Sanksi Baru Uni Eropa ke Rusia, Sasar Tarif Impor Senilai Rp7.000 T
loading...
A
A
A
JAKARTA - Uni Eropa (UE) bakal mengenakan tarif impor biji-bijian hingga bahan bakar nuklir dari Rusia dengan nilai mencapai USD46 miliar atau setara lebih Rp7.000 triliun yang sampai saat ini masih dizinkan masuk ke kawasan tersebut.
Meskipun sebagian besar perdagangan Uni Eropa dengan Rusia telah dihentikan karena konflik Ukraina sejumlah impor masih diperbolehkan dengan pertimbangan tidak ada pasokan alternatif atau khawatir terjadi gangguan pasokan global. Para menteri perdagangan Uni Eropa meminta Komisi Eropa untuk mengembangkan sebuah rencana untuk mengenakan bea masuk atas impor biji-bijian, bahan bakar nuklir, dan obat-obatan.
Komisioner Perdagangan Uni Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan inisiatif penggunaan tarif yang lebih luas diajukan oleh Swedia. "Dari sisi Komisi Eropa, kami akan mengkaji hal ini dan memberikan opsi-opsi kepada negara-negara anggota untuk melangkah maju," kata dia dilansir dari Russian Today, Sabtu (1/6/2024).
Menteri Perdagangan Swedia Johan Forssell menegaskan penting untuk memangkas pendapatan Rusia sehingga pendapatan dari tarif ini dapat digunakan untuk membantu Ukraina memenangkan perang. Dia menyerukan kenaikan tarif yang luas untuk semua perdagangan meski pihaknya mengakui sensitif di sejumlah area.
Pada Kamis (30/5) lalu para menteri Uni Eropa mengadopsi sebuah peraturan yang menaikkan tarif impor untuk biji-bijian Rusia dan Belarusia. Pungutan tersebut dijadwalkan akan berlaku mulai 1 Juli menyasar sereal, biji minyak dan produk turunannya, serta pelet bubur bit dan kacang polong kering dari kedua negara. Berdasarkan laporan dari FT, Uni Eropa menetapkan tarif yang sangat tinggi sebesar USD100 per ton sehingga menjadi sebuah larangan yang efektif.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelumnya mengatakan bahwa pengenaan tarif terhadap biji-bijian Rusia merupakan contoh persaingan tidak sehat. Langkah ini akan memukul konsumen Uni Eropa sementara Moskow akan menggunakan rute pasokan alternatif.
Beberapa negara anggota Uni Eropa juga telah mengusulkan perluasan sanksi-sanksi blok tersebut untuk memasukkan bahan bakar nuklir yang dijual oleh Moskow. Sementara, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengingatkan bahwa tidak ada cara cepat untuk beralih dari bahan bakar nuklir Rusia. Keputusan tersebut juga dianggap akan membahayakan pasar energi global.
Sebagai informasi, Uni Eropa bertujuan untuk mengadopsi putaran sanksi baru sebelum bulan Juli. Brussels mengadopsi paket ke-13 pembatasan terhadap Moskow menjelang ulang tahun kedua dimulainya konflik Ukraina pada bulan Februari.
Langkah-langkah ini sebagian besar ditujukan untuk menutup celah untuk mencegah Rusia menghindari pembatasan yang ada melalui negara-negara ketiga. Beberapa politisi dan diplomat tingkat tinggi Uni Eropa telah mengakui bahwa ruang lingkup sanksi lebih lanjut semakin menyempit.
Meskipun sebagian besar perdagangan Uni Eropa dengan Rusia telah dihentikan karena konflik Ukraina sejumlah impor masih diperbolehkan dengan pertimbangan tidak ada pasokan alternatif atau khawatir terjadi gangguan pasokan global. Para menteri perdagangan Uni Eropa meminta Komisi Eropa untuk mengembangkan sebuah rencana untuk mengenakan bea masuk atas impor biji-bijian, bahan bakar nuklir, dan obat-obatan.
Komisioner Perdagangan Uni Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan inisiatif penggunaan tarif yang lebih luas diajukan oleh Swedia. "Dari sisi Komisi Eropa, kami akan mengkaji hal ini dan memberikan opsi-opsi kepada negara-negara anggota untuk melangkah maju," kata dia dilansir dari Russian Today, Sabtu (1/6/2024).
Menteri Perdagangan Swedia Johan Forssell menegaskan penting untuk memangkas pendapatan Rusia sehingga pendapatan dari tarif ini dapat digunakan untuk membantu Ukraina memenangkan perang. Dia menyerukan kenaikan tarif yang luas untuk semua perdagangan meski pihaknya mengakui sensitif di sejumlah area.
Pada Kamis (30/5) lalu para menteri Uni Eropa mengadopsi sebuah peraturan yang menaikkan tarif impor untuk biji-bijian Rusia dan Belarusia. Pungutan tersebut dijadwalkan akan berlaku mulai 1 Juli menyasar sereal, biji minyak dan produk turunannya, serta pelet bubur bit dan kacang polong kering dari kedua negara. Berdasarkan laporan dari FT, Uni Eropa menetapkan tarif yang sangat tinggi sebesar USD100 per ton sehingga menjadi sebuah larangan yang efektif.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelumnya mengatakan bahwa pengenaan tarif terhadap biji-bijian Rusia merupakan contoh persaingan tidak sehat. Langkah ini akan memukul konsumen Uni Eropa sementara Moskow akan menggunakan rute pasokan alternatif.
Beberapa negara anggota Uni Eropa juga telah mengusulkan perluasan sanksi-sanksi blok tersebut untuk memasukkan bahan bakar nuklir yang dijual oleh Moskow. Sementara, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengingatkan bahwa tidak ada cara cepat untuk beralih dari bahan bakar nuklir Rusia. Keputusan tersebut juga dianggap akan membahayakan pasar energi global.
Sebagai informasi, Uni Eropa bertujuan untuk mengadopsi putaran sanksi baru sebelum bulan Juli. Brussels mengadopsi paket ke-13 pembatasan terhadap Moskow menjelang ulang tahun kedua dimulainya konflik Ukraina pada bulan Februari.
Langkah-langkah ini sebagian besar ditujukan untuk menutup celah untuk mencegah Rusia menghindari pembatasan yang ada melalui negara-negara ketiga. Beberapa politisi dan diplomat tingkat tinggi Uni Eropa telah mengakui bahwa ruang lingkup sanksi lebih lanjut semakin menyempit.
(nng)