25 Retail Megashifts

Sabtu, 15 Agustus 2020 - 09:10 WIB
loading...
A A A
#4. Official Store Become Mainstream

Peningkatan arus belanja online selama masa pandemi menjadi kesempatan bagi para produsen (principal) untuk memperlebarkan sayap perusahaan ke ranah digital. Mereka mulai berbondong-bondong membuka official store di berbagai e-commerce.

Ketika hand sanitizer diburu masyarakat tiga bulan lalu, Antis laku keras di pasar sehingga harganya meroket. Maka Enesis memanfaatkan official store di berbagai e-commerce sehingga dapat melakukan pembatasan pembelian per user dan menjamin harga yang diterima konsumen adalah harga normal.

BMW beberapa bulan lalu meluncurkan official store di Tokopedia dan berhasil mendapat antusiasme dari pelanggan mereka. Terbukti dari hasil penjualan BMW seri 3 Touring yang dikeluarkan hanya 25 unit di Tokopedia, sold out dalam waktu satu pekan.

#5. The Birth of New Retail

Covid-19 telah mempercepat pengaplikasian apa yang disebut sebagai ”new retail”. Model baru ini merupakan wajah baru ritel di masa depan dengan mengusung konsep penggabungan antara layanan daring ke luring. Contohnya adalah mitra Tokopedia, Warung Pintar, Wahyoo, atau Grabkios. (Baca juga: Tok, OJK Bekukan Kegiatan Usaha Asuransi Jiwa Kresna)

Ada dua alasan besar yang mendorong penerapan new retail memperoleh masa emasnya selama new normal. Pertama, adalah tingginya fokus penyedia layanan dalam memenuhi kebutuhan personal dari konsumen. Kedua, relaksasi PSBB membuat konsumen secara bertahap mulai berbelanja kembali secara offline. Alhasil, ritel fisik mulai kembali beroperasi namun dengan gaya yang berbeda. Ritel secara perlahan mulai terdigitalisasi, menyisipkan fitur digital ke dalam beberapa aspek bisnisnya. Meng-upgrade ritel konvensional menjadi lebih modern.

#6. Local Product, Local Supply-Chain

Terputusnya rantai pasokan ekonomi dalam skala global berdampak pada proses produksi dan distribusi barang yang terkendala. Di sisi lain, stok barang, terutama untuk produk kesehatan dan makanan mengalami penipisan, padahal permintaan barang terus mengalami kenaikan. Akibatnya stok barang kosong, terjadi kelangkaan, dan harga barang melambung tinggi.

Untuk alasan itu, baik perusahaan maupun konsumen menjadi lebih sadar mengenai sumber produksi barang, efeknya, preferensi konsumen mengalami pergeseran. Konsumen lebih memilih produk dengan stok barang yang terjangkau sehingga pengiriman lebih cepat dan barang masih dalam kondisi aman. Singkatnya, tren produk lokal akan mengalami peningkatan penjualan baik selama maupun setelah pandemi. (Baca juga: Ilmuwan Jepang Bangunkan Mikroba yang Tertidur Selama 100 Juta Tahun)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1797 seconds (0.1#10.140)