Rusia Bakal Bentuk Koalisi Anti-Sanksi Barat, Intip Daftar Penghuninya

Rabu, 21 Agustus 2024 - 14:18 WIB
loading...
Rusia Bakal Bentuk Koalisi...
Ekonomi Rusia dalam beberapa dekade ke depan diyakini masih akan dibayangi oleh sanksi Barat. Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat kementerian luar negeri Rusia. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Ekonomi Rusia dalam beberapa dekade ke depan diyakini masih akan dibayangi oleh sanksi Barat . Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat kementerian luar negeri Rusia dalam sebuah forum ekonomi di Moskow.

"Ini adalah cerita untuk beberapa dekade yang akan datang. Apapun perkembangan dan hasil dari penyelesaian damai di Ukraina, semua itu sebenarnya hanya dalih," ungkap seorang pejabat kementerian luar negeri Rusia, Dmitry Birichevsky.



Setelah menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Rusia menjadi negara yang paling banyak dikenai sanksi di antara negara-negara yang menjadi sasaran Barat dengan pembatasan ekonomi.Negara-negara lain tersebut di antara sudah lama hidup dalam sanksi Barat seperti Iran, Korea Utara, dan Venezuela, yang menurut Birichevsky bakal bekerja sama dengan Moskow untuk membentuk koalisi "anti-sanksi".

"Sanksi pertama kalinya diperkenalkan jauh lebih awal. Tujuan akhir mereka adalah persaingan yang tidak sehat," kata Birichevsky dalam sebuah panel.



Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 300 individu dan entitas yang mendukung tujuan militer Rusia, menurut laporan pada bulan Juni dari Menteri Luar Negeri Antony Blinken.

Sanksi Barat tersebut terutama menargetkan entitas di sektor energi, logam, pertambangan, dan perangkat lunak, yang merupakan bagian krusial dari perang Rusia.

Birichevsky mengatakan, sanksi Barat memaksa Rusia meningkatkan produksi beberapa barang yang sebelumnya didapatkan dengan impor. "Pada 1990-an, kami berpikir bahwa jika kami memiliki minyak dan gas, kami dapat membeli yang lain di luar negeri. Sekarang kami tidak bisa membelinya," katanya.

Sanksi juga telah memaksa Rusia untuk mempertimbangkan menggunakan perdagangan barter dengan China untuk melewati pembatasan, menurut sebuah laporan dari Reuters pada hari Kamis.

Namun di tengah hantaman sanksi, ekonomi Rusia masih terus tumbuh, meski pada tingkat yang melambat. Para ahli memperkirakan, masalah selanjutnya bakal lebih besar mengingat periode isolasi Rusia dari peta besar ekonomi global semakin berlarut-larut.

Pertumbuhan PDB Rusia pada kuartal kedua 2024 melambat menjadi 4% dari 5,4%, menandai tingkat pertumbuhan ekonomi kuartalan terendah sejak awal 2023, menurut laporan AFP. PDB secara total mampu tumbuh 4,7% pada paruh pertama tahun 2024.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)