Akademisi: Stigma Negatif LCPKS sebagai Limbah Berbahaya Perlu Dihapus
loading...
A
A
A
Menurut Yanto, penerapan Land Application (LA) sangat penting dan bermanfaat dengan terus mempertimbangkan dosis dan frekwensi optimal, jenis tanah, faktor cuaca, redox dan parameter lainnya sesuai karakteristik masing-masing lokasi kebun kelapa sawit.
Pada kadar BOD tertentu (3.000-5.000 mg/liter) dengan eH < - 150 mVolt, kandungan LCPKS mengandung input unsur hara yang paling optimal dan tidak menimbulkan emisi gas methane. Pada kadar BOD yang lebih rendah LCPKS akan memiliki kandungan nutrien rendah juga.
Terbukti dari data lapangan yang menunjukkan bahwa aplikasi LCPKS pada kadar BOD kurang dari 100 sama sekali tidak berdampak terhadap produksi TBS dan sifat fisik/kimia/biologi tanah.
Menurut Yanto, pemanfaatan LCPKS melalui teknologi Methane Capture dan Methane Bio-digester sudah diterapkan di beberapa PKS. Setiap PKS yang memiliki Methane Capture dapat menghasilkan sekitar 13.000 m3 gas campuran/hari yang dapat menjalankan pembangkit listrik setara paling sedikit 1 MWh. Namun mengingat tarif biogas yang dihasilkan hanya dihargai kurang dari Rp1.000 oleh PLN maka secara finansial, program methane capture ini kurang ekonomis.
Adapun dampak ekologi pembuatan methane capture yaitu jika 1 jam dihasilkan 10rb-15rb m3 gas campuran maka CH4 yang diperoleh 5,5rb-6rb m3 CH4/jam berarti 34,65-42 juta m3 gas CH4/tahun dapat dimanfaatkan (diasumsikan setara dengan emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer = 572.725-693.000 ton Co2-e/tahun).
Yanto menyarankan, Pemerintah perlu mempercepat revisi regulasi yang mendukung dan mempermudah pengelolaan/pemanfaatan LCPKS secara optimal dan berkelanjutan dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan perusahaan. "Perusahaan perlu meningkatkan transparansi pengelolaan limbah dan melaporkan secara rutin kepada instansi terkait," saran Yanto.
Yanto juga menyarankan, perlu penelitian dan inovasi teknologi pengolahan dan atau pemanfaatan LCPKS sehingga memiliki nilai tambah ekonomis optimal dengan pengurangan emisi GRK maksimal sehingga menjamin keberlanjutan.
"Perlu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran atas manfaat dan risiko LCPKS dari aspek lingkungan, agronomi, dan ekonomi," kata Yanto.
Pada kadar BOD tertentu (3.000-5.000 mg/liter) dengan eH < - 150 mVolt, kandungan LCPKS mengandung input unsur hara yang paling optimal dan tidak menimbulkan emisi gas methane. Pada kadar BOD yang lebih rendah LCPKS akan memiliki kandungan nutrien rendah juga.
Terbukti dari data lapangan yang menunjukkan bahwa aplikasi LCPKS pada kadar BOD kurang dari 100 sama sekali tidak berdampak terhadap produksi TBS dan sifat fisik/kimia/biologi tanah.
Menurut Yanto, pemanfaatan LCPKS melalui teknologi Methane Capture dan Methane Bio-digester sudah diterapkan di beberapa PKS. Setiap PKS yang memiliki Methane Capture dapat menghasilkan sekitar 13.000 m3 gas campuran/hari yang dapat menjalankan pembangkit listrik setara paling sedikit 1 MWh. Namun mengingat tarif biogas yang dihasilkan hanya dihargai kurang dari Rp1.000 oleh PLN maka secara finansial, program methane capture ini kurang ekonomis.
Adapun dampak ekologi pembuatan methane capture yaitu jika 1 jam dihasilkan 10rb-15rb m3 gas campuran maka CH4 yang diperoleh 5,5rb-6rb m3 CH4/jam berarti 34,65-42 juta m3 gas CH4/tahun dapat dimanfaatkan (diasumsikan setara dengan emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer = 572.725-693.000 ton Co2-e/tahun).
Yanto menyarankan, Pemerintah perlu mempercepat revisi regulasi yang mendukung dan mempermudah pengelolaan/pemanfaatan LCPKS secara optimal dan berkelanjutan dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan perusahaan. "Perusahaan perlu meningkatkan transparansi pengelolaan limbah dan melaporkan secara rutin kepada instansi terkait," saran Yanto.
Yanto juga menyarankan, perlu penelitian dan inovasi teknologi pengolahan dan atau pemanfaatan LCPKS sehingga memiliki nilai tambah ekonomis optimal dengan pengurangan emisi GRK maksimal sehingga menjamin keberlanjutan.
"Perlu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran atas manfaat dan risiko LCPKS dari aspek lingkungan, agronomi, dan ekonomi," kata Yanto.
(nng)