Dedolarisasi Makin Dekat, Rusia Bangun Platform Calon Pengganti Dolar

Senin, 17 Juni 2024 - 07:00 WIB
loading...
Dedolarisasi Makin Dekat,...
Negara-negara berkembang utama sedang mencari cara untuk melawan dolar. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Negara-negara berkembang utama sedang mencari cara untuk melawan dolar meski menghadapi perjuangan berat untuk mengurangi dominasi greenback. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa negara-negara BRICS sedang mengembangkan sebuah platform pembayaran yang akan memungkinkan mereka untuk memotong dolar AS, demikian menurut kantor berita TASS.

Inisiatif ini berasal dari pertemuan puncak negara-negara BRICS di Johannesburg tahun lalu, di mana kelompok ini yang mencakup anggota-anggota utama Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan menyerukan lebih banyak perdagangan dan pemberian pinjaman dalam mata uang nasional mereka.



Lavrov mengatakan platform ini akan meningkatkan sistem moneter internasional dan memungkinkan pembayaran dalam mata uang nasional untuk perdagangan bersama. Rusia ingin memindahkan mitra dagangnya dari dolar karena menghadapi sanksi yang signifikan dari AS dan sekutunya.

Melansir Business Insider, rincian mengenai platform ini sedang digarap serius, termasuk negara-negara mana saja yang dapat menggunakan dan kapan platform ini dapat diadopsi. Lavrov berbicara pada Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS selama dua hari, hanya beberapa hari setelah Forum Ekonomi Internasional St Petersburg. Di sana, Presiden Rusia Vladimir Putin berseru untuk menghapus penggunaan dolar AS dan mata uang beracun lainnya.

Mungkin akan ada lebih banyak daya tarik dalam hal ini ketika blok BRICS bertemu di Kazan, Rusia dari tanggal 22 Oktober sampai 24 Oktober, menurut Christopher Granville, direktur pelaksana riset politik global di GlobalData TS Lombard.



Lavrov memuji sistem penyelesaian berbasis mata uang digital kepada media lokal pada bulan April. Negara-negara di seluruh dunia telah berupaya mendiversifikasi aset mereka dan mengikis dominasi dolar AS karena kekhawatiran bahwa seperti Rusia mereka dapat tersingkir dari sistem keuangan berbasis dolar AS jika sanksi dijatuhkan.

Rusia, negara penguasa komoditas ini telah menggunakan lebih banyak rubel untuk perdagangan. Putin mengatakan bahwa rubel kini menyumbang 40% dari transaksi impor dan ekspor Rusia.

Namun, dolar begitu mengakar dan meresap dalam sistem keuangan dunia sehingga hanya sedikit orang yang berpikir bahwa dolar dapat digulingkan. Lavrov sendiri memuji sistem penyelesaian berbasis mata uang digital kepada media lokal pada bulan April.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1896 seconds (0.1#10.140)