Sejarah Berdirinya BRICS, Blok Ekonomi Penantang Dominasi Barat

Jum'at, 19 Juli 2024 - 17:52 WIB
loading...
A A A
Selanjutnya diadakan pertemuan diplomatik secara resmi bertempat di Yekaterinburg, Rusia pada tanggal 16 Juni 2009 yang jadi cikal bakal BRIC karena menjadi KTT pertama kelompok tersebut. Setahun berselang, Afrika Selatan resmi bergabung dan menandai perubahan nama kelompok ini menjadi ‘BRICS’.

Kehadiran BRICS yang dimotori oleh Rusia dan China menyuarakan kesetaraan dalam dunia internasional, khususnya dalam aspek ekonomi dan keuangan global yang sampai saat ini masih didomonasi oleh negara maju. Terlebih Amerika Serikat dengan International Monetary Fund (IMF) serta Bank Dunia-nya.

New Development Bank

Pergerakan BRICS dimulai bertepatan dengan KTT BRICS kelima di Durban atau tepatnya pada bulan Maret 2013. Saat itu negara-negara anggota BRICS sepakat membentuk sebuah lembaga keuangan global agar dapat bekerja sama dengan IMF dan Bank Dunia yang didominasi oleh negara-negara Barat.

Lembaga keuangan yang didirikan oleh BRICS ini bernama New Development Bank yang dibentuk pada tahun 2014. Pada bulan Juli 2014, pada KTT BRICS keenam di Fortaleza, BRICS menandatangani dokumen untuk mendirikan New Development Bank senilai USD100 miliar dan sebuah cadangan mata uang senilai lebih dari USD100 miliar.

Lembaga keuangan ini didirikan dengan tujuan untuk menyediakan pendanaan bagi pasar negara berkembang dan negara berkembang itu sendiri dalam membantu proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.

Pada spektrum infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan yang luas, fokus New Development Bank selama periode 2022-2026 akan berfokus pada beberapa aspek. Beberapa aspek tersebut adalah Energi Bersih dan Efisiensi Energi, Infrastruktur Transportasi, Perlindungan Lingkungan, Infrastruktur Sosial, Infrastruktur Digital, dan lain sebagainya.

Mata Uang BRICS

Tak cukup dengan membuat lembaga keuangan sendiri, baru-baru ini BRICS juga dikabarkan akan segera meluncurkan mata uangnya sendiri. Meski belum dipastikan waktunya, namun wacana ini telah banyak menuai sorotan karena dianggap menjadi ancaman bagi dolar Amerika Serikat (USD).

Perluasan BRICS

Pada akhir tahun lalu, BRICS melakukan perluasan ketika Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan bahwa Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab telah diundang untuk bergabung dengan organisasi tersebut.

Namun pemerintah Argentina menolak undangan tersebut. Argentina sebenarnya termasuk di antara enam negara baru yang siap bergabung dalam kelompok BRICS pada 1 Januari 2024, lalu.

Negara Amerika Latin ini akan diterima di klub BRICS, bersama dengan Mesir, Iran, Ethiopia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Namun secara mengejutkan, Presiden baru Argentina, Javier Milei, telah menarik negaranya dari rencana masuk menjadi anggota BRICS.

Ia mengutarakan, meski ia merasa tidak “pantas” bagi Argentina untuk menjadi anggota penuh BRICS, ia tetap berkomitmen untuk memperkuat hubungan bilateral, khususnya dengan tujuan meningkatkan arus perdagangan dan investasi.

Perubahan sikap Argentina menyoroti lemahnya posisi ekonomi dan politik negara tersebut dalam upayanya membalikkan kesalahan pengelolaan ekonomi selama beberapa dekade. Negara ini sedang berjuang melawan melonjaknya inflasi, dengan kenaikan harga sekitar 150% selama setahun terakhir.

Negara ini juga mengalami kesulitan dengan cadangan uang tunai yang rendah dan utang pemerintah yang tinggi, sementara 40% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1020 seconds (0.1#10.140)