Debat Soal Nord Stream di PBB, China Dukung Rusia Melawan Barat
loading...
A
A
A
JAKARTA - China berpihak pada Rusia dalam perselisihan dengan Barat yang dipimpin AS (Amerika Serikat) ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membahas soal siapa yang bertanggungjawab atas ledakan pipa gas alam Nord Stream pada tahun 2022, lalu.
Dukungan China kepada Rusia untuk melawan Barat disampaikan ketika Presiden China, Xi Jinping dijadwalkan bakal bertemu dengan Pemimpin Rusia, Vladimir Putin di bulan ini. Selain itu diplomat top Wang Yi pada pekan ini juga menegaskan, bakal memperdalam hubungan dengan Moskow untuk melawan tekanan dari Barat.
Wakil perwakilan tetap China untuk PBB, Geng Shuang menyuarakan, kekecewaan Beijing atas kurangnya kemajuan dalam penyelidikan ledakan pipa Nord Stream di Laut Baltik dua tahun lalu.
Sebagai informasi pipa bawah laut Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 yang membawa gas alam Rusia ke Jerman mengalami kerusakan parah pada 26 September 2022, tujuh bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Utusan Rusia untuk PBB sebelumnya meminta masalah Nord Stream menjadi bahasan serius. Terkait hal itu, Geng Shuang meminta negara-negara anggota untuk "secara aktif berkomunikasi dan bekerja sama" dengan Moskow dan menghindari standar ganda atau mempolitisasi penyelidikan.
"Sayangnya, kami belum mencapai kesimpulan pasti," katanya, menurut kantor berita pemerintah China, Xinhua.
"Apakah ada agenda tersembunyi terkait munculnya penolakan terhadap penyelidikan internasional? Apakah bukti telah ditutup-tutupi dan dihancurkan selama dua tahun terakhir atau lebih? Kapan kepercayaan dan waktu yang telah kita berikan akan dihargai dengan kebenaran tentang apa yang terjadi?" ungkap Geng.
Awalnya, pejabat AS dan Eropa menyalahkan Rusia atas ledakan itu. Sementara Putin menuduh bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Ukraina berada di balik ledakan pipa Nord Stream, tetapi tidak memberikan bukti.
Rusia menyerukan penyelidikan independen atas insiden Nord Stream pada tahun lalu. Akan tetapi proposal yang didukung oleh China dan Brasil, diblokir di badan PBB.
Perwakilan dari Rusia, AS dan Prancis berdebat sengit pada pertemuan dewan PBB di hari Jumat (4/10) kemarin, menurut siaran pers PBB, dimana Moskow menuduh ada upaya "menutup-nutupi" oleh negara-negara Barat.
AS dan sekutu NATO-nya dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan tekanan mereka terhadap China atas perang Rusia di Ukraina. Mulai dari menjatuhkan sanksi dan menuduh Beijing bertindak sebagai "pendukung" yang dinilai "sangat substansial" dalam perang Rusia di Ukraina.
Sementara itu China terus memperkuat kemitraan "tanpa batas" dengan Moskow, ketika kedua belah pihak saat ini sedang mempersiapkan pertemuan Xi-Putin untuk ketiga kalinya tahun ini sejak Mei.
Dukungan China kepada Rusia untuk melawan Barat disampaikan ketika Presiden China, Xi Jinping dijadwalkan bakal bertemu dengan Pemimpin Rusia, Vladimir Putin di bulan ini. Selain itu diplomat top Wang Yi pada pekan ini juga menegaskan, bakal memperdalam hubungan dengan Moskow untuk melawan tekanan dari Barat.
Wakil perwakilan tetap China untuk PBB, Geng Shuang menyuarakan, kekecewaan Beijing atas kurangnya kemajuan dalam penyelidikan ledakan pipa Nord Stream di Laut Baltik dua tahun lalu.
Sebagai informasi pipa bawah laut Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 yang membawa gas alam Rusia ke Jerman mengalami kerusakan parah pada 26 September 2022, tujuh bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Utusan Rusia untuk PBB sebelumnya meminta masalah Nord Stream menjadi bahasan serius. Terkait hal itu, Geng Shuang meminta negara-negara anggota untuk "secara aktif berkomunikasi dan bekerja sama" dengan Moskow dan menghindari standar ganda atau mempolitisasi penyelidikan.
"Sayangnya, kami belum mencapai kesimpulan pasti," katanya, menurut kantor berita pemerintah China, Xinhua.
"Apakah ada agenda tersembunyi terkait munculnya penolakan terhadap penyelidikan internasional? Apakah bukti telah ditutup-tutupi dan dihancurkan selama dua tahun terakhir atau lebih? Kapan kepercayaan dan waktu yang telah kita berikan akan dihargai dengan kebenaran tentang apa yang terjadi?" ungkap Geng.
Awalnya, pejabat AS dan Eropa menyalahkan Rusia atas ledakan itu. Sementara Putin menuduh bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Ukraina berada di balik ledakan pipa Nord Stream, tetapi tidak memberikan bukti.
Rusia menyerukan penyelidikan independen atas insiden Nord Stream pada tahun lalu. Akan tetapi proposal yang didukung oleh China dan Brasil, diblokir di badan PBB.
Perwakilan dari Rusia, AS dan Prancis berdebat sengit pada pertemuan dewan PBB di hari Jumat (4/10) kemarin, menurut siaran pers PBB, dimana Moskow menuduh ada upaya "menutup-nutupi" oleh negara-negara Barat.
AS dan sekutu NATO-nya dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan tekanan mereka terhadap China atas perang Rusia di Ukraina. Mulai dari menjatuhkan sanksi dan menuduh Beijing bertindak sebagai "pendukung" yang dinilai "sangat substansial" dalam perang Rusia di Ukraina.
Sementara itu China terus memperkuat kemitraan "tanpa batas" dengan Moskow, ketika kedua belah pihak saat ini sedang mempersiapkan pertemuan Xi-Putin untuk ketiga kalinya tahun ini sejak Mei.
(akr)