BRICS Dibuat Frustrasi oleh Barat, Reformasi Pemerintahan Global Menggema
loading...
A
A
A
MOSKOW - Para menteri luar negeri BRICS mengutuk sikap Amerika Serikat atau AS beserta sekutunya karena terlibat dalam proteksionisme perdagangan internasional . Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov pada pertemuan setingkat menteri BRICS.
Pertemuan tingkat menteri di Nizhny Novgorod, Rusia menjadi yang pertama sejak BRICS melakukan perluasan. Seperti diketahui saat ini, Keanggotaan BRICS resmi bertambah menjadi 10 negara setelah Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Iran dan Ethiopia resmi bergabung.
"Sebagian besar delegasi menekankan sifat destruktif dari kebijakan egoistik proteksionisme perdagangan yang ditempuh oleh Amerika Serikat dan sekutunya," kata Lavrov pada konferensi pers, Selasa (11/6) kemarin waktu setempat.
Menlu Rusia menunjukkan bahwa "semua delegasi berbicara untuk mendukung reformasi sistem pemerintahan global yang ada, dengan fokus pada memberikan negara-negara Global South suara yang lebih besar."
Para peserta mengakui perlunya keputusan bersama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi, menurut Lavrov.
Lavrov mengingatkan, transisi ke tatanan dunia baru bisa memakan waktu panjang sepanjang era sejarah dan akan berduri. Dia berbicara tentang pusat-pusat ekonomi baru yang dibentuk oleh negara-negara Global Selatan dan Timur untuk membuat keputusan politik yang signifikan secara global berdasarkan kesetaraan dan keragaman kedaulatan.
Blok ekonomi BRICS, yang dibentuk pada tahun 2009, telah menampilkan dirinya sebagai alternatif dari lembaga-lembaga internasional yang didominasi Barat.
Awalnya BRICS hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Akan tetapi mereka mengalami ekspansi besar ketika Iran, Ethiopia, Mesir, dan Uni Emirat Arab bergabung pada awal 2024.
Selain itu banyak negara lain yang telah menyatakan minatnya untuk bergabung bersama BRICS, bahkan beberapa di antaranya sudah mengajukan aplikasi secara resmi. Menurut perusahaan analitik Statista, BRICS menyalip pangsa negara-negara G7 dari total PDB dunia dalam hal paritas daya beli pada tahun 2020. Pada 2023, BRICS menyumbang 32% dari PDB global.
Kepala bank BRICS (NDB), Dilma Rousseff mengatakan sebelumnya, bahwa penambahan anggota baru akan melihat pangsa kelompok dalam output ekonomi global meningkat menjadi 40% di tahun 2028.
Pertemuan tingkat menteri di Nizhny Novgorod, Rusia menjadi yang pertama sejak BRICS melakukan perluasan. Seperti diketahui saat ini, Keanggotaan BRICS resmi bertambah menjadi 10 negara setelah Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Iran dan Ethiopia resmi bergabung.
"Sebagian besar delegasi menekankan sifat destruktif dari kebijakan egoistik proteksionisme perdagangan yang ditempuh oleh Amerika Serikat dan sekutunya," kata Lavrov pada konferensi pers, Selasa (11/6) kemarin waktu setempat.
Menlu Rusia menunjukkan bahwa "semua delegasi berbicara untuk mendukung reformasi sistem pemerintahan global yang ada, dengan fokus pada memberikan negara-negara Global South suara yang lebih besar."
Para peserta mengakui perlunya keputusan bersama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi, menurut Lavrov.
Lavrov mengingatkan, transisi ke tatanan dunia baru bisa memakan waktu panjang sepanjang era sejarah dan akan berduri. Dia berbicara tentang pusat-pusat ekonomi baru yang dibentuk oleh negara-negara Global Selatan dan Timur untuk membuat keputusan politik yang signifikan secara global berdasarkan kesetaraan dan keragaman kedaulatan.
Blok ekonomi BRICS, yang dibentuk pada tahun 2009, telah menampilkan dirinya sebagai alternatif dari lembaga-lembaga internasional yang didominasi Barat.
Awalnya BRICS hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Akan tetapi mereka mengalami ekspansi besar ketika Iran, Ethiopia, Mesir, dan Uni Emirat Arab bergabung pada awal 2024.
Selain itu banyak negara lain yang telah menyatakan minatnya untuk bergabung bersama BRICS, bahkan beberapa di antaranya sudah mengajukan aplikasi secara resmi. Menurut perusahaan analitik Statista, BRICS menyalip pangsa negara-negara G7 dari total PDB dunia dalam hal paritas daya beli pada tahun 2020. Pada 2023, BRICS menyumbang 32% dari PDB global.
Kepala bank BRICS (NDB), Dilma Rousseff mengatakan sebelumnya, bahwa penambahan anggota baru akan melihat pangsa kelompok dalam output ekonomi global meningkat menjadi 40% di tahun 2028.
(akr)