Saat Dedolarisasi Terus Menggema, Bisnis Rusia Bergeser ke Bank-bank Kecil China

Senin, 10 Juni 2024 - 13:51 WIB
loading...
Saat Dedolarisasi Terus Menggema, Bisnis Rusia Bergeser ke Bank-bank Kecil China
Washington sejauh ini enggan menerapkan sanksi terhadap bank-bank besar China karena efek riak besar yang dapat ditimbulkannya pada ekonomi global dan hubungan Amerika Serikat atau AS-China. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Washington sejauh ini enggan menerapkan sanksi terhadap bank- bank besar China – yang telah lama dianggap oleh para analis sebagai opsi "nuklir" – karena efek riak besar yang dapat ditimbulkannya pada ekonomi global dan hubungan Amerika Serikat atau AS-China .

Kekhawatiran atas kemungkinan dijatuhkannya sanksi telah menyebabkan bank-bank besar China membatasi pembayaran untuk transaksi lintas batas yang melibatkan Rusia , atau menarik diri dari keterlibatan sama sekali, seperti dilaporkan oleh Reuters.



Kondisi tersebut telah mendorong perusahaan-perusahaan China ke bank-bank kecil di perbatasan dan memicu penggunaan saluran pembiayaan bawah tanah atau cryptocurrency yang dilarang. Para pejabat Barat khawatir bahwa beberapa lembaga keuangan China masih memfasilitasi perdagangan barang dengan aplikasi sipil dan militer secara ganda.

Di sisi lain Beijing menuduh Washington membuat klaim tak berdasar tentang apa yang dikatakannya sebagai pertukaran perdagangan normal dengan Moskow.

Pemerintahan Biden tahun ini mulai menyelidiki sanksi mana yang mungkin diberikan untuk menggagalkan bank-bank China, seperti disampaikan seorang pejabat AS sebelumnya kepada Reuters. Akan tetapi tidak disebutkan secara rinci terkait sanksi apa yang bakal dijatuhkan.

Pada bulan Desember, Presiden AS Joe Biden menandatangani perintah eksekutif yang mengancam sanksi terhadap lembaga keuangan yang membantu Moskow menghindari sanksi Barat.

AS telah memberikan sanksi kepada bank-bank China yang lebih kecil di masa lalu, seperti Bank of Kunlun, atas berbagai masalah, termasuk bekerja dengan lembaga-lembaga Iran.

Sementara itu China dan Rusia terus mendorong lebih banyak perdagangan dengan yuan daripada dolar setelah perang Ukraina. Hal itu berpotensi melindungi ekonomi mereka dari kemungkinan sanksi AS.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1776 seconds (0.1#10.140)