Rupiah Tembus Rp16.420 per USD, Bos BI Ungkap Apa yang Terjadi
loading...
A
A
A
Perry menjelaskan, bahwa dari bulan ke bulan, faktor sentimen seperti premi risiko, ketidakpastian, itu adalah faktor-faktor yang tidak mempengaruhi tren, tetapi naik turunnya nilai tukar.
"Seperti yang sudah ditakar 2 bulan lalu, kalau saja tidak ada ketegangan geopolitik dan ketidakpastian FFR, mestinya kita tidak perlu menaikkan BI rate, bahkan di saat itu saya sudah mengatakan bahwa ada ruang untuk penurunan BI rate," ungkap Perry.
Di kala itu, Perry mengatakan bahwa pihaknya sudah bersabar karena ada ketidakpastian pasar keuangan global, sehingga tempo hari BI sempat menaikkan BI rate 25 bps dan suku bunga SRBI.
"Apa yang terjadi? Imbal hasil kita meningkat, SRBI kembali masuk, yang pada bulan Mei masuk Rp80,29 triliun SRBI, kemudian di Juni masuk sebesar Rp17,83 triliun, ini data transaksinya," pungkas Perry.
"Seperti yang sudah ditakar 2 bulan lalu, kalau saja tidak ada ketegangan geopolitik dan ketidakpastian FFR, mestinya kita tidak perlu menaikkan BI rate, bahkan di saat itu saya sudah mengatakan bahwa ada ruang untuk penurunan BI rate," ungkap Perry.
Di kala itu, Perry mengatakan bahwa pihaknya sudah bersabar karena ada ketidakpastian pasar keuangan global, sehingga tempo hari BI sempat menaikkan BI rate 25 bps dan suku bunga SRBI.
"Apa yang terjadi? Imbal hasil kita meningkat, SRBI kembali masuk, yang pada bulan Mei masuk Rp80,29 triliun SRBI, kemudian di Juni masuk sebesar Rp17,83 triliun, ini data transaksinya," pungkas Perry.
(akr)