4 Direktur Bank Dunia dari Indonesia, Ini Profil Lengkapnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - 4 orang Indonesia ternyata pernah menduduki posisi strategis dalam Bank Dunia yang merupakan, salah satu sumber pendanaan terbesar di dunia untuk negara- negara berkembang . Tercatat ada 4 orang Indonesia yang pernah menjadi direktur World Bank .
Mereka terpilih berdasarkan prestasi dalam bidang ekonomi yang dimilikinya. Sejauh ini ada 2 Srikandi Indonesia yang pernah menjadi bagian dari lembaga keuangan internasional tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menduduki posisi Direktur Pelaksana sekaligus Chief Operating Officer di Bank Dunia, dari 2010 hingga 2016. Sri Mulyani saat itu bertanggung jawab atas operasional Bank Dunia di seluruh dunia.
Dikutip dari laman resmi Bank Dunia, tugas Sri Mulyani adalah menjalin kerja sama dengan negara-negara klien dan negara-negara anggota untuk menempatkan strategi operasional yang sesuai guna mengatasi tantangan pembangunan baru.
Semua itu dalam upaya mendukung tujuan Bank Dunia untuk mengakhiri kemiskinan dan mendorong kesejahteraan bersama. Sri Mulyani atau yang biasa disapa Ani itu juga memimpin Dewan Penasehat Kelompok Bank Dunia terkait Gender dan Pembangunan.
Sri Mulyani bertugas menyatukan para pemimpin global dan ahli tentang isu-isu gender, termasuk dari sektor swasta. Ditambah serta Ia juga bertanggung jawab atas arahan strategis dan kerangka kebijakan Dana untuk Masyarakat Termiskin (Dana for the Poorest), IDA, yang merupakan salah satu sumber bantuan terbesar bagi 77 negara termiskin di dunia.
Sebelum bergabung dengan Bank Dunia pada bulan Juni 2010, Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia selain menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Jabatan sebelumnya yang pernah dijabatnya antara lain Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Ia juga pernah menjabat Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional, staf pengajar di Universitas Indonesia, dan profesor tamu di Andrew Young School of Public Policy di Georgia State University. Indrawati meraih gelar doktor bidang ekonomi dari University of Illinois dan gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia.
Sri Mulyani mengakhiri tugasnya di Bank Dunia pada 2016 lalu saat diminta kembali menjabat sebagai menteri keuangan oleh Presiden Joko Widodo.
Sri Mulyani sempat menjadi salah satu dari 100 wanita yang masuk daftar The World's 100 Most Powerful Women 2019 versi majalah Forbes, menduduki posisi 76 dalam daftar. Setahun sebelumnya, ia juga mendapat penghargaan Menteri Terbaik dalam World Government Summit.
Setelah Sri Mulyani, selanjutnya ada Mari Elka Pangestu yang pada 2020 ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia. Keahlian Mari Elka di bidang manajemen diakui oleh lembaga keuangan yang berpusat di New York tersebut.
Sebelum menjadi Direktur Bank Dunia, jabatan yang pernah diemban oleh Mari Elka Pangestu adalah menjadi seorang Menteri Perdagangan dan pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2014.
Mari Elka sangat "menggilai" dunia ekonomi. Semua jenjang pendidikannya selepas SMA dihabiskan mendalami ilmu ekonomi. Tahun 1980 dia menyelesaikan pendidikannya di Australian National University. Mari Elka mendalami ilmu mikro, makro ekonomi, akuntansi, ekonomi pembangunan, dan juga perdagangan internasional.
Di tahun 1986 Mari melanjutkan studinya ke Universitas California, Davis, Amerika Serikat, dan di sana dia memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang perdagangan internasional, keuangan, dan ekonomi moneter. Lepas meraih gelar Ph.D, Mari masih terus memperdalam ilmu ekonominya sehingga menjadi Profesor Ekonomi Internasional di Universitas Indonesia dan Senior Fellow di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).
Kecintaannya pada dunia ekonomi merupakan 'warisan' dari sang ayah, yakni J. Panglaykim atau Prof. Dr. Jusuf Pang Lay Kim. Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1956 itu adalah salah seorang ekonom terkenal di Indonesia.
Bagi Mari Elka Pangestu, bekerja untuk lembaga dunia dan di tingkat global bukanlah hal yang asing buat dirinya. Sebelum diangkat menjadi menteri, dia pernah bekerja dengan Jeffrey Sahcs pada Sekjen PBB Millen-nium Development Goals (MDGs) Review pada 2003 hingga 2005.
Dia juga pernah menjadi ketua-33 Grup WTO (2005-2011), dan dinominasikan sebagai kandidat untuk Direktur Jenderal WTO (2013). Dia juga memberikan kepemimpinan dalam kerja sama regional untuk Dewan Kerjasama Asia Pasifik (APEC) dan ASEAN sepanjang 1987 - 2003.
Wempi Saputra menjadi salah satu orang Indonesia yang juga dipercaya Bank Dunia untuk menempati posisi Direktur Eksekutif Bank Dunia untuk Asia Tenggara. Ia terpilih menjadi seorang Direktur Bank Dunia mulai November 2022.
