Sanksi Barat Memalukan, Tak Bisa Melumpuhkan Rusia
loading...
A
A
A
Rusia lebih terintegrasi ke dalam perdagangan dunia. Rusia mengekspor komoditas yang dibutuhkan negara lain, seperti baja dan pupuk. Dan Rusia masih menyediakan sebagian besar energi Eropa. Sanksi yang ditujukan kepada Rusia akan terasa hingga ke luar perbatasannya.
Sanksi Tak Bergigi
Sanksi-sanski tersebut terbukti tak bergigi. Sanksi yang mencoba membatasi akses Rusia ke teknologi dan penjualan minyak tidak efektif. AS memiliki pengaruh yang jauh lebih kecil terhadap sektor-sektor ini dibandingkan dengan sektor perbankan, yang terikat pada dolar. Langkah-langkah yang diberlakukan sejak 2022 membuat Rusia kesulitan. Namun, hal itu tidak cukup melukai ekonomi untuk membuat sebagian besar orang Rusia mempertanyakan perang.
"Seluruh dunia menentang kami, tetapi kami mengelola dengan cukup baik," kata Maria Snegovaya, seorang peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Para pejabat AS mengakui semua ini. Namun, mereka mengatakan bahwa mereka membebankan biaya yang harus ditimbang oleh negara-negara lain sebelum melanggar hukum internasional. Para pejabat menyebutnya sebagai kemenangan, bahkan jika tindakan itu tidak membuat Rusia jatuh ke dalam resesi atau mengakhiri perang.
Putin melihatnya secara berbeda. "Instrumen dan kebijakan AS tidak efektif," kata Putin dalam wawancaranya dengan Tucker Carlson. Dia tentu saja bukan satu-satunya pemimpin yang menyadari kegagalan AS untuk melumpuhkan Rusia. Ketika China ingin mengancam Taiwan atau India ingin membunuh musuh yang dianggap sebagai musuh di tanah asing, mereka akan tahu bahwa Washington tidak dapat mengubah Rusia menjadi paria ketika mereka melanggar aturan. Dengan cara itu, sanksi di Rusia telah mengekspos batas-batas kekuatan AS.
Bukti Nyata
Ekonomi Rusia berhasil melampaui AS dan Eropa tumbuh 3,6% tahun lalu meski dihujani beragam sanksi ekonomi yang kuat dan terputus dari pasar global utama. Pertumbuhan sebagian besar didorong peningkatan pengeluaran militer. Putin menegaskan ekonomi negara ini berhasil bertransisi dari pasar-pasar Barat dan memperluas swasembada sementara pada saat yang sama terus memperkuat kerja sama perdagangan baru.
Perekonomian Rusia diperkirakan akan terus tumbuh pada 2024. Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan estimasi pertumbuhan ekonomi Rusia dengan memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) negara ini akan meningkat 3,2% pada 2024 naik dari proyeksi bulan Januari sebesar 2,6%. Proyeksi terbaru, menempatkan Rusia di depan sejumlah negara besar di Barat dalam hal pertumbuhan tahun ini, termasuk AS 2,7%, Inggris 0,5%, Prancis 0,7%, dan Jerman 0,2%.
Sistem keuangan Rusia terus berdaptasi karena terjadi pembatasan utang dan ekuitas. Dorongan dedolarisasi kemudian terjadi, mengurangi porsi deposito mata uang asing perusahaan dari 45% pada 2016 menjadi 25% pada 2022 dan pinjaman dalam mata uang asing dari 35% menjadi 15%. Di kalangan individu, simpanan dalam mata uang asing turun dari 25% menjadi di bawah 10%.
Sanksi Tak Bergigi
Sanksi-sanski tersebut terbukti tak bergigi. Sanksi yang mencoba membatasi akses Rusia ke teknologi dan penjualan minyak tidak efektif. AS memiliki pengaruh yang jauh lebih kecil terhadap sektor-sektor ini dibandingkan dengan sektor perbankan, yang terikat pada dolar. Langkah-langkah yang diberlakukan sejak 2022 membuat Rusia kesulitan. Namun, hal itu tidak cukup melukai ekonomi untuk membuat sebagian besar orang Rusia mempertanyakan perang.
"Seluruh dunia menentang kami, tetapi kami mengelola dengan cukup baik," kata Maria Snegovaya, seorang peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Para pejabat AS mengakui semua ini. Namun, mereka mengatakan bahwa mereka membebankan biaya yang harus ditimbang oleh negara-negara lain sebelum melanggar hukum internasional. Para pejabat menyebutnya sebagai kemenangan, bahkan jika tindakan itu tidak membuat Rusia jatuh ke dalam resesi atau mengakhiri perang.
Putin melihatnya secara berbeda. "Instrumen dan kebijakan AS tidak efektif," kata Putin dalam wawancaranya dengan Tucker Carlson. Dia tentu saja bukan satu-satunya pemimpin yang menyadari kegagalan AS untuk melumpuhkan Rusia. Ketika China ingin mengancam Taiwan atau India ingin membunuh musuh yang dianggap sebagai musuh di tanah asing, mereka akan tahu bahwa Washington tidak dapat mengubah Rusia menjadi paria ketika mereka melanggar aturan. Dengan cara itu, sanksi di Rusia telah mengekspos batas-batas kekuatan AS.
Bukti Nyata
Ekonomi Rusia berhasil melampaui AS dan Eropa tumbuh 3,6% tahun lalu meski dihujani beragam sanksi ekonomi yang kuat dan terputus dari pasar global utama. Pertumbuhan sebagian besar didorong peningkatan pengeluaran militer. Putin menegaskan ekonomi negara ini berhasil bertransisi dari pasar-pasar Barat dan memperluas swasembada sementara pada saat yang sama terus memperkuat kerja sama perdagangan baru.
Perekonomian Rusia diperkirakan akan terus tumbuh pada 2024. Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan estimasi pertumbuhan ekonomi Rusia dengan memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) negara ini akan meningkat 3,2% pada 2024 naik dari proyeksi bulan Januari sebesar 2,6%. Proyeksi terbaru, menempatkan Rusia di depan sejumlah negara besar di Barat dalam hal pertumbuhan tahun ini, termasuk AS 2,7%, Inggris 0,5%, Prancis 0,7%, dan Jerman 0,2%.
Sistem keuangan Rusia terus berdaptasi karena terjadi pembatasan utang dan ekuitas. Dorongan dedolarisasi kemudian terjadi, mengurangi porsi deposito mata uang asing perusahaan dari 45% pada 2016 menjadi 25% pada 2022 dan pinjaman dalam mata uang asing dari 35% menjadi 15%. Di kalangan individu, simpanan dalam mata uang asing turun dari 25% menjadi di bawah 10%.