard (QRIS) di berbagai kanal yang memungkinkan masyarakat melakukan contactless transactions. Di era low-touch economy, transaksi tanpa kontak bakal menjadi the new industry standard. (Baca juga: Jelang Deklarasi, Dukungan Terhadap Koalisi Din Syamsuddin dkk Muncul)
Managing Partner Inventure
#1. “Healthy, Safety, Sustainability” (HSS) Concept Gains Momentum
Ketika konsumen diliputi ketakutan terpapar virus Covid-19, maka higienitas dan keselamatan menjadi prioritas utama mereka dalam membeli dan mengonsumsi barang. Maka kesehatan, keamanan, dan kepedulian lingkungan di dunia ritel akan menjadi kenormalan baru yang bersifat permanen.
Ritel adalah sektor yang berada di posisi “front-end” yang langsung bersentuhan dan berinteraksi dengan konsumen. Karena itu, setiap peritel harus memosisikan dirinya sebagai “responsible brand” yang berkomitmen menjaga keselamatan konsumen dari paparan Covid-19. Di era pandemi, konsep healthy, safety, dan sustainability akan menemukan momentumnya. (Baca: Winning in The New Normal)
#2. Acceleration of E-commerce
Wabah Covid-19 membuat banyak orang berdiam diri di rumah sehingga toko daring menjadi salah satu pilihan untuk berbelanja. Belanja daring pun mulai bergeser dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke produk yang sifatnya adalah kebutuhan (needs).
Karena itu, kami mengatakan Covid-19 telah membuat pola belanja konsumen secara online semakin melebar (widening). Konsumen mulai membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari (daily needs) secara daring seperti groceries. Tak hanya melebar dari hanya pembelian barang non-esensial ke barang esensial, Covid-19 juga memaksa konsumen melakukan pembelian daring lebih besar (deepening).
#3. Boost of Contactless Payment
Sejak WHO mengumumkan bahwa uang kertas berpotensi menyebarkan virus korona, dengan segera masyarakat berbondong-bondong beralih ke transaksi digital. Covid-19 memaksa masyarakat memilih opsi contactless payment saat bertransaksi karena alasan keamanan dan kebersihan. Mereka berupaya meminimalkan sentuhan keypad pada terminal pembayaran jika menggunakan kartu ATM dan uang tunai.
Pergeseran transaksi dari uang tunai ke dompet digital juga didukung dengan berkembangnya sektor elektronik menggunakan quick response code Indonesia standard (QRIS) di berbagai kanal yang memungkinkan masyarakat melakukan contactless transactions. Di era low-touch economy, transaksi tanpa kontak bakal menjadi the new industry standard. (Baca juga: Jelang Deklarasi, Dukungan Terhadap Koalisi Din Syamsuddin dkk Muncul)