Rusia Balas Dendam ke Barat, Tarif Impor Barang-barang Konsumen Dikerek Naik

Senin, 22 Juli 2024 - 09:39 WIB
loading...
Rusia Balas Dendam ke...
Rusia menaikkan tarif impor untuk barang-barang konsumen, termasuk anggur, bir, permen, biskuit dan sampo, yang diproduksi di negara-negara yang mendukung sanksi Barat terhadap Moskow. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Rusia menaikkan tarif impor untuk barang-barang konsumen, termasuk anggur, bir, permen, biskuit dan sampo, yang diproduksi di negara-negara yang mendukung sanksi Barat terhadap Moskow. Hal ini berdasarkan keputusan pemerintah yang diterbitkan pada Jumat malam seperti dilansir Reuters.



Impor Rusia dari negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Moskow atas konflik militernya dengan Ukraina, terus merosot pada tahun 2022 dan harga alkohol impor telah meningkat secara signifikan.

Beberapa produsen Barat berhenti menjualnya ke Rusia, tetapi Moskow telah menemukan cara untuk membuat produk-produk kebutuhan rumah tangga tetap datang. Termasuk lewat skema impor abu-abu, dan banyak barang asing tetap ada di rak-rak toko.



Menurut perintah tersebut, tarif untuk parfum, kosmetik, dan sampo dari Polandia, misalnya, akan meningkat 35% dari nilai bea cukai sebelumnya. Selanjutnya bea impor untuk wallpaper dari Lithuania, Latvia, dan Estonia akan naik menjadi 50%.

Sedangkan bea masuk untuk anggur akan dinaikkan menjadi 20%. Tarif baru impor Rusia itu akan berlaku hingga 31 Desember 2024 dan berlaku tujuh hari setelah publikasi.

Ekonomi Perang Rusia

Ekonomi Rusia ditopang oleh perang di Ukraina , sehingga menang atau kalah bukan pilihan buat Moskow. Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Eropa seperti dilansir Bussiner Insider.

PDB Rusia tumbuh 5,5% secara year over year (YoY) pada kuartal ketiga tahun 2023, menurut data dari pemerintah Rusia. Akan tetapi menurut Renaud Foucart, seorang dosen ekonomi senior di Universitas Lancaster menerangkan, pertumbuhan tersebut didorong oleh pengeluaran militer, ketika Kremlin menghabiskan 36,6 triliun rubel atau USD386 miliar untuk sektor pertahanan tahun ini.

Sementara itu sebelumnya dilaporkan lebih dari setengah perusahaan asing yang mengumumkan rencana untuk meninggalkan Rusia setelah dimulainya perang Ukraina, masih tetap berada di negara tersebut hingga hari ini. Rebound dalam aktivitas konsumen dan hambatan birokrasi membuat perusahaan tetap tinggal, seperti dilaporkan Financial Times.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1721 seconds (0.1#10.140)