Pasar Modal Indonesia Semakin Optimistis

Senin, 31 Agustus 2020 - 09:03 WIB
loading...
Pasar Modal Indonesia Semakin Optimistis
Foto/Koran SINDO/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Kenaikan indeks saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) diharapkan membawa pengaruh positif terhadap pasar modal Indonesia. Optimisme tersebut membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi bisa menembus level 6.000 hingga akhir tahun ini.

Seperti diketahui, indeks Dow Jones telah mencapai level 28.653 atau mendekati level puncak indeks tersebut pada kisaran 29.551, sedangkan indeks Nasdaq dan S&P telah menembus rekor tertinggi. (Baca: Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia)

Sementara itu, IHSG hingga penutupan perdagangan saham pekan lalu baru berada pada level 5.346. Adapun level tertinggi IHSG mencapai 6.660. Chief Economist tanamduit Ferry Latuhihin masih optimistis dengan proyeksi IHSG tahun ini mampu tembus di level 6.000 hingga akhir tahun nanti.

Menurutnya, ada potensi dana penyelamatan ekonomi baru akan mengalir ke sasaran pada kuartal ketiga ini. Berbagai kendala administratif menjadi tantangan, khususnya di lapisan bawah pemerintahan dalam melakukan eksekusi.

"Jadi, saya perkirakan stimulus itu mulai efektif di kuartal ketiga ini. Berikutnya di kuartal empat menurut saya mulai terjadi percepatan putaran roda ekonomi, karena ekonomi global pun diharapkan sudah mulai merangkak naik," ujar Ferry saat dihubungi kemarin.

Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara menyeluruh sepanjang 2020 diyakininya masih dalam level positif, walaupun di kuartal dua dan tiga negatif. "Positif tapi mungkin tipis. Tapi bisa mengangkat kepercayaan konsumen dan sentimen bisnis di 2021 di mana pertumbuhan ekonomi bisa mencapai angka 6% akibat pent-up demand atau konsumsi yang tertunda. (Baca juga: Pertanayakan BLT, Warga Aceh Utara Luka Parah Dibacok Kepala Desa)

Lebih lanjut dia mengatakan, sentimen utama akan datang dari vaksin korona yang diperkirakan akan mulai diedarkan di kuartal pertama 2021 setelah uji coba fase 3 dinyatakan berhasil oleh Meneg BUMN. Sentimen dari global, dia melihat ada optimisme karena yield curve mulai steepening slope-nya.

Ini tentu, lanjut dia, karena the Fed menyatakan akan tetap dovish sampai jumlah pengangguran mencapai titik terendah. Target inflasi pun dinaikkan. Artinya, the Fed masih akan tetap menjaga likuiditas pasar dalam waktu yang cukup lama. (Baca juga: Begini Cara Mencegah Kanker Usus)

"Ini jadi penguat untuk Wall Street agar tetap kuat. Kita lihat juga Dow Jones hampir balik ke level 29.000, serta Nasdaq dan S&P telah mencapai rekor tertinggi. Jadi, saya optimistis IHSG ke 6.000 akhir tahun ini dan berpeluang ke 7.000 akhir tahun depan," jelasnya.

Dia juga mengingatkan agar pemerintah menjaga suasana kondusif masyarakat dengan pernyataan yang positif. Menurutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani seharusnya bisa bicara seefektif mungkin agar tidak meresahkan masyarakat. Resesi sejatinya harus dimaklumi akan tidak terhindarkan, karena semua aktivitas ekonomi yang harus berhenti akibat pandemi.

"Kucuran dana pemulihan ekonomi mandek karena ada ratusan triliun masih parkir di BPD. Jadi, tidak bisa salahkan pemerintah pusat yang sudah menyiapkan dananya. Penjelasan yang berlebihan justru kontraproduktif," papar Ferry. (Baca juga: Masyarakat jadi Melek Investasi karena Pandemi)

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono W Widodo mengatakan bursa Nasdaq mulai kembali pulih, karena merupakan bursa untuk perusahaan-perusahaan teknologi.

“Kinerja bursa saham global ada beberapa recovery, terutama Nasdaq. Itu banyak perusahaan teknologi,” kata Laksono dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Universitas Sriwijaya, Sabtu (29/8/2020).

Dia menilai, selain pandemi, penyebab pasar saham dunia mengalami kelesuan karena menjelang berlangsungnya pemilu di Amerika Serikat pada November 2020 mendatang. Selain itu, ketegangan hubungan dagang antara Negeri Paman Sam pun turut memengaruhi kondisi di pasar saham dunia.

“Kita tahu sedang ada pandemi dan dialami semua negara. Dunia saat ini sedang berusaha untuk bangkit kembali. Pengaruh dari pemilu di Amerika Serikat juga memengaruhi ekonomi di dunia. Ketegangan geopolitik juga berpengaruh,” ujarnya. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar gerombolan Orang Tak Dikenal)

Menurut dia, keadaan itu juga berdampak terhadap aktivitas ekonomi di Tanah Air. Akibatnya, para pebisnis di Indonesia memilih menyimpan uangnya ketimbang berinvestasi di bursa saham. (Hafid Fuad/Fadel Prayoga)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1474 seconds (0.1#10.140)