Melawan Hegemoni Ekonomi AS, Negara Asia Berbondong-bondong Berminat Gabung BRICS
loading...
A
A
A
Sementara itu bagi PM Malaysia Anwar Ibrahim, bergabung dengan BRICS bisa menjadi cara untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau investasi untuk negara Asia Tenggara itu.
"Niat untuk bergabung dengan BRICS dapat mendorong negara-negara Barat untuk meningkatkan investasi mereka di Malaysia, atau bahkan mendorong (Malaysia) mempertimbangkan agar mengajukan keanggotaan dalam aliansi yang bersekutu dengan Barat, seperti OECD," ucap Wen Chong Cheah, seorang analis Asia-Pasifik di Economist Intelligence Unit, menjelaskan.
Industri semikonduktor Malaysia juga bisa mendapat manfaat dari hubungan yang lebih dekat dengan China dan India, karena pasar raksasa dua konsumen tersebut dapat membeli lebih banyak elektronik buatan Malaysia, ungkap Cheah menjelaskan. Keanggotaan BRICS juga dapat memicu peningkatan pariwisata dari negara-negara anggota, terutama China dan India.
Thailand mungkin juga tertarik pada BRICS sebagai cara untuk mendongkrak ekonominya yang merosot. Pertumbuhan terpantau melambat baru-baru ini karena industri pariwisata negara itu masih berjuang untuk pulih dari pandemi Covid.
Jim O'Neill, mantan kepala ekonom di Goldman Sachs, pada tahun 2001 berpendapat bahwa Brasil, Rusia, India, dan China akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi global, hingga terciptalah istilah "BRIC."
Keempat pemerintah mengadopsi nama itu ketika mereka secara resmi memulai organisasi lewat gelaran KTT 2009 di kota Yekaterinburg, Rusia. Kelompok ini menambahkan "S" ke namanya ketika Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, menjadi "BRICS."
Pada tahun 2014, grup ini mendirikan the New Development Bank. Sejak mulai beroperasi pada tahun 2015, bank secara kumulatif sudah menyetujui pinjaman lebih dari USD32 miliar yang ditujukan kepada negara-negara anggota. China berharap bank dapat mencairkan pinjaman lebih lanjut sebesar USD5 miliar tahun ini.
Kini kehadiran Malaysia dan Thailand diyakini akan berdamak besar bagi BRICS. Keduanya memiliki ekonomi yang dua kali ukuran Ethiopia, dan kira-kira ukurannya sama dengan Iran dan Mesir. PDB per kapita Malaysia hanya sedikit lebih rendah dari China.
Sebelum ekspansi tahun lalu, lima negara dalam BRICS sudah menyumbang sekitar 40% dari populasi dunia dan sekitar seperempat dari PDB global, menurut data Bank Dunia. Dan dengan masuknya UEA dan Arab Saudi, BRICS sekarang mencakup hampir setengah dari pasokan minyak dunia.
Pada bulan Mei, seorang juru bicara pemerintah Thailand menyarankan, bergabung dengan BRICS akan membantu menciptakan "tatanan dunia baru." Namun BRICS masih memiliki sedikit pencapaian. Misalnya, blok tersebut tidak memiliki perjanjian perdagangan atau investasi formal.
China dan India yang sejauh ini menjadi dua ekonomi terbesar dalam BRICS, diketahui tidak bersahabat, terutama sejak bentrokan perbatasan yang mematikan pada tahun 2020. India juga merupakan anggota Quad, sebuah kelompok yang juga mencakup Jepang, AS, dan Australia. Para pejabat AS menunjuk India sebagai penyeimbang terhadap kebangkitan politik dan ekonomi China.
Cheah juga mengingatkan, Malaysia dan Thailand perlu hati-hati dalam menyeimbangkan keterlibatan mereka dengan BRICS yang di dalamnya ada rival AS seperti Rusia dan Iran (serta China).
"Niat untuk bergabung dengan BRICS dapat mendorong negara-negara Barat untuk meningkatkan investasi mereka di Malaysia, atau bahkan mendorong (Malaysia) mempertimbangkan agar mengajukan keanggotaan dalam aliansi yang bersekutu dengan Barat, seperti OECD," ucap Wen Chong Cheah, seorang analis Asia-Pasifik di Economist Intelligence Unit, menjelaskan.
Industri semikonduktor Malaysia juga bisa mendapat manfaat dari hubungan yang lebih dekat dengan China dan India, karena pasar raksasa dua konsumen tersebut dapat membeli lebih banyak elektronik buatan Malaysia, ungkap Cheah menjelaskan. Keanggotaan BRICS juga dapat memicu peningkatan pariwisata dari negara-negara anggota, terutama China dan India.
Thailand mungkin juga tertarik pada BRICS sebagai cara untuk mendongkrak ekonominya yang merosot. Pertumbuhan terpantau melambat baru-baru ini karena industri pariwisata negara itu masih berjuang untuk pulih dari pandemi Covid.
Apa itu BRICS?
Jim O'Neill, mantan kepala ekonom di Goldman Sachs, pada tahun 2001 berpendapat bahwa Brasil, Rusia, India, dan China akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi global, hingga terciptalah istilah "BRIC."
Keempat pemerintah mengadopsi nama itu ketika mereka secara resmi memulai organisasi lewat gelaran KTT 2009 di kota Yekaterinburg, Rusia. Kelompok ini menambahkan "S" ke namanya ketika Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, menjadi "BRICS."
Pada tahun 2014, grup ini mendirikan the New Development Bank. Sejak mulai beroperasi pada tahun 2015, bank secara kumulatif sudah menyetujui pinjaman lebih dari USD32 miliar yang ditujukan kepada negara-negara anggota. China berharap bank dapat mencairkan pinjaman lebih lanjut sebesar USD5 miliar tahun ini.
Kini kehadiran Malaysia dan Thailand diyakini akan berdamak besar bagi BRICS. Keduanya memiliki ekonomi yang dua kali ukuran Ethiopia, dan kira-kira ukurannya sama dengan Iran dan Mesir. PDB per kapita Malaysia hanya sedikit lebih rendah dari China.
Sebelum ekspansi tahun lalu, lima negara dalam BRICS sudah menyumbang sekitar 40% dari populasi dunia dan sekitar seperempat dari PDB global, menurut data Bank Dunia. Dan dengan masuknya UEA dan Arab Saudi, BRICS sekarang mencakup hampir setengah dari pasokan minyak dunia.
Bisakah BRICS bekerja?
Pada bulan Mei, seorang juru bicara pemerintah Thailand menyarankan, bergabung dengan BRICS akan membantu menciptakan "tatanan dunia baru." Namun BRICS masih memiliki sedikit pencapaian. Misalnya, blok tersebut tidak memiliki perjanjian perdagangan atau investasi formal.
China dan India yang sejauh ini menjadi dua ekonomi terbesar dalam BRICS, diketahui tidak bersahabat, terutama sejak bentrokan perbatasan yang mematikan pada tahun 2020. India juga merupakan anggota Quad, sebuah kelompok yang juga mencakup Jepang, AS, dan Australia. Para pejabat AS menunjuk India sebagai penyeimbang terhadap kebangkitan politik dan ekonomi China.
Cheah juga mengingatkan, Malaysia dan Thailand perlu hati-hati dalam menyeimbangkan keterlibatan mereka dengan BRICS yang di dalamnya ada rival AS seperti Rusia dan Iran (serta China).