Sebelum menjadi seorang Direktur, Wempi Syaputra adalah Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan dan menjadi staf ahli dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sejak Oktober 2021.
Karir Wempi di Kemenleu dimulai pada tahun 1995 dan sudah menduduki berbagai posisi strategis. Sebut saja seperti Direktorat Jenderal Bea Cukai sebagai Head of Customs Patro Office (2011), Wakil Kepala Staf Kementerian Keuangan (2012), Chief Change Management Officer dari Central Transformation Office (2014), Head of the Business Process Division, Organization and Business Process Bureau (2017), Direktur Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Menteri Keuangan (2017), hingga Staf Ahli Kementerian Keuangan (2021).
Selain bergulat di Kementerian Keuangan Indonesia, Wempi Saputra juga berperan menjadi Deputi Keuangan G20 Indonesia (2021-sekarang), Ex Officio Governor of International Fund for Agricultural Development (IFAD), Ex Officio Director for Constituency 11 of Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), hingga Kepala Sekretariat Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) (2021-sekarang).
Dikutip dari worldbank-org, Parjiono merupakan salah satu orang dari Indonesia yang pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Juli 2019. Sebelum menjadi seorang Direktur eksekutif, Parjiono merupakan seorang penasihat dari direktur eksekutif sejak Maret sampai dengan Juni 2019.
Lahir di Bantul, Yogjakarta, pada tanggal 23 Februari 1971. Parjiono kengawali karir Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan pada tahun 1996 di Biro Perencanaan dan Hubungan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal.
Ia pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Kerja Sama ASEAN dan Pemantauan Internasional pada tahun 2010, sebelum menjabat sebagai Kepala Bidang ASEAN pada tahun 2011 hingga 2013.
Selanjutnya pada tahun 2013, ia dipromosikan sebagai Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal. Ia pun dipercaya menjabat sebagai Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal pada 2015-2017 dan Kepala Pusat Pembiayaan Iklim dan Kebijakan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal pada 2017-2019.
Pada Maret-Juni tahun 2019, ia menjabat di Grup Bank Dunia sebagai Penasihat Direktur Eksekutif, sebelum akhirnya pada Juli 2019, ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif Alternatif pada Kantor Direktur Eksekutif Kelompok Bank Dunia Asia Tenggara yang mewakili Brunei Darussalam, Fiji, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Thailand, Tonga, dan Vietnam.
Pada 17 Maret 2023, Ia dipercaya menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional. Atas pengabdiannya hingga saat ini, Presiden Republik Indonesia menganugerahkan penghargaan Satyalancana Karya Satya XX tahun.
Mereka terpilih berdasarkan prestasi dalam bidang ekonomi yang dimilikinya. Sejauh ini ada 2 Srikandi Indonesia yang pernah menjadi bagian dari lembaga keuangan internasional tersebut.
4 Direktur Bank Dunia asal Indonesia:
1. Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menduduki posisi Direktur Pelaksana sekaligus Chief Operating Officer di Bank Dunia, dari 2010 hingga 2016. Sri Mulyani saat itu bertanggung jawab atas operasional Bank Dunia di seluruh dunia.
Dikutip dari laman resmi Bank Dunia, tugas Sri Mulyani adalah menjalin kerja sama dengan negara-negara klien dan negara-negara anggota untuk menempatkan strategi operasional yang sesuai guna mengatasi tantangan pembangunan baru.
Semua itu dalam upaya mendukung tujuan Bank Dunia untuk mengakhiri kemiskinan dan mendorong kesejahteraan bersama. Sri Mulyani atau yang biasa disapa Ani itu juga memimpin Dewan Penasehat Kelompok Bank Dunia terkait Gender dan Pembangunan.
Sri Mulyani bertugas menyatukan para pemimpin global dan ahli tentang isu-isu gender, termasuk dari sektor swasta. Ditambah serta Ia juga bertanggung jawab atas arahan strategis dan kerangka kebijakan Dana untuk Masyarakat Termiskin (Dana for the Poorest), IDA, yang merupakan salah satu sumber bantuan terbesar bagi 77 negara termiskin di dunia.
Sebelum bergabung dengan Bank Dunia pada bulan Juni 2010, Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia selain menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Jabatan sebelumnya yang pernah dijabatnya antara lain Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Ia juga pernah menjabat Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional, staf pengajar di Universitas Indonesia, dan profesor tamu di Andrew Young School of Public Policy di Georgia State University. Indrawati meraih gelar doktor bidang ekonomi dari University of Illinois dan gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia.
Sri Mulyani mengakhiri tugasnya di Bank Dunia pada 2016 lalu saat diminta kembali menjabat sebagai menteri keuangan oleh Presiden Joko Widodo.
Sri Mulyani sempat menjadi salah satu dari 100 wanita yang masuk daftar The World's 100 Most Powerful Women 2019 versi majalah Forbes, menduduki posisi 76 dalam daftar. Setahun sebelumnya, ia juga mendapat penghargaan Menteri Terbaik dalam World Government Summit.
2. Mari Elka Pangestu
Setelah Sri Mulyani, selanjutnya ada Mari Elka Pangestu yang pada 2020 ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia. Keahlian Mari Elka di bidang manajemen diakui oleh lembaga keuangan yang berpusat di New York tersebut.
Sebelum menjadi Direktur Bank Dunia, jabatan yang pernah diemban oleh Mari Elka Pangestu adalah menjadi seorang Menteri Perdagangan dan pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia mulai dari tahun 2011 sampai dengan 2014.
Mari Elka sangat "menggilai" dunia ekonomi. Semua jenjang pendidikannya selepas SMA dihabiskan mendalami ilmu ekonomi. Tahun 1980 dia menyelesaikan pendidikannya di Australian National University. Mari Elka mendalami ilmu mikro, makro ekonomi, akuntansi, ekonomi pembangunan, dan juga perdagangan internasional.
Di tahun 1986 Mari melanjutkan studinya ke Universitas California, Davis, Amerika Serikat, dan di sana dia memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang perdagangan internasional, keuangan, dan ekonomi moneter. Lepas meraih gelar Ph.D, Mari masih terus memperdalam ilmu ekonominya sehingga menjadi Profesor Ekonomi Internasional di Universitas Indonesia dan Senior Fellow di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).
Kecintaannya pada dunia ekonomi merupakan 'warisan' dari sang ayah, yakni J. Panglaykim atau Prof. Dr. Jusuf Pang Lay Kim. Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1956 itu adalah salah seorang ekonom terkenal di Indonesia.
Bagi Mari Elka Pangestu, bekerja untuk lembaga dunia dan di tingkat global bukanlah hal yang asing buat dirinya. Sebelum diangkat menjadi menteri, dia pernah bekerja dengan Jeffrey Sahcs pada Sekjen PBB Millen-nium Development Goals (MDGs) Review pada 2003 hingga 2005.
Dia juga pernah menjadi ketua-33 Grup WTO (2005-2011), dan dinominasikan sebagai kandidat untuk Direktur Jenderal WTO (2013). Dia juga memberikan kepemimpinan dalam kerja sama regional untuk Dewan Kerjasama Asia Pasifik (APEC) dan ASEAN sepanjang 1987 - 2003.
3. Wempi Syaputra
Wempi Saputra menjadi salah satu orang Indonesia yang juga dipercaya Bank Dunia untuk menempati posisi Direktur Eksekutif Bank Dunia untuk Asia Tenggara. Ia terpilih menjadi seorang Direktur Bank Dunia mulai November 2022.
Sebelum menjadi seorang Direktur, Wempi Syaputra adalah Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan dan menjadi staf ahli dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sejak Oktober 2021.
Karir Wempi di Kemenleu dimulai pada tahun 1995 dan sudah menduduki berbagai posisi strategis. Sebut saja seperti Direktorat Jenderal Bea Cukai sebagai Head of Customs Patro Office (2011), Wakil Kepala Staf Kementerian Keuangan (2012), Chief Change Management Officer dari Central Transformation Office (2014), Head of the Business Process Division, Organization and Business Process Bureau (2017), Direktur Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Menteri Keuangan (2017), hingga Staf Ahli Kementerian Keuangan (2021).
Selain bergulat di Kementerian Keuangan Indonesia, Wempi Saputra juga berperan menjadi Deputi Keuangan G20 Indonesia (2021-sekarang), Ex Officio Governor of International Fund for Agricultural Development (IFAD), Ex Officio Director for Constituency 11 of Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), hingga Kepala Sekretariat Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) (2021-sekarang).
4. Parjiono
Dikutip dari worldbank-org, Parjiono merupakan salah satu orang dari Indonesia yang pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Juli 2019. Sebelum menjadi seorang Direktur eksekutif, Parjiono merupakan seorang penasihat dari direktur eksekutif sejak Maret sampai dengan Juni 2019.
Lahir di Bantul, Yogjakarta, pada tanggal 23 Februari 1971. Parjiono kengawali karir Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan pada tahun 1996 di Biro Perencanaan dan Hubungan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal.
Ia pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Kerja Sama ASEAN dan Pemantauan Internasional pada tahun 2010, sebelum menjabat sebagai Kepala Bidang ASEAN pada tahun 2011 hingga 2013.
Selanjutnya pada tahun 2013, ia dipromosikan sebagai Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal. Ia pun dipercaya menjabat sebagai Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal pada 2015-2017 dan Kepala Pusat Pembiayaan Iklim dan Kebijakan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal pada 2017-2019.
Pada Maret-Juni tahun 2019, ia menjabat di Grup Bank Dunia sebagai Penasihat Direktur Eksekutif, sebelum akhirnya pada Juli 2019, ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif Alternatif pada Kantor Direktur Eksekutif Kelompok Bank Dunia Asia Tenggara yang mewakili Brunei Darussalam, Fiji, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Thailand, Tonga, dan Vietnam.
Pada 17 Maret 2023, Ia dipercaya menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional. Atas pengabdiannya hingga saat ini, Presiden Republik Indonesia menganugerahkan penghargaan Satyalancana Karya Satya XX tahun.
(akr)