3 Alasan BRICS Membuat Mata Uang Baru untuk Tandingi Dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - BRICS yang awalnya hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan, sedang membangun mata uang baru sebagai pesaing dolar AS (Amerika Serikat). Lantas apa alasan BRICS yang terus menggaungkan mata uang baru di antara anggotanya?.
Mata uang BRICS yang potensial akan memungkinkan negara-negara ini untuk menegaskan kemandirian ekonomi mereka sambil bersaing dengan sistem keuangan internasional yang ada. Sistem saat ini didominasi oleh dolar AS, yang menyumbang sekitar 90% dari semua perdagangan mata uang.
Hingga saat ini, hampir 100% perdagangan minyak dilakukan dalam dolar AS, namun pada tahun 2023 seperlima dari perdagangan minyak dilaporkan sudah memakai mata uang non-dolar AS.
Inti dari situasi yang sedang berlangsung saat ini adalah perang dagang AS dengan China, serta sanksi AS terhadap China dan Rusia. Jika negara-negara BRICS membentuk mata uang cadangan baru, kemungkinan akan berdampak signifikan pada dolar AS, yang berpotensi menyebabkan penurunan permintaan, atau apa yang dikenal sebagai dedolarisasi.
Pada gilirannya, ini akan berimplikasi pada Amerika Serikat dan ekonomi global. Sementara itu pada debat Presiden AS pertama antara mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden saat ini Kamala Harris pada 10 September, Trump menabar ancaman bakal melipatgandakan tarif terhadap negara-negara yang ingin menjauh dari dolar AS sebagai mata uang global.
Ia mengambil sikap tegas terhadap China, dengan menekankan bakal menerapkan tarif 60% hingga 100% pada impor China jika terpilih. Di sisi lain masih terlalu dini untuk memprediksi kapan mata uang BRICS akan dirilis, tetapi ini adalah saat yang tepat untuk melihat potensi mata uang BRICS dan kemungkinan implikasinya bagi investor.
BRICS ingin melayani kepentingan ekonomi mereka sendiri dengan lebih baik, sambil mengurangi ketergantungan global pada dolar AS dan euro.
Belum ada tanggal peluncuran yang pasti, tetapi para pemimpin negara telah membahas kemungkinan itu secara panjang lebar. Selama KTT BRICS ke-14, yang diadakan pada pertengahan 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negara-negara BRICS berencana untuk menerbitkan "mata uang cadangan global baru," dan siap untuk bekerja secara terbuka dengan semua mitra perdagangan yang adil.
Pada April 2023, Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva menunjukkan dukungan terhadap pembentukan mata uang BRICS. Ia mengatakan "Mengapa lembaga seperti bank BRICS tidak dapat memiliki mata uang untuk membiayai hubungan perdagangan antara Brasil dan China, antara Brasil dan semua negara BRICS lainnya? Siapa yang memutuskan bahwa dolar adalah mata uang (perdagangan) setelah berakhirnya paritas emas?"
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah menjatuhkan banyak sanksi terhadap Rusia dan Iran. Kini kedua negara bekerja sama untuk mewujudkan mata uang BRICS yang akan menghapus dampak ekonomi dari pembatasan tersebut, demikian menurut Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalal, saat berbicara pada konferensi pers Russia–Islamic World: KazanForum pada Mei 2024.
Beberapa ahli percaya bahwa mata uang BRICS adalah ide yang cacat, karena akan menyatukan negara-negara dengan ekonomi yang sangat berbeda. Ada juga kekhawatiran bahwa anggota non-China mungkin akan meningkatkan ketergantungan mereka pada yuan China.
Kabarnya, ketika Rusia menuntut pada Oktober 2023 agar India membayar minyak dalam yuan, India menolak untuk menggunakan apapun selain dolar AS atau rupee.
Mata uang baru dapat memiliki beberapa manfaat bagi negara-negara BRICS, termasuk transaksi lintas batas yang lebih efisien dan peningkatan inklusi keuangan. Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, mata uang digital, dan kontrak pintar, mata uang tersebut dapat merevolusi sistem keuangan global.
Berkat pembayaran lintas batas yang mulus, hal itu juga dapat mempromosikan integrasi perdagangan dan ekonomi di antara negara-negara BRICS dan sekitarnya.
Mata uang BRICS baru juga akan memperkuat integrasi ekonomi di negara-negara BRICS. Mengurangi pengaruh AS di panggung global, Melemahkan posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
Ditambah juga mendorong negara lain untuk membentuk aliansi dalam mengembangkan mata uang regional. Memitigasi risiko yang terkait dengan volatilitas global karena tindakan sepihak dan berkurangnya ketergantungan dolar.
Mata uang BRICS yang potensial akan memungkinkan negara-negara ini untuk menegaskan kemandirian ekonomi mereka sambil bersaing dengan sistem keuangan internasional yang ada. Sistem saat ini didominasi oleh dolar AS, yang menyumbang sekitar 90% dari semua perdagangan mata uang.
Hingga saat ini, hampir 100% perdagangan minyak dilakukan dalam dolar AS, namun pada tahun 2023 seperlima dari perdagangan minyak dilaporkan sudah memakai mata uang non-dolar AS.
Inti dari situasi yang sedang berlangsung saat ini adalah perang dagang AS dengan China, serta sanksi AS terhadap China dan Rusia. Jika negara-negara BRICS membentuk mata uang cadangan baru, kemungkinan akan berdampak signifikan pada dolar AS, yang berpotensi menyebabkan penurunan permintaan, atau apa yang dikenal sebagai dedolarisasi.
Pada gilirannya, ini akan berimplikasi pada Amerika Serikat dan ekonomi global. Sementara itu pada debat Presiden AS pertama antara mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden saat ini Kamala Harris pada 10 September, Trump menabar ancaman bakal melipatgandakan tarif terhadap negara-negara yang ingin menjauh dari dolar AS sebagai mata uang global.
Ia mengambil sikap tegas terhadap China, dengan menekankan bakal menerapkan tarif 60% hingga 100% pada impor China jika terpilih. Di sisi lain masih terlalu dini untuk memprediksi kapan mata uang BRICS akan dirilis, tetapi ini adalah saat yang tepat untuk melihat potensi mata uang BRICS dan kemungkinan implikasinya bagi investor.
Mengapa Negara-negara BRICS Ingin Menciptakan Mata Uang Baru?
Negara-negara BRICS memiliki banyak alasan untuk membuat mata uang baru. Tantangan keuangan global baru-baru ini dan kebijakan luar negeri AS yang agresif telah mendorong negara-negara BRICS untuk mengeksplorasi kemungkinan tersebut.BRICS ingin melayani kepentingan ekonomi mereka sendiri dengan lebih baik, sambil mengurangi ketergantungan global pada dolar AS dan euro.
Belum ada tanggal peluncuran yang pasti, tetapi para pemimpin negara telah membahas kemungkinan itu secara panjang lebar. Selama KTT BRICS ke-14, yang diadakan pada pertengahan 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negara-negara BRICS berencana untuk menerbitkan "mata uang cadangan global baru," dan siap untuk bekerja secara terbuka dengan semua mitra perdagangan yang adil.
Pada April 2023, Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva menunjukkan dukungan terhadap pembentukan mata uang BRICS. Ia mengatakan "Mengapa lembaga seperti bank BRICS tidak dapat memiliki mata uang untuk membiayai hubungan perdagangan antara Brasil dan China, antara Brasil dan semua negara BRICS lainnya? Siapa yang memutuskan bahwa dolar adalah mata uang (perdagangan) setelah berakhirnya paritas emas?"
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah menjatuhkan banyak sanksi terhadap Rusia dan Iran. Kini kedua negara bekerja sama untuk mewujudkan mata uang BRICS yang akan menghapus dampak ekonomi dari pembatasan tersebut, demikian menurut Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalal, saat berbicara pada konferensi pers Russia–Islamic World: KazanForum pada Mei 2024.
Beberapa ahli percaya bahwa mata uang BRICS adalah ide yang cacat, karena akan menyatukan negara-negara dengan ekonomi yang sangat berbeda. Ada juga kekhawatiran bahwa anggota non-China mungkin akan meningkatkan ketergantungan mereka pada yuan China.
Kabarnya, ketika Rusia menuntut pada Oktober 2023 agar India membayar minyak dalam yuan, India menolak untuk menggunakan apapun selain dolar AS atau rupee.
Apa keuntungan dari mata uang BRICS?
Mata uang baru dapat memiliki beberapa manfaat bagi negara-negara BRICS, termasuk transaksi lintas batas yang lebih efisien dan peningkatan inklusi keuangan. Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, mata uang digital, dan kontrak pintar, mata uang tersebut dapat merevolusi sistem keuangan global.
Berkat pembayaran lintas batas yang mulus, hal itu juga dapat mempromosikan integrasi perdagangan dan ekonomi di antara negara-negara BRICS dan sekitarnya.
Mata uang BRICS baru juga akan memperkuat integrasi ekonomi di negara-negara BRICS. Mengurangi pengaruh AS di panggung global, Melemahkan posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
Ditambah juga mendorong negara lain untuk membentuk aliansi dalam mengembangkan mata uang regional. Memitigasi risiko yang terkait dengan volatilitas global karena tindakan sepihak dan berkurangnya ketergantungan dolar.
(akr